BerandaTravelingIndonesiaPenggalan Kisah Banda Neira untuk Dunia

Penggalan Kisah Banda Neira untuk Dunia

Author

Date

Category

Dar Banda

banda neira maluku
Buah Pala : buah yang membuat Belanda menjajahi Maluku

Sudah lama tidak tercium aroma petrichor sejak kemarau panjang. Cuaca di Ambon sedang tidak menentu. Seketika awan tampak gelap, tidak lama sudah kembali cerah. Rasa cemas akan kapal cepat berangkat ke Banda Neira menyelimuti pikiran saat itu.

Tiket kapal cepat “Express Bahari” sudah di tangan. Saya sudah di dalam ruang tunggu Pelabuhan Tulehu Ambon menanti panggilan masuk. Pilihan transportasi ke Banda Neira cukup terbatas, yakni naik pesawat atau kapal laut. Jadwal keberangkatan juga tidak setiap hari. Apabila ombak sedang besar bisa jadi batal berangkat. Melihat “Mutiara dari Timur” tidak mudah perjalanannya, kenapa masih ada orang ingin datang ke Banda Neira?

banda neira maluku
Kapal Ekspress Bahari dari Pelabuhan Tulehu

Banda Neira telah ada ratusan tahun silam, kini bagian kota kepulauan di Maluku Tengah. Selama abad pertengahan Eropa, Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dunia. Pedagang dari Jawa, Arab, India dan Cina termasuk pedagang rempah yang cukup berhasil. Sampai bangsa Eropa awalnya hanya ingin menjelajah, kemudian tergoda menguasai keseluruhan pulau. Dengan menggunakan kapal-kapal besar, Belanda membentuk perkenier dan monopoli pala. Ini adalah sebuah cerita tentang kota di Negeri Timur yang hampir terlupakan.

Museum Rumah Budaya

banda neira maluku
Halaman depan Museum Rumah Budaya Banda Neira

Melewati Sekolah Tinggi Hatta dan Sjahrir, kita telah masuk ke wilayah perkampungan warga lokal. Gerombolan anak kecil duduk di sepeda, mereka menyambut saya dengan spontan “Hello Mister..” sambil berdekah-dekah satu sama lain ketika saya lewat di depan mereka.

Banda Neira itu kecil, tidak butuh lama untuk melihat suasana kota di pulau Banda. Tetapi butuh waktu lama mengenal sejarah Banda Neira. Pak Agil, pemandu wisata lokal saya mengajak masuk ke Rumah Budaya. Secara keseluruhan isi Rumah Budaya menjadi penyimpanan semua peralatan rumah tangga yang pernah dipakai oleh tentara VOC. Benda-benda peninggalan ini menjadi barang bukti bahwa bangsa Eropa pernah menjajah Banda Neira demi menguasai kebun pala.

banda neira maluku
Lukisan pembantaian orang kaya di Banda Neira
banda neira maluku
Sisa koleksi peninggalan VOC

Ada satu lukisan yang membuat saya merinding yaitu bercerita pembantaian 44 orang kaya Banda Neira oleh Belanda di Benteng Nassau. Pembantaian terjadi karena Belanda ingin balas sakit hati belum berhasil menguasai lahan pala. Disaksikan oleh orang-orang Banda saat itu, dengan buasnya algojo Jepang membantai dan mayat dibuang ke dalam sumur.

Istana Mini

banda neira maluku
Ruang utama di Istana Mini Banda Neira

Secara administratif, Banda Neira terbagi dalam 6 desa yaitu Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali, dan Tanah Rata. Waktu VOC telah 90% menguasai Banda Neira, mereka membangun beberapa kantor yang ditempati untuk deputi, gubernur serta kantor VOC.Konon, satu karung pala bisa untuk membangun istana megah. Hal ini terlihat dari bangunan Istana Mini yang pernah ditinggali gubernur jenderal pertama yaitu Joen Pieterszoen Coen.

banda neira maluku
Ruang dapur
banda neira maluku
Kamar mandi lengkap dengan shower mandi
banda neira maluku
Pesan terakhir koki rumah Istana Mini

Umumnya penduduk pulau Banda pemalu. Interaksi saya sebatas senyuman dan mereka membalas kembali. Saat sedang berkeliling sendiri, ada seorang warga lokal yang berada di dekat Istana Mini. Saya ditemani untuk melihat tiap ruangan. Dia memberitahu ada satu ruangan bagian depan yang menjadi tempat bunuh diri seorang koki karena tidak tahan terkekang oleh Belanda, namanya Rutter Martin Scheming. Sebelum melakukan bunuh diri, dia sempat menuliskan pesan di kaca yang artinya “Ketika bel mulai berbunyi saya rindu kampung halaman. Ketika lonceng mulai berbunyi saya rindu keluarga. Rindu kampung negara.” Bunyi pesan dituliskan dalam bahasa Perancis.

Rumah Pengasingan Bung Hatta

banda neira maluku
Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Neira

Dari tiga “rumah pengasingan” yang ada di Banda Neira, yaitu Dr. Cipto, Bung Sjahrir dan Bung Hatta. Rumah Mohammed Hatta adalah yang paling menarik bagi saya.Debu yang nyaris tak ada di rumah adalah tanda rumah ini dibersihkan setiap hari. Isi rumah dilengkapi perabotan serta pajangan foto-foto Bung Hatta saat pembangkangan, mesin ketik, dan kacamata. Halaman belakang, ada ruang-ruang sekolah yang didirikan Bung Hatta selama pengasingannya. Masih ada papan tulis kayu dengan tulisannya yang otentik “Sedjarah Perjoeangan Indonesia Setelah Soempa Pemoeda di Batavia Pada Tahun 1928”.

banda neira maluku
Ruang tamu rumah Bung Hatta.
banda neira maluku
Benda-benda pribadi Bung Hatta masih tersimpan di lemari.

Saya bertemu sosok Oma Emi Baadila saat ia hendak mengunci rumah karena jam kunjungan sudah selesai. Oleh Oma Emi, saya sedikitnya diceritakan tentang kehidupan sehari-hari Bung Hatta yang dijulukin Om Kacamata. Termasuk Oma Emi membukakan kamar Bung Hatta, di dalamnya ada tempat tidur Bung Hatta dengan seprai putih serta kelambu.

Pulau Run

banda neira maluku
Gunung Banda masih aktif. Perjalanan ke Pulau Run

Esok harinya, saya dan rombongan bertolak ke Pulau Run menggunakan kapal sewa sekitar satu jam perjalanan. Bagi traveler dunia, Banda Neira telah dikenal sebagai surga bahari. Spot snorkeling dan diving terindah untuk melihat terumbu karang serta habitat di dalamnya. Dari tuna, hiu kepala martil, penyu hingga ikan Napoleon ada di dalamnya.

banda neira maluku
Bagas, Saya dan Pak Agil di atas kapal motor.
banda neira maluku
Asyik dengan perahu kecilnya.
banda neira maluku
Di bawah anjungan kapal Pulau Run

Bukan hanya takjub dengan pesona bahari yang rata-rata pasir putih dan air bening di setiap titik spot pulau Banda. Pulau Run memiliki sejarah ketika Belanda rela menukarkan Manhattan dengan Pulau Run ke Inggris hingga muncul Perjanjian Breda yang ditandatangani tahun 1667 antara Inggris, Belanda, Perancis, Denmark dan Norwegia. Perjanjian Breda dilakukan demi mempertahankan monopoli perdagangan rempah dunia saat abad ke-17, sebab hampir 90% Belanda telah menguasai Kepulauan Banda.

Berjumpa Cucu Des Alwi

banda neira maluku
Pemandangan indah dari Hotel Maulana Banda Neira

Seperti saya bilang, transportasi di Banda Neira masih terbatas. Saya diberitahu kalau kapal kembali dari Banda Neira ke Ambon harus ditunda lusa. Tanpa kejelasan dan hanya diberikan alasan teknis “di lapangan” oleh pihak kapal. Mau tidak mau saya harus menambah satu malam lagi. Sedangkan teman-teman lain ada yang harus membeli tiket pesawat baru karena harus segera balik dari Ambon. Namun, ada hikmah di balik gagalnya saya balik dari Banda. Saya berjumpa dengan salah satu cucu tokoh berjasa untuk Banda Neira.

Setelah mendapat info dari Pak Agil, melihat saya antusias dengan sejarah Banda Neira dan Des Alwi. Saya berjalan ke Hotel Maulana milik keluarga besar Des Alwi. Sosok Des Alwi memiliki karisma yang sulit dilepaskan dalam masyarakat di Banda Neira, salah satu yang bisa kita rasakan saat di Banda Neira adalah tatanan perkampungan yang tenang. Dulu, semua warga hanya jalan kaki dan menggunakan sepeda.

banda neira maluku
Hotel Maulana Banda Neira. Lengkungan di tiang hotel dari badan kapal.

Melangkahkan kaki masuk ke dalam bangunan arsitektur tua dekat pelabuhan, dan katanya hotel ini termasuk hotel paling besar yang ada di Banda Neira. Saya melihat dua anak kecil sedang asyik bermain di laut menggunakan kapal kecil. Laut sudah menjadi sahabat mereka dari kecil, tidak sulit untuk mereka mengemudikan kapal.

banda neira maluku
Bersama mbak Mita di Hotel Maulana Banda Neira

Seorang perempuan berkacamata sedang menemani anaknya yang masih balita sarapan pagi. Saya mendekati dia dan mengulurkan tangan tanda berkenalan. Perkenalan saya disambut baik oleh cucu Des Alwi, Mbak Mita saat itu juga. Kami duduk di teras perkarangan hotel mengarah ke pelabuhan. Obrolan berjalan hangat dan mengalir. Saya banyak bertanya tentang Banda Neira, termasuk tempat yang sempat saya kunjungi di hari sebelumnya. Des Alwi termasuk orang yang mendesak pemerintahan setempat untuk renovasi bangunan-bangunan bersejarah di Banda Neira, salah satunya Benteng Belgica.

banda neira maluku
Tulisan di Scheiling House

“Saya ada masuk ke satu rumah kolonial. Langit-langit tinggi dan ada banyak karya seni modern. Termasuk ada tulisan Dar Banda di dinding rumah. Apa sih artinya, mbak?” tanya saya antusias.

“Itu Schelling House. Tempo lalu adik saya membuat pameran di sana. Tujuannya untuk mengangkat isu-isu saat ini termasuk Banda.” Balasnya dan dia mulai bercerita. Sekilas wajahnya mirip dengan almarhum Des Alwi, kakeknya.

Dar Banda memiliki arti dari Banda untuk Banda dan dunia. Identitas Banda Neira hampir terlupakan mengenai budaya, peristiwa, cerita rakyat, dan tempat-tempat ikonik. Sebelum berpisah, Mbak Mita menawarkan saya melihat isi kamar Des Alwi. Di dalam kamar masih ada pajangan foto Des Alwi semasa hidup.

banda neira maluku
Des Alwi (kanan)

Sampai saat ini hati saya masih mengagumi tempat-tempat menawan di Banda Neira untuk berkelana, kesunyiannya, keramahan warga lokal, aroma pala yang kadang tercium di udara bersih. Banyak kejutan yang saya alami dalam perjalanan kali ini. Ah, nampaknya saya jatuh cinta. Sampai ketemu lagi, Banda Neira.

HOW TO BANDA NEIRA

banda neira maluku
Pelabuhan Tulehu Ambon

Kepulauan Banda terletak di daerah terpencil di Indonesia di mana jadwal sering “fleksibel”. Bisa jadi pada saat kalian sudah di sana tidak mendapat jadwal kapal untuk pulang. Meskipun transportasi kapal biasanya dapat diandalkan, terkadang ada masalah yang dapat menyebabkan keterlambatan. Dianjurkan untuk menghindari koneksi erat waktunya. Penerbangan langsung tersedia dari Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Bali ke Ambon dan dapat dipesan terlebih dahulu.

Setibanya di Ambon, kita dapat memilih menggunakan pesawat jenis ATR dari Susi Air membawa 10 hingga 12 penumpang. Tiket biasanya hanya tersedia di bandara, sulit didapatkan jadi lebih baik tidak berharap. Jadwal penerbangan Rabu dan Jumat setiap pukul 7 pagi.

banda neira maluku
Pintu masuk ke Banda Neira

Opsi kedua menggunakan feri cepat berangkat dari Ambon ke Banda Neira pada hari Selasa dan Sabtu, kembali hari Rabu dan Minggu. Perjalanan membutuhkan waktu 6 hingga 7 jam. Ada juga kapal Pelni dan Perintis dan beberapa kapal kargo / penumpang gabungan yang melayani rute tersebut. Harga tiket kapal per orang Rp 410.000.

WHERE TO STAY BANDA NEIRA

banda neira maluku
Cilu Bintang Hotel Banda Neira

Ada banyak guest house di Banda Neira dengan harga variasi. Salah satu guest house dengan pelayanan dan memiliki standar baik adalah Cilu Bintang. Rate harga permalam Rp 450.000 sudah termasuk sarapan pagi. Opsi kedua wisatawan dapat memilih di Hotel Maulana dekat pelabuhan Banda Neira atau guest house lainnya yang saling berdekatan.

WHAT TO EAT BANDA NEIRA

banda neira maluku
Nasi kuning khas Maluku

Nasi kuning adalah menu wajib untuk dicoba. Bisa ditemukan di rumah warga yang berjualan di depan rumah mereka. Jenis makanan di sini makanan rumahan.

DISCLAIMER : Tulisan ini sudah dimuat di Sriwijaya Inflight Magazine edisi Juni 2018. Terima kasih Sriwijaya Air.

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

9 KOMENTAR

  1. kota kecil kaya sejarah..wah lihat isi bangunan tua zaman voc gitu seakan kembali ke masa lalu..berasa time traveller..masuk rumah pak hatta.., dan lautnya aduhhhhh…koh ga nyebur snorkling disana:D

  2. Wow… Baca ini berasa ikut travelling juga. Perjalanannya seru banget ya, mempelajari sejarah itu emang nggak ngebosenin, selalu ada yang bisa dipelajari dari masa lalu.
    Saya ngeri pas baca pembantaian 44 orang kaya dan pesan sang koki sebelum bunuh diri, kayak film horor gitu.

  3. Banda Neira cantik sekali. Tapi kalau jadwal transportasi fleksibel begitu susah juga ya. Mesti spare time lebih untuk jaga-jaga berarti 🙂

  4. Indonesia Timur selalu indah yah. Mayan juga perjalanan dng fery 7 jam. Ombaknya besar ga?
    Tapi, engga seru kalau engga menyambangi tempat² bersejarah. Kusuka tuuh…

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru