BerandaCulinaryMulai Langka, 3 Makanan Palembang ini Hampir Punah

Mulai Langka, 3 Makanan Palembang ini Hampir Punah

Author

Date

Category

Setiap kota pasti memiliki kuliner yang berbeda untuk dimakan. Bahkan kuliner sudah masuk dalam rana budaya dan sejarah. Salah satunya yaitu makanan tradisional. Sebagian besar kuliner yang kita jumpai berasal dari masa lalu. Hal ini menjadi pertanda bahwa orang terus makan sesuatu di masa lalu hingga sekarang. Ini pula menjadikan suatu kebiasaan hingga selalu dinikmati oleh banyak orang. Makanan Palembang yang masih ditemui mayoritas terbuat dari ikan dan terigu, misal turunan pempek. Padahal di kota tertua ini terdapat banyak sekali makanan khas Palembang.

Makanan Palembang

Makanan tradisional biasanya tergantung pada habitatnya. Misalnya untuk mereka yang tinggal di gunung, makanan tradisional mereka biasanya sayuran. Sedangkan, bagi mereka yang tinggal di dekat laut atau sungai, makanan tradisional mereka sebagian besar didasarkan pada ikan. Seperti Palembang, sudah tidak diragukan kalau pempek merupakan makanan khas Palembang yang paling nikmat.

Semakin sering orang makan maka eksistensi makanan itu akan tetap ada. Masalahnya, makanan khas Palembang itu mulai susah ditemui di mal maupun restoran, bahkan di pasar tradisional pun semakin susah dijumpai. Perkembangan zaman juga bisa membuat makanan tradisional kehilangan penggemar. Misal makanan khas Palembang yang jarang ditemukan lagi, di antaranya Telok Ukan, Gulo Puan, dan Gelenak.

1) Telok Ukan, Makanan Berbentuk Telur

telok ukan palembang
Telok ukan menjadi makanan nikmat pada masanya.

Mungkin hanya beberapa orang saja yang familiar dengan kuliner khas Palembang berbahan telur ini. Telok Ukan, salah satu jenis makanan tradisional terbuat dari telur dan santan. Eksistensinya tidak begitu banyak diketahui oleh warga Palembang.

Makanan ini sangat unik karena disajikan di dalam kulit telur. Rasa Telok Ukan unik dan lembut. Tidak benar-benar bau tetapi cukup nyaman untuk disantap dengan ketan bakar. Sayangnya “Telok Ukan” hampir punah. Hanya beberapa orang yang menjual “Telok Ukan” selain itu makanan ini juga tidak memiliki variasi.

Meskipun wadahnya berasal dari cangkang telur bebek, isinya bukan hanya telur. Telok Ukan semacam kue olahan telur, layaknya kue srikaya namun dengan rasa yang berbeda. Kue Srikaya terkenal dengan rasa manisnya, namun isi Telok Ukan rasanya gurih dan asin. Rasa gurih dan asin tersebut berasal dari perpaduan rasa telur, santan dan kapur sirih.

Proses membuat Telok Ukan dimulai dari telur bebek di lubangi dengan jarum. Isinya dikeluarkan lalu dicampur dengan aneka bumbu. Setelah itu dimasukkan kembali ke cangkang telur melalui lubang kecil tadi, dan proses ini harus sangat telaten. Ujung lubang nantinya ditutup menggunakan gabus. Selanjutnya telur direbus hingga matang.

Cara menyantap Telok Ukan dengan ditemani ketan bakar sehingga bisa menetralisir rasa dan menambah sensasi makan. Sekarang tak mudah menemukan salah satu kuliner khas Palembang ini oleh karena peminatnya yang sudah jarang dan durasi membuatnya pun lama.

2) Gulo Puan, Manis dan Legit

gulo puan palembang
Ada dua jenis gulo puan yaitu kering dan basah.

Konon, makanan manis ini merupakan warisan raja Kesultanan Palembang Darussalam. Gulo Puan ini merupakan kudapan manis berbahan dasar susu kerbau rawa. Makanan ini pun menjadi pengganti upeti sehingga memiliki nilai sejarah. Seiring berjalannya waktu, Gulo Puan juga menjadi kudapan ciri khas masyarakat Palembang.

Di daerah Ogan Komering Ilir (OKI), daerah Desa Pampangan dikenal masyarakatnya ahli dalam mengelola Gulo Puan. Pampangan jaraknya sekitar 85 km dari kota Palembang atau sekitar 50 km dari kota Kayu Agung yang merupakan ibu kota Kabupaten OKI.

Dalam bahasa setempat, gulo memiliki makna gula dan puan artinya susu. Sesuai penamaan maka Gulo Puan dimasak seperti membuat kue karamel. Hanya bedanya kalau karamel menggunakan gula pasir, sedangkan Gulo Puan menggunakan gula merah.

Dari teksturnya, Gulo Puan memiliki dua varian yaitu basah dan kering. Untuk varian basah lebih sering digunakan sebagai selai olesan roti. Sedangkan untuk varian kering digunakan sebagai pengganti gula pasir di kopi atau masakan. Tekstur gulo puan ini lembut, berpasir, dengan warna kecoklatan. Rasanya manis gurih, perpaduan antara karamel. Sehingga tak jarang orang menjadikan gulo puan sebagai campuran dalam kuliner lain.

Sekalipun cara pembuatan yang rumit dan lama, bahan baku susu kerbau rawa juga jarang ada. Padahal kandungan proteinnya cukup banyak. Susu kerbau rawa memiliki protein lebih tinggi daripada susu sapi. Kandungan inilah yang membuat susu kerbau rawa dapat diolah menjadi gulo puan.

Di Palembang sendiri masih ada penjual yang menjajakan Gulo Puan dalam bentuk ekonomis. Para penjual ini mengambil langsung dari Desa Pampangan yang kemudian mereka jual kembali. Salah satu tempat yang bisa kita jumpai pada waktu-waktu tertentu saja, seperti saat shalat Jumat di Masjid Agung Palembang. Harga jualnya juga cukup tinggi sekitar Rp 140 Ribu untuk setiap kilogram. Namun, juga bisa membelinya sesuai kebutuhan.

3) Gelenak, Dodol Rasa Rempah

gelenak palembang
Gelenak punya citarasa rempah dan manis

Khusus kuliner khas Palembang satu ini, Gelenak sudah jarang sekali yang mengetahuinya, karena memang jarang ada pedagang menjajakan jenis panganan ringan ini. Saya mengenal jajanan ringan ini dari salah satu teman. Karena terus terang saya pun baru pertama kali melihatnya, namun dari orang Palembang yang tahu, jajanan ini termasuk salah kuliner sejak lama yang saat ini mulai langka.

Gelenak mirip seperti wajik atau dodol khas Jawa Barat. Berbentuk pipih, bulat dan berwarna coklat kehitaman. Tekstur kenyal dan tidak terlalu manis, namun tetap ada elemen rempah-rempah yang menjadi ciri khas Gelenak. Kue khas Palembang ini terbuat dari tepung ketan yang diberi bumbu rempah rempah, seperti cengkeh dan kayumanis. Menurut saya, jajanan ini paling cocok dimakan bersama kopi hitam pahit. Rasanya lebih nikmat.

Dulunya Gelenak makanan rumahan sama seperti pempek. Sehingga ada tradisi di Palembang setiap sore minum kopi, teh sambil makan Gelenak, pempek dan lainnya sambil duduk diteras.

Memang sangat disayangkan, jika kita sebagai generasi muda melupakan identitas sejarah kota sendiri. Tiga makanan khas Palembang ini memang sudah jarang kita jumpai. Padahal sebagai warga Kota Palembang, khususnya untuk generasi muda sudah sewajibnya turut serta untuk dapat melestarikan budaya Palembang, termasuk kulinernya.

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

18 KOMENTAR

  1. hiks makanannya asing semua buatku mas deddy, semoga nanti bisa berkesempatan nyobain langsung di palembang
    kalau mirip wajik atau dodol sudah ada bayangan, karena di jawa nggak asing dengan makanan ini

  2. Telok Ukan sekilas saya kira telor asin. Keren banget ulasannya kak terima kasih

  3. Biasanya di pasar-pasar tradisional masih ada yang jual ya Bang? Di tempat saya, juga banyak makanan yang hampir punah. Jika ada orang yang hendak selamatan, dan butuh makanan tradisional yang sudah jarang ada, biasanya solusinya beli di pasar tradisional.

  4. Duhhh jangan sampai punah dehh.. saya belum sempat menyambangi Palembang nih.. Mudah-mudahan kalau kesana masih bisa menemukan 3 makanan khas Palembang ini deh. Amin!

  5. Aku bisa ngerti yg Telok ikan skr jd langka.. ga kebayang cara bikinnya hrs ngelubangi telur dulu :D. Walopun aku jd penasaran Ama rasa2 makanan ini. Sayang memang yaaa makanan tradisional kayak gini hrs punah Krn banyak yg ga membuat LG. Seharusnya resepnya ttp dilestarikan jd suatu saat ada yg nerusin.

  6. Ternyata ada makanan Palembang lainnya selain yang saat ini terkenal dan saya kenal rupanya Mas.
    Saya cuma kenal pempek saja nih Mas. Tapi ada juga kerupuk yang rasa ikan itu Mas, kemplang ya namanya? Itu saya suka juga.
    Pempek & kerupuk kemplang jadi oleh-oleh yang suka dibawa oleh keponakan saya yang tinggal di Pelambang bila berkunjung ke Sukabumi.

    Salam,

  7. Ketiganya baru pertama kali saya dengar namanya, Mas Deddy. Telok ukan itu bikin penasaran, sih. 😀 Mungkin kalau ada festival kuliner tradisional/lawas semacam Pasar Kangen, makanan-makanan seperti ini bakal muncul lagi ke permukaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru