Ketika orang sedang ribut membuat membenteng yang menandakan eksklusif dirinya, saya ingin membuat jembatan yang dapat menghubungan saya dengan mereka. Sama waktunya saat pengetahuan saya tentang perbankan syariah belum cukup, saya hanya melihat sudut pandang bahwa bank yang berasas syariah tersebut hanya milik orang pribumi/muslim bukan untuk saya yang beretnis tionghoa/non-muslim.
Lima atau enam tahun lalu, kehadiran bank syariah seolah membangun eksklusif bahwa mereka memiliki pangsa pasar sendiri, adalah orang-orang yang ingin mengikuti ajaran agamanya untuk tidak memakan uang hasil riba. Sehingga kontroversi mengenai halalkah menerima "bunga" dari bank konvensional terus bergulir, lalu solusi yang ditawarkan adalah menggunakan jasa perbankan syariah. Belum lagi interior di dalamnya bernuansa islamik yang kental dengan huruf-huruf kaligrafi, nada sapa "asalamualaikum".
Maka sayapun menjadi nasabah syariah
Apa yang membuat saya melirik ke syariah? Ada 2 rekan saya, mereka muslim. Sebut saja Indah dan Budi. Indah bercerita kalau dia mendepositokan uangnya di bank syariah, dalam jangka waktu 1 tahun Indah mendapat "bunga" yang menurut saya lumayan kalau dibandingkan bank yang menerapkan sistem bunga. Lalu Budi bercerita kalau dia menabung dengan nominal sekian juta, dalam sebulan dia bisa mendapat "bunga" yang membuat saya tercengang.
Sebenarnya kurang enak menulis bunga dalam tanda kutip. Dalam perbankan syariah, sistem bagi hasil menjadi sorotan bagi saya. Hasil yang diperoleh perbankan syariah sebenarnya dari hasil pengolahan uang-uang nasabah dan ketika bank mendapat untung maka hasil itulah yang akan dibagi ke semua nasabahnya sesuai jumlah nominal tabungan yang dipercayakan sama perbankan syariah.
Merek itu hanyalah produk
Siangnya, saat jam istirahat saya keluar kantor sama Budi untuk ke bank syariah. Kebetulan Budi juga mau menabung, sedangkan saya ingin membuka rekening baru. Meluncurlah kita ke BRI Syariah di dekat Hotel Horison Palembang. Saya rasa semua bank yang berlabel syariah adalah sama saja, entah kamu pilih Mandiri Syariah, BNI Syariah, atau Muamalat. Persamaannya karena mereka tetap menggunakan sistem bagi hasil. Perbedaannya? Nanti saya uraikan selanjutnya.
Begitu saya mau masuk ke dalam bank, saya sudah disambut oleh seorang satpam sambil menanyakan keperluan saya. Saya bilang ingin membuka tabungan, maka dia memberikan saya nomor antrian di bagian customer service officer. Saya akuin kalau beberapa pasang mata tidak henti melihat saya dari atas sampai bawah begitu saya masuk. Entah apa yang mereka bingungkan. Barangkali mereka bingung kenapa seorang non-muslim mau masuk ke dalam bank syariah?
Ada rasa deg-deg-an juga sewaktu bicara sama petugas
Tiba giliran saya ke meja petugas, sewaktu mau duduk saya disapa dan ditanya ada keperluan apa. Saya bilang saya ingin membuka rekening baru di bank tersebut.
Saya : Maaf mbak, boleh kan saya jadi nasabah syariah?
CSO : Boleh kok mas.
Saya : Tidak ada rasis untuk etnis lain bukan?
CSO : Tenang saja mas.
Lega saya lalu mulai mengisi lembaran formulir pembukaan rekening baru dan melengkapi persyaratan.
Selesai dari bagian CSO, saya mulai ke bagian teller untuk menyetor simpanan saya yang pertama. Dan masih saya dilihat sama petugas teller itu. Bingung penampilan saya ada yang salah ya, sampai saya sendiri jadi kikuk diperhatiin begitu. Hehehehe…
Plus minus ibarat kutub utara dan selatan sebuah magnet
Bertanya sama Budi kenapa dia memilih syariah (baca : BRI Syariah), karena dia dilatih untuk terus menabung daripada memakai uangnya menggunakan kartu ATM. Nasabah dapat memilih mau mengambil ATM atau tidak. Terakhir, lokasi bank yang jauh dari rumahnya maka memuat Budi malas untuk mengambil uang.
Selain alasan yang disebutkan Budi, kalau saya sendiri karena akses yang masih terbatas itu justru menjadi kebiasaan yang positif bagi saya untuk menabung. Pertama, kartu ATM masih belum dapat digunakan untuk transaksi debet. Maka saya aman untuk mengontrol pengeluaran uang saya. Kedua, belum ada internet banking. Maka saya aman dari tindak kejahatan kriminal di dunia maya. Ketiga, mau tidak mau saya hanya untuk menabung buat masa depan saya. Keempat, tidak ada pemotongan biaya administrasi bulanan inilah yang menjadi pemicu saya.
Pelayanan yang di atas standar
Sekarang saya akan menguraikan perbedaan perbankan syariah tersebut (baca : BRI Syariah) dengan perbankan lainnya. Setiap pagi saya ke kantor, selalu angkot saya melewati depan bank tersebut. Bangunannya modern dan jauh dari kesan interior bernuansa islam. Maka saya sebagai non-muslim merasa nyaman untuk melangkahkan kaki ke dalam. Saya seperti masuk ke bank pada umumnya, jauh dari kesan adanya huruf-huruf kaligrafi yang tidak dapat saya mengerti artinya. Kaca-kaca transparan seolah mengundang saya dari dalam angkot untuk melihat aktivitas-aktivias yang sedang mereka kerjakan.
Segala sesuatu yang diawali dengan niat baik, mudah-mudahan hasilnya akan manis rasanya
Dari dalam angkot, saya melihat satu aktivitas yang mungkin tidak pernah dilakukan oleh orang-orang kantoran, baik dari jajaran manajemen sampai bawahan, dari kepala cabang sampai ke satpam. Apa itu? Mereka selalu berkumpul di depan ruang tunggu sambil kedua tangan mereka terbuka layaknya orang muslim sedang berdoa. Ya, mereka setiap pagi selalu berdoa bersama.
Ini yang menjadikan saya mempercayain uang saya untuk dikelola oleh sistem syariah dan memilih bank syariah tersebut. Mereka tidak melupakan Tuhan mereka dalam setiap pekerjaan dan pelayanan mereka. Saya yang sebagai non-muslim pun memikir wah hebat, bahkan di kantor saya sendiri tidak ada kegiatan seperti ini. Ya, bukannya saya berharap melakukan ini seperti orang-orang Farisi yang berdoa memuji Tuhan di lorong-lorong sehingga orang-orang semua tahu apa yang kamu lakukan. Karena itu tidak akan menjadi berkah.
Sehingga dari situ tercipta suatu hubungan yang terjadi walau saya di dalam angkot. Harapan saya suatu saat non-muslim pun mau melirik dan merasakan manfaatnya di perbankan syariah. Sehingga yang menjadi eksklusifnya adalah bukan nuansa islamiknya melainkan sistem bagi hasil yang sesuai porsi itulah yang menjadi eksklusif.
Salam hangat,
Huang
saya juga lagi pertimbangkan buka tabungan syariah ni mas tapi lagi cari referensi dulu mana yang paling cocok dan nemu lah artikel ini
aku jugo punyo rekening di BRI Syariah. isinyo mungkin 200rb … atau malah kuranng. hahahahaaaa …
tradisi berdoa pagi sudah lazim dilakukan di lingkungan perkantoran di moment morning briefing. Sebagai umat beragama selayaknya kita selalu mengingat Allah / Tuhan dalam setiap aktivitas kita. Bank Syariah memang banyak diminati sekalipun oleh orang non muslim. karena konon porsi bagi hasil yg lbh menguntungkan bagi nasabah dibandingkan dengan konsep bunga pada bank konvensional.
nice post.
jadi tertarik buka rekening syariah
cerita ini bisa menjadi sebuah referensi saia dalam penulisan skripsi …
mantap
Izin menyimak pak, kren 🙂
Hai Tommy,
Apa kabarnya nih 🙂
wuih,,, hebat ya… ternyata
makasih atas informasinya boss…..
salam kenal dari saya…
pengen punya busana dari tenun ikat tradisional & batik kudus untuk hari raya?
klik http://www.galeritenuntroso.com
dan inilah yg diharapkan dari konsep syariah,…………………….
[…] Dimuat di harian Jurnal Nasional. Berceritakan tentang pengalaman saya menabung di Bank Syariah. Tulisan selengkapnya bisa dibaca disini. […]
Salam kenal saudara Huang 🙂
Artikel yang sangat menarik.
izin sharing/re-post ya.
salam sejahtera,
khairi
saya tabungan pendidikan anak saya…tabungan pensiun…asuransi…semua udah di bank syariah…
cuma tabungan untuk keperluan sehari-hari saja yang masih pakai bank konvensional…
Artikel yang membuat saya termenung, karena apapun bentuk sistemnya seperti di bilang bahwa benar adanya jika Segala sesuatu yang diawali dengan niat baik, mudah-mudahan hasilnya akan manis rasanya… salam kenal..dari saya
hmmm, masih mencoba menyimak saja dulu
aku belum punya habis aku tahunya itu khusus buat yang muslim ajah… kalo dari Mandiri bisa diubah ke Mandiri Syariah gak ya?
Saya pake BNI syariah karena ATMnya dimana-mana, juga pake Mandiri syariah untuk tabungan tetap hehehe… ^_^v
saya pake muamalat karna selain memang berbasis syariah, juga bebas biaya tarik di ATM manapun
huaaaaaaaaaaaangg.. empat jempol yg ayuk punyo, ayuk sodorke samo huang galo. hohoho. ulasan yg keren, bro!! indahnya dunia ini jika kita bisa melihat sisi positif dari masing2 kita ya dek. bukan malah saling memojokkan dan merasa paling benar sendiri. pun dg system bank. cerdas sekali dirimu mencerna sesuatu, dek! salut!
Satu lagi bukti, masalah keterbatasan informasi menjadikan rasa apatis yang prematur ya Mas 🙂
Salam bentoelisan
Mas Ben
Di tempat kerja saya otomatis dapat Permata Bank, sebenarnya sih bisa menggunakan Bank Mandiri. Saya jadi malu, sekarang masih sulit untuk diajak menabung, mungkin ATM tersedia dimana-mana kali ya, jadi keseringan gesek untuk keperluan yang bukan kebutuhan primer 🙁
Wah harus mulai menabung nih, makasih infonya mas 😀
Huaaah kalah gua….. Gua blom memiliki akun syariah… TOP bro
iy, karena kata ‘syariah’ orang-orang jadi berfikir itu tabungan utk persiapan ‘naik haji’
thanx for the information Huang ^^
good
nice
Namanya bukan bunga kl di perbankan syariah, tp itu sistem bagi hasil. Cb di googling lg utk tau lbh jauh ttg perbankan syariah.
Asik, ulasan yang bagus, Mas Huang. 🙂
Benar kata Mas Didot, “Syariah” hanya nama dan sistemnya aja. Siapapun boleh nabung di situ. 😀
jadi pengen punya juga tabungan syariah nih 😉
makasih atas ulasannya huang,memang non muslim pun berhak kok memakai produk syariah,itu kan buat umum bukan buat umat muslim aja 🙂