BerandaTravelingIndonesiaJelajah Alam Besemah : Taman Batu Organik Bandu Agung, Lahat

Jelajah Alam Besemah : Taman Batu Organik Bandu Agung, Lahat

Author

Date

Category

Potensi Wisata Alam Besemah

Masih menyimpan rasa penasaran saya untuk Jelajah Alam Besemah yang pernah dimasuki oleh Belanda saat di Sumatera Selatan. Tentunya budaya Besemah memiliki keindahan serta sejarah tanah Besemah masa lalu yang menjadi kebanggaan di Bumi Sriwijaya. Adat Besemah ini biasanya tersimpan rapat yang disajikan berupa objek wisata yang bisa kita kunjungi. Info yang saya dapat dari teman yang berasal dari Besemah, bahwa nama Besemah adalah merujuk ke suku yang ada di daerah Lahat dan Pagaralam. Cakupan asal muasal suku Besemah luas sekali dan tampak seperti tidak memiliki batas wilayah geografis yang tegas. Walaupun terpisah secara geografis dan administratif, mereka tetap merasa dan mengakui jati diri sebagai orang Besemah atau keturunan Besemah.

Beberapa kali jelajah alam Besemah seperti Lahat dan Pagaralam sering kali berdecak kagum dengan potensi wisata yang masih alami di dua kota tersebut dan belum banyak diketahui orang. Memang saya mengakui kalau ingin berkunjung ke wilayah Besemah kita harus menggunakan kendaraan pribadi serta ditemani oleh orang setempat yang mengenal wilayah tersebut agar bersedia mengantarkan kita ke potensi wisata tersebut.

Pemandangan Desa Bandu Agung
Baru sampai di perkampungan Desa Bandu Agung, Kecamatan Muara Payang. Foto oleh Radograph.
anak desa bandu agung
Baru sampai, snackku langsung diminta si anak manis ini :D. Foto oleh Radograph.

Dimulai dari wilayah Besemah Pagaralam bersama rombongan Pagaralam Move On dan Pagar Alam Guide. Kami pun diajak ke suatu tempat dengan “iming-iming” tempat ini merupakan kawasan unik di tanah Besemah yang menyerupai taman batu. Lewat foto dari ponsel Pak Eko, dia meyakinkan kami untuk berkunjung saat malam hari kami berkumpul menikmati Kopi Pagaralam yang nikmat. Ditunjukannya sekilas foto-foto yang ada di taman batu organik milik Mang Damsi. Lokasi taman milik Mang Damsi ini berada di Desa Bandu Agung, Kecamatan Muara Payang. Perlu waktu sekitar tigapuluh menit jam perjalanan dari Pagaralam menuju lokasi. Setelah sampai di Desa Bandu Agung, kita harus berjalan kaki sekitar 10-15 menit melewati perkebunan kopi yang rindang, sampailah kita di taman indah ini.

Di tengah perjalanan, saya berjumpa dengan seorang anak kecil yang baru selesai pulang sekolah. Sifatnya yang polos seketika mengulurkan tangannya ke arah saya yang kebetulan saat itu sedang menikmati snack ringan. Hati saya luluh dan segera memberikan snack yang baru saya buka untuk si adik kecil. Kami tertawa bersama, baru saja dibuka sudah “dipajakin” sama anak kecil 😀

foto masuk ke taman batu organik
Menyusuri jalanan kebun kopi menuju Taman Batu Organik
akses jalan ke desa bandu agung
Akses jalan yang becek siap kami tempuh

Belajar Arti Sabar Lewat Filosofi Taman Batu Organik

Kami segera melangkah masuk lebih dalam di sebuah jalan setapak yang penuh dengan lumpur di antara kebun kopi. Jalanan setapak ini merupakan akses masuk ke dalam Taman Batu Organik milik Mang Damsi. Tapi tidak apa-apa, karena kita juga bisa sambil menikmati pemandangan kebun kopi jenis Arabica dan Robusta yang sudah terkenal di Sumatera Selatan. Untunglah kami tidak mengajak para manja traveler atau aleman traveler yang pasti akan kerepotan untuk melalui jalanan becek dan licin.

Perjalanan tidak terlalu lama, dari arah jauh kami sudah melihat tatanan jalan tanah padat dengan rumput hijau. Sisanya merupakan batu-batu alami yang disusun sedemikian rupa seperti berada di dalam sebuah labirin. Hampir 80 persen luas tanah di taman ini disusun oleh batu-batu tanpa perekat. Saya langsung teringat dengan filosofi Yin dan Yang yang mengajarkan kita tentang keseimbangan dan cara menyusun batu. Layaknya kita bertamu ke rumah orang, ada aturan bagi kita untuk melepaskan alas kaki sewaktu menginjak kaki di taman batu ini.

foto taman batu organik
Jalan masuk ke Taman Batu Organik
batu susunan taman organik
Semua batu tersusun rapi

Tanganku iseng mencoba mengangkat sebuah batu yang sudah disusun. Ternyata setiap sisi batu memang menyatu dengan batu lainnya tanpa perekat. Saya jadi berpikir, sudah berapa lama beliau melakukannya?

Terdapat sebuah pondokan kayu bertingkat dua di samping pintu masuk menyambut kami. Lantainya berupa tanah empuk yang bersih. Saya menduga pondokan ini merupakan tempat Mang Damsi beristirahat sembali menghidangkan kopi hangat dari tungku api dengan teko logam di atasnya. Saya mendekati tungku api tersebut lalu melihat sebatang bambu yang bolong di tengahnya.

tering alat tiup tradisional
Mbak Linda dari Pagar Alam Guide sedang meniup “Tering”

“Itu namanya Tering,” seru mbak Linda yang sudah berdiri di belakangku kemudian memperagakan cara menggunakan Tering. Tering merupakan alat untuk meniup api agar volume api lebih besar. Metode memasak yang tradisional ini tentunya jarang kita jumpai di perkotaan, masih sangat alami. Konon, masak menggunakan kayu bakar cita rasanya lebih sedap.

Berada di Taman Batu Organik membuat kakiku ingin segera berkeliling melihat hasil karya dari Mang Damsi. Saya melihat teman-teman saya sudah berkeliling di sekitar taman, namun sosok lelaki usia lanjut dengan uban yang hampir memenuhi kepalanya ini memiliki kisah menarik untuk didengar. Dia menghisap dalam “Djarum” di tangannya sembari melanjutkan dirinya becerita.

foto mang damsi
Mang Damsi duduk sambil memberi petuah
hasil karya taman batu organik
Hasil karya Mang Damsi sejak 1980
tanah besemah taman organik
Mang Damsi juga menanam bunga di sekitar batu
tanah taman batu organik
Hasil galian yang masih akan terus digali untuk memisahkan batu dan tanah.
taman cantik di desa bandu agung
Halaman belakang Taman Batu Organik

Volume suara Mang Damsi tidak segagah dulu, namun kita masih dapat mendengarkannya. Berdasarkan cerita Mang Damsi, taman batu organik ini terbuka untuk umum agar bisa digunakan buat pengajaran. Mang Damsi dulunya mengerjakannya sendirian sejak tahun 1980 sampai sekarang di luas tanah yang sedang kami datangi. Bagaimana cara Mang Damsi melakukan semuanya itu? Mang Damsi menggali tanah kemudian memisahkan tanah dan berbatuan. Selanjutnya dengan kemampuannya yang merupakan alumnus  ISI Jogja, Mang Damsi menyusun batu-batu tersebut hingga seperti yang kita lihat sekarang. Barangkali kita tidak akan percaya kalau semua dia lakukan tanpa menggunakan alat berat, bahkan semen atau batu bata. Mang Damsi mengerjakannya semua mulai mengeduk tanah hanya dengan kedua tangannya. Luar biasa!

Saat ini ada orang yang membantu dirinya, menurutnya orang tersebut adalah orang yang ingin belajar termasuk membantu Mang Damsi menggali tanah. Hanya orang-orang pilihan yang menurut Mang Damsi cocok untuk membantunya dan memiliki niat yang baik. Jujur saja sedikit mengenyitkan dahi dengan cara berpikir logika saat berbicara dengan Mang Damsi. Tiap tutur katanya seperti sebuah nasehat dan arahan. Barangkali kalau kalian yang memiliki ilmu kejawen dapat berhubungan langsung dengan apa saja yang ada di Taman Batu Organik ini.

foto drone taman batu organik
Luas Taman Batu Organik milik Mang Damsi. Foto oleh Parameswari
Taman Batu Organik Desa Bandu Agung
Taman Batu Organik Desa Bandu Agung, Kecamatan Muara Payang
spot foto prewedding
Spot foto kece Instagramable. Difoto oleh Radograph

Bebatuan di taman ini di susun seolah merekat satu sama lainnya, padahal tidak menggunakan perekat seperti semen sedikitpun. Menurut Mang Damsi, dia hanya menjodohkan bebatuan itu sehingga saling menyangga satu sama lainnya. Di sela-sela batu, Mang Damsi menanam beragam jenis bunga untuk mempercantik penampilan secara visual. Lumayan lama juga kami berada di taman batu organik ini untuk melihat sendiri karya seni imajinasi tinggi dari seorang Mang Damsi.

Disela obrolan bersama Mang Damsi mengenai filosofi taman batu, saya menangkap sebuah pesan bahwa apa yang ada di bumi ini sudah memiliki pasangannya masing-masing. Kalau belum mendapatkannya artinya perlu waktu lebih sabar untuk menunggu hingga waktu yang tepat dan berjodoh.

Jelajah alam Besemah khususnya wisata Lahat kali ini memang bukan hanya memberikan saya wawasan mengenai wilayah Besemah, melainkan filosofi yang dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Saya masih harus lebih banyak bercerita tentang Pesona Sriwijaya.

Terus, jodoh ku sama siapa?

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

33 KOMENTAR

  1. Bagusnyaaaaa…
    Pengen ke sana ah suatu hari nanti. Dihitung-hitung memang baru beberapa kali aja ikut suami mudik ke Pagaralam. Dan kayanya doi juga ga tau ada tempat sekeren ini di sana. Maklum, dia orang Pagaralam karena cuma numpang lahir doang di sana.hahaha.

    Thanks for sharing, Koh.

    Malah jadi lebih tau tentang Pagaralam di sini.

  2. inspiratif banget, jiwa pengabdian dan konsisten pada apa yang diyakini
    tapi hasilnya cakep banget, serasa taman yang ditata oleh arsitek lansekap..
    btw batu2nya bukan batu peninggalam sejarah?

  3. Sesungguhnya alam itu sudah menyediakan semua yang kita butuhkan ya. Mungkin seperti ini pula yang dilakukan saat membangun candi-candi bersejarah kita, hehe.

    Kirain kayak Stone Garden di Padalarang, koh. Ternyata unik juga, menarik 🙂

  4. Menarik banget, aku pikir taman batu organik itu apa ,,, ternyata ini maksudnya. *menerjemahkan dari gambar saja*

    Aku agak-agak gak percaya awalnya kalau taman batu ini disusun oleh seorang diri saja, karena terlihat rapi dan terawat. Serta tertata secara artistik, meskipun gak aneh juga karena mang Damsi lulusan ISI. Hmmm taman ini dibuka untuk umum? Ada retribusi masuknya atau nggak ko?

    • Memang aku sendiri juga agak susah buat tafsir apa yang dilakukan sama Mang Damsi ini, mas Bart. Obrolannya tidak jauh dari nasehat dan petuah yang kadang kita tanya apa dijawab dengan nasehat.

      Selama disana aku gak menemukan alat berat, hanya kayak cangkul dan kayu saja. Selain itu memang tidak ada retribusi, bebas masuk asal melepaskan alas kaki dan sopan. Ini milik Mang Damsi pribadi lho.

  5. Ah kalau Om Deddy ngebahas Kota Lahat pasti gak ada habisnya deh Om. Berarti Lahat bukan terkenal dengan Gn.Dempo dan Hamparan Kebun Teh y Om..

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru