BerandaReviewEventJelajah Ragam Kuliner Wallacea

Jelajah Ragam Kuliner Wallacea

Author

Date

Category

Berbicara mengenai kuliner sepintas terlihat sederhana namun menjadi sebuah isu penting dan mendasar dalam kekayaan warisan budaya Indonesia. Salah satunya kali ini kita akan mendengar cerita tentang ragam kuliner Wallacea.

Khususnya wilayah pulau Sulawesi yang dikenal sebagai Wallacea line ini memiliki kekhasan kuliner yang melengkapi keanekaragaman budaya Nusantara.

***

Kawasan Wallacea dan Kekayaannya

Wallace kini menjadi rumahnya endemis cantik di kawasan Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Kawasan-kawasan tersebut dikenal Wallacea, wilayah paling tinggi hayati endemisnya.

Sebagai satu kawasan, Wallacea dibatasi oleh garis-garis imajiner. Sedangkan di Indonesia dibedakan antara Garis Wallace dan Garis Weber.

jalur wallacea
Jalur Wallacea yang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia Timur

Catatan sejarah tentang kekayaan hayati Indonesia bagian timur ini tertulis apik oleh Alfred Russel Wallace, seorang penjelajah dan naturalis Inggris yang secara tidak langsung merupakan penemu batas zoogeografi Wallacea.

Perjalanan Wallace ini dimulai pada 1854 dan berakhir tahun 1862, selama delapan tahun.

Dari hasil pengembaraan menyusuri berbagai sudut Nusantara, Wallace berhasil mengumpulkan setidaknya ada 125000 spesimen yang berada di antara kawasan Oriental dan Australasia. Dan tiga pulau seperti Sulawesi, kepulauan Maluku hingga Nusa Tenggara memiliki wilayah kaya spesies endemik.

Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea

Saya senang dapat mengikuti webinar “Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea” yang diselenggarai oleh Omar Niode Foundation.

Dua kegemaran saya dalam traveling adalah wisata alam dan kuliner. Sulit untuk dipisahkan ketika sedang traveling.

jelajah wallacea
Peserta Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea

Selain kaya akan ekosistem biologis, ternyata Wallacea juga punya daya tarik dari sisi kuliner. Hal itu digawangi Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia tertarik untuk memperkenalkan kembali kawasan ini bertepatan dengan World Food Travel Day yang jatuh setiap tanggal 18 April.

Pemateri pada petang itu diisi oleh :

  • Erik Wolf – World Food Travel Association 
  • Aris Prasetyo – Harian Kompas
  • Fitria Chaerani – Campa Tour
  • Mohammad Firdaus – Pangan Bijak Nusantara 
  • Meilati Batubara – Nusa Indonesian Gastronomy 

Sudah pasti acara webinar yang saya ikuti ini salah satunya dalam rangka melestarikan dan mempromosikan budaya kuliner Wallacea. Dalam kondisi pandemi seperti ini akhirnya semua dilakukan secara online, saya membayangkan kalau saja bisa berangkat ke Wallacea untuk merasakan pengalaman sendiri.

Ragam Kuliner Wallacea

Walau baru hitungan jari mengunjungi daerah Maluku serta NTT, saya mengakui kalau daerah Indonesia timur mempunyai ragam kuliner yang menarik.

Kita dapat menemukan kuliner di satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang.

Pemaparan materi dari Mei Batubara, Nusa Indonesia Gastronomy memberikan wawasan baru mengenai ragam kuliner Wallacea.

Misalnya di Sulawesi mempunyai Sup Hitam sebagai makanan tradisional dengan kluwak sebagai salah satu bahannya, ditambah berbagai jenis bumbu dan rempah. Berbicara kluwak, tentu kita akan teringat dengan Rawon dari Jawa Timur yang juga memakai kluwak sebagai salah satu bumbu masakannya.

Mbak Mei memberikan beberapa contoh kuliner Sulawesi lain seperti :

KAPURUNG 

Hidangan khas Suku Bugis dan umum didapatkan di Sulawesi Selatan (Luwu). Terbuat dari bubur sagu yang disajikan dengan kuah ikan atau ayam serta sayur-sayuran dan jagung. 

PA’PIONG 

Hidangan khas Suku Toraja yang menggunakan bahan daging (dahulu kerbau atau babi), daun jeruk/miana, nangka muda, batang pohon pisang dan rempah. 

IKAN PAREDE 

Ikan masak kuah dimasak dengan mangga muda, kunyit, cabe dan asam patikala (buah kecombrang). – Ikan kuah kuning 

ILABULO 

Hidangan khas Gorontalo ini terbuat dari hati/ampela ayam, tepung sagu, pisang sepatu, santan dan bumbu. 

SAYUR PATUNGO 

Hidangan khas Gorontalo ini terbuat dari jantung pisang yang ditambahkan dengan ikan, kelapa, cabe dan rempah. 

BAROBBO 

Bubur khas Manado yang terbuat dari jagung, beras, aneka sayur dan santan, dimasak secara bersama sampai menjadi bubur. 

Ada juga kuliner Maluku, seperti :

GATANG KENARI 

Menggunakan kepiting kenari yang sudah cukup langka, dimasak menggunakan bumbu cabe dan rempah. 

SAYUR GARU 

Sayur khas Maluku Utara yang terbuat dari daun ubi, jantung pisang dan bunga pepaya. 

KUE BAGEA 

Kue khas dari Maluku Utara (Wallacea) menggunakan bahan dasar utama tepung sagu, kenari, kayu manis, cengkeh, gula. (soda kue) 

Dan kuliner Nusa Tenggara seperti :

JUKUT ARES

Hidangan khas Nusa Tenggara Barat (Lombok) terbuat dari batang pisang yang dimasak dengan santan, cabai, bawang, terasi dan laos. 

JAGUNG BOSE 

Hidangan khas Nusa Tenggara Timur (Kupang) yang berupa bubur yang terbuat dari jagung, kacang merah dan kacang tanah serta bumbu rempah. 

SE’I 

Hidangan khas Pulau Rote berupa Daging asap yang sebelumnya dibumbui dengan bumbu seperti bawang merah&putih dan garam. Direndam selama satu malam (pendingin), lalu diasap sampai matang.

ragam kuliner wallacea
Berbagai macam kuliner Wallacea

Tak hanya rempah-rempah saja yang bisa dijumpai di daerah Indonesia timur. Ternyata di Wallacea juga ada kacang kenari, sagu, jagung pulut, asam patikala, hingga ketam kenari juga termasuk ragam kuliner Wallacea.

Termasuk ada sekitar 17 jenis sambal di kawasan Wallacea seperti yang dikisahkan Aris Prasetyo, jurnalis Kompas yang pernah mengunjungi kawasan Wallacea. Saya jadi ingat saat di Tidore, saya sering menjumpai berbagai macam sambal sebagai teman makan yang nikmat. Sambal-sambal ini nantinya dipadupadankan dengan makanan.

Pengalaman saya ketika menikmati kacang kenari, masakan sagu, jagung pulut hingga ketam kenari memberikan pengalaman kuliner yang sulit dilupakan.

Empuknya jagung pulut terasa pulen disetiap gigitan, belum lagi kacang kenari yang dijadikan aneka makanan lezat oleh penduduk lokal.

Kekhasan Kuliner Wallacea

Keanekaragaman makanan khas Nusantara kita sangat luas, namun sayangnya masih belum terekspos dengan baik. Jangankan sampai ke luar negeri, untuk tingkat nasional pun masih belum.

Perjalanan kuliner saya pun juga masih terbatas, namun tidak menolak kalau ada ajakan untuk mengenal kuliner baru.

Pemanfaatan potensi kawasan Wallacea belum optimal, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun nilai ekonominya. Kuliner salah satu potensi bernilai ekonomi tinggi.

Kekayaan ragam kuliner Wallacea bisa jadi modal berharga. Sayangnya, kurang pandai memanfaatkan atau mengoptimalkan potensi tersebut.

Contohnya dari kekhasan pangan Wallacea seperti umbi-umbian. Sewaktu saya berada di Tidore, tak jarang saya menikmati singkong, ubi dan talas sebagai sajian dalam makanan. Hasil cocok tanam ini dapat diolah dalam bentuk sop, dikukus maupun digoreng.

Selain itu ada juga hasil cocok tanam lainnya yang saya jumpai adalah jagung dan pisang.

Jagung khususnya di daerah Nusa Tenggara digunakan sebagai hidangan utama di berbagai resep. Namun jagung juga disajikan sebagai staple food seperti jagung titi. Sedangkan pisang digunakan sebagai bahan makanan.

Sebagai negara kepulauan, masyarakat di zona Wallacea terutama menyantap ikan dan aneka hasil laut lainnya. Tapi jangan lupa kayak penduduk orang Indonesia timur mereka juga memakan daging babi sebagai makanan mendarah daging.

Makanya penting bagi kita ketika akan traveling ke suatu tempat untuk mengetahui terlebih dahulu makanan yang hendak dimakan, lalu mencari solusi apabila kita tidak bisa makan dengan membawa makanan alternatif. Bagi saya ketika traveling adalah bagaimana kita beradaptasi dengan warga lokal tanpa merubah apa yang telah ada di dalamnya. Salah satunya menerapkan eco traveling.

Pangan Bijak World Food Travel Day

Membicarakan mengenai kuliner Wallacea tak akan pernah cukup. Durasi waktu 2 jam dalam webinar pun harus berbagi dengan pemaparan dari Mh Firdaus dari Pangan Bijak Nusantara.

Dari materinya, saya mencatat kalau pola hidup kita perlu diubah untuk merawat ekosistem.

Apalagi di Indonesia kita tidak sulit untuk mendapatkan bahan baku seperti gula aren, garam, sagu, beras merah, ikan, dan lainnya.

Pangan bijak sebagai tawaran agar penduduk Indonesia memiliki tradisi pola produksi dan konsumsi pangan yang beraneka ragam, sesuai kekayaan sumber daya daerahnya.

Produk pangan bijak baik memenuhi standar dan tidak mengalami perubahan secara kimiawi, kaya gizi dan protein, produk bernilai budaya, diolah secara sehat serta berkelanjutan untuk jangka panjang.

Merawat Wallacea, Merawat Indonesia

Dalam rangka World Food Travel Day, untuk menciptakan sistem pangan lokal yang sehat tidak mudah.

Adanya World Food Travel Day ini secara tidak langsung kita ikut mempromosikan keanekaragaman hayati dan pangan.

Wallacea merupakan sebuah warisan sejarah yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu pusat penelitian ilmu hayati terbesar di dunia. Maka merawat kawasan ini beserta isi yang terkandung di dalamnya seperti keanekaragaman hayati, seni dan budaya, berarti juga merawat Indonesia secara keseluruhan.

Deddy Huang
Deddy Huanghttps://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

8 KOMENTAR

  1. Aku berharap suatu saat nanti ada cara mudah dan murah ke daerah2 Wallacea. Selain karena makanannya, kami punya banyak kerabat di sana yang hanya bisa ketemu kalau ada ponakan2nya nikah di Jawa hehe. Semoga ada rezeki dan umur mengunjungi Indonesia area Timur lagi 😀

  2. Mendadak teringat saat kita diundang untuk menikmati masakan-masakan jadul dan bersejarah saat di Gurabunga. Semua menu inti tampak begitu asing untuk visual kita. Tapi ternyata apa yang terhidang di hadapan kita waktu itu punya cerita yang luar biasa.

    Semoga kita bisa balik lagi ke Indonesia timur ya Ded. Lebih banyak lagi kesempatan menjelajah kulinernya.

  3. Suka dengan closing statement-nya, “Merawat kawasan ini beserta isi yang terkandung di dalamnya seperti keanekaragaman hayati, seni dan budaya, berarti juga merawat Indonesia secara keseluruhan.” Aku setelah baca ulasan ini jadi makin bangga sama negara sendiri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at deddy.huang@yahoo.com

Artikel Populer

Komentar Terbaru