Sejak saya masih SD, pendidikan dari guru mengajarkan saya untuk mengejar kemenangan. Jadi, layaknya dalam suatu kompetisi maka saya harus berjuang untuk menang dan menyambut kemenangan tersebut. Namun, hal yang tidak diajarkan oleh mereka adalah bagaimana untuk menyambut kekalahan dan menerima semuanya itu dengan ikhlas sekaligus mengakui kalau yang menang itu lebih baik dari kita.
Seringkali kita merasa down dan pesimis saat yang diharapkan itu tidak terjadi, bukan berarti muncul quote ini. Namun dari kekalahan itu sulit untuk bangkit kembali dan mengakui kalau it is not the end of the world. Kalah dalam kampanye pemilihan gubernur, maka tim yang merasa kalah akan langsung ‘naik banding’ dan terkadang anarkis tidak luput dari sorotan. Kalah dari merebut hati pasangan maka tidak jarang akan balas dendam (seperti FTV yang saya tonton jam 12 semalam, judulnya Istri Kedua).
Begitulah selanjutnya, saya tidak menyalahkan si pendidik dulu, namun menyayangkan kalau diri kitalah yang salah karena kita tidak mau berkembang dan belajar.
@Triana
Iya, bales balik ngelink neh :p
@Teguh
Shalom juga mas Teguh
Makasih atas supportnya. 🙂
GBU too
Eh ado ngelink ke postingan sayah ;).
it is not the end of the world..aku pernah jadiin status Y!M tuh.
kalau seusia saya orangnya nggak mau kalah om!
kayak kata bang haji rhoma…
masa muda masanya berapi – api!!!
hhihihihih!
peace!
@Zoel
Kalau g’ de? maksudnya?
shalom.
artikel yang bagus..
terus menulis yaa..
God bless you abundantly,… 🙂
hmmmm kalau saya siap menang ajahhh,,,, kalau g’ de