BerandaInsto Dry Eyes: Solusi Nyaman Mata Kering di Era Digital Visual

Insto Dry Eyes: Solusi Nyaman Mata Kering di Era Digital Visual

Author

Date

Category

Mata, Pondasi Produktivitas Kreator Digital

Beban kerja mata digital karena aktivitas seperti memotret, editing, meeting online, dan memakai softlens.Bagi saya, mata bukan sekadar alat untuk melihat. Mereka adalah pondasi dari semua proses kreatif yang saya jalani. Dari memotret, menyesuaikan tone warna, sampai menyempurnakan detail revisi klien. Setiap keputusan visual bergantung pada seberapa tajam dan nyaman mata bekerja.

Tapi seiring waktu, mulai muncul sinyal kecil seperti mata mulai tidak nyaman, seperti tertarik dan sulit fokus di tengah deadline yang menumpuk. Di titik itu saya sadar, ada yang harus saya ubah dalam rutinitas.

Saya menjadikan mata sebagai pondasi utama dalam setiap proses kreatif saya, dari memotret hingga revisi visual. Tapi ketika screen time mulai membuat mata lelah dan kering, saya tahu butuh solusi. Dan jawabannya adalah Insto Dry Eyes, tetes mata untuk pekerja digital yang saya andalkan setiap hari.

Gejala Mata Kering karena Layar dan Softlens

Faktor rutinitas harian seperti softlens, AC, screen time, dan cahaya studio yang menguras kelembapan mata.

Selama ini, saya pikir semua sudah aman. Mata saya tetap setia menemani saya memotret, syuting, mengedit berjam-jam, meeting online, hingga traveling produksi. Tanpa keluhan. Sampai akhirnya, mereka mulai mengirim tanda-tanda samar seperti rasa tidak nyaman, perih ringan, dan kelopak yang terasa berat.

Kita sering kali mengabaikan gejala mata kering karena munculnya samar dan tak mencolok. Padahal menurut American Optometric Association, dry eye syndrome atau kondisi ketika produksi air mata terganggu, kini kian banyak menyerang generasi usia produktif. WHO mencatat, lebih dari 1 miliar orang sudah mengalami digital eye strain, yaitu mata lelah akibat paparan layar digital yang berkepanjangan.

Semakin lama menatap layar, kadang mata terasa kaku, seperti tegang di bagian permukaannya. Pandangan seolah butuh waktu sebentar untuk kembali fokus setiap kali menatap jauh. Di titik inilah saya mulai sadar, mungkin selama ini saya terlalu sibuk mengejar produktivitas, sampai lupa bahwa ada organ kecil yang selama ini bekerja tanpa henti dan selama ini saya abaikan.

Tanda Awal Mata Kering Akibat Aktivitas Digital

Tanda awal mata kering yang sering diabaikan, seperti rasa sepet saat skincare atau pandangan mulai kabur.

Awalnya, semua terasa wajar. Rutinitas skincare tetap berjalan mulai dari membersihkan wajah, toner, serum ringan, pelembap, hingga sunscreen. Sebelum syuting, sesekali saya tambahkan concealer tipis dan bedak agar wajah tak mengkilap di bawah cahaya studio.

Untuk tampil prima di depan kamera, saya mulai rutin memakai softlens. Selain mempertegas sorot mata saat merekam konten, penggunaan softlens juga membuat ekspresi wajah terlihat lebih hidup.

Perbandingan kondisi mata normal dan mata kering lengkap dengan gejala serta dampaknya terhadap performa kerja

Lama-lama, softlens itu menemani hampir semua aktivitas digital saya seperti syuting konten, meeting online, editing video berjam-jam, hingga produksi konten saat traveling. Semua berjalan lancar sampai akhirnya, mata mulai mengirim tanda-tanda awal.

Rasa sepet mulai terasa ada gesekan ringan di mata, dan kelopak tak lagi ringan seperti pagi hari. Awalnya terasa seperti efek kelelahan biasa, tapi frekuensinya makin sering. Lambat laun, keraguan itu mulai tumbuh. Yang tadinya saya pikir hanya kelelahan ringan, ternyata makin terasa mengganggu. Di titik itulah saya mulai menyadari adanya gejala ringan mata kering yang selama ini kerap saya abaikan.

Digital Eye Strain yang Sering Tak Disadari

Jujur, saya termasuk yang terlambat sadar.

Awalnya gejalanya halus sekali. Kadang pandangan mulai terasa kering, ada perih kecil, dan kelopak seperti mulai mengendur.

Banyak orang menganggap rasa lelah di mata sebagai hal yang “normal” di era screen time saat ini. Hampir semua aktivitas digital membuat kita terbiasa menatap layar berjam-jam. Justru kebiasaan itulah yang tanpa sadar menumpuk beban di mata.

Biasanya, mata akan memberikan alarm ketika sudah mulai mengganggu pekerjaan seperti hasil editing jadi buram, meeting online sulit fokus, bahkan saat menatap layar sebentar pun mata cepat lelah. Baru di titik itu saya mulai sadar kalau ini bukan lagi sekadar lelah biasa.

Cuplikan chat revisi klien yang terganggu akibat mata sepet dan fokus menurun karena kelelahan digital.

Saya tahu betul saat mata mulai protes, karena saya bekerja dengan warna. Di layar, satu gradasi bisa menentukan mood visual. Sedikit saja penglihatan buram, tone bisa bergeser tanpa disadari.

Dan ketika klien bilang, “Warnanya kok beda ya?” itu jadi tamparan. Ternyata, mata yang tidak nyaman bisa menyebabkan kesalahan akurasi yang fatal. Bukan cuma soal warna, tapi kepercayaan klien. Sejak saat itu saya sadar, mata bukan cuma alat bantu kerja, tapi penentu hasil akhir.

Penyebab Umum Mata Kering di Era Digital

Infografik penyebab mata kering karena aktivitas digital seperti editing, syuting, traveling, dan meeting online.

Rupanya, saya tidak sendirian mengalami keluhan ini.

Hampir semua aktivitas digital perlahan memberi tekanan ke lapisan air mata, bahkan sebelum gejalanya terasa. Awalnya memang tak terasa apa-apa. Tapi seiring waktu, rutinitas harian yang kita anggap wajar justru ikut berkontribusi.

Dari penyebab mata kering karena softlens, screen time panjang, hingga ruangan ber-AC, semuanya saling menumpuk.

Data dari American Optometric Association menyebutkan, “Dry eye occurs when tears aren’t able to provide adequate lubrication for the eyes.

Statistik waktu harian masyarakat Indonesia dalam mengakses berbagai media digital, termasuk internet dan media sosial.

Sementara di Indonesia, menurut We Are Social (2024), rata-rata screen time penduduk Indonesia sudah menembus 7 jam 38 menit per hari, angka yang membuat mata kita semakin rentan terhadap risiko digital eye strain.

Artinya? Hampir setiap hari kita sebenarnya menempatkan mata dalam tekanan, bahkan sebelum keluhan muncul. Semua faktor ini diam-diam memperbesar risiko saya mengalami digital eye strain.

Tanpa disadari, kita menempatkan mata pada risiko yang sama hampir setiap hari, bahkan sebelum gejala nyata muncul. Seluruh rutinitas digital saya perlahan-lahan menjadi pemicu:

  • Pemakaian softlens harian yang mengurangi pelumas alami mata.
  • Paparan cahaya ring light studio yang mempercepat permukaan mata cepat kering.
  • Editing video dengan fokus intens, menurunkan frekuensi berkedip secara drastis.
  • Ruangan ber-AC yang terus-menerus menurunkan kelembapan udara.
  • Pola minum yang terabaikan, padahal hidrasi penting untuk produksi air mata.

Inilah mengapa mata kering jangan disepele in. Semua faktor kecil ini, jika dibiarkan, perlahan-lahan saling menumpuk hingga akhirnya berujung pada keluhan nyata yang diam-diam mengganggu setiap aktivitas harian.

Mata Kering karena Aktivitas Harian

Potret kreator konten di depan ring light studio yang dapat memperparah kondisi mata kering akibat screen time panjang.

Setelah memahami keluhan yang mulai saya rasakan, saya pun mulai menelaah ulang rutinitas harian. Tanpa sadar, hampir semua aktivitas yang selama ini saya anggap “biasa saja” ternyata perlahan menekan stabilitas kelembapan mata saya.

Kalau dihitung-hitung, screen time saya bisa lebih dari 10 jam sehari. Dari mulai buka laptop pagi, meeting, syuting, editing, sampai scrolling di malam hari. Saya hanya memberi waktu istirahat untuk mata beberapa menit saja, bahkan itu pun sering lupa.

Perbandingan ini benar-benar timpang. Mata bekerja keras tanpa diberi waktu yang cukup untuk pulih. Seperti memaksa otot lari maraton tanpa jeda minum. Lama-lama tentu protes.

Infografis edukatif tentang bagian-bagian mata yang rentan kering

Mata kering akibat paparan layar seringkali dipicu oleh kelembapan alami mata cepat berkurang, apalagi saat jarang berkedip. Semakin lama menatap monitor, frekuensi berkedip menurun drastis, membuat lapisan air mata menipis. Jika dibiarkan terus-menerus, pelindung alami mata mulai kehilangan stabilitas kelembapannya.

Beberapa faktor yang perlahan-lahan memperparah kondisi ini, ternyata begitu dekat dalam keseharian:

Softlens yang Mengurangi Pelumas Alami

Softlens memang membantu tampilan visual saat tampil di depan kamera. Namun pemakaian berjam-jam tanpa jeda bisa mengurangi sirkulasi oksigen ke kornea, sehingga saya merasa permukaan mata jadi lebih kering.

Cahaya Studio yang Mempercepat Mata Kering

Saat saya menatap intens tanpa banyak berkedip, cahaya lampu studio membuat lapisan air mata cepat mengering dan mempercepat mata terasa kering. Apalagi, saat syuting, fokus menatap kamera menurunkan frekuensi berkedip hingga 60%, seperti dijelaskan American Optometric Association.

Screen Time yang Memicu Digital Eye Strain

Bahkan durasi screen time yang tergolong singkat pun dapat memicu digital eye strain. Saat editing video, fokus intens membuat mata semakin jarang berkedip hingga keluhan kering muncul secara bertahap.

AC yang Menurunkan kelembapan Udara

Saat saya berada di ruangan ber-AC, udara dinginnya membuat air mata saya lebih cepat menguap dari permukaan mata, bikin mata terasa kering dan perih bahkan tanpa disadari.

Kurang Minum yang Mengganggu Produksi Air Mata

Saat tubuh kekurangan cairan, produksi air mata otomatis menurun. Padahal hidrasi yang cukup berperan penting menjaga kelembapan alami mata tetap stabil.

Gejala ringan mata kering seperti rasa sepet, kelopak berat, pandangan buram sesaat, dan sulit fokus.

Ironisnya, semua faktor ini kerap dianggap SePele, padahal perlahan-lahan bisa memicu keluhan mata kering yang semakin mengganggu. Hingga pada titik tertentu, saya sadar butuh solusi yang praktis, cepat, dan efektif yang bukan sekadar pereda sementara, tapi bisa langsung saya tetesin kapan pun gejala mulai muncul.

Cara Mengurangi Mata Kering akibat Aktivitas Digital

Langkah alami menjaga kelembapan mata seperti mengurangi cahaya ring light, kompres mata, dan minum rutin.

Namanya juga pekerja digital, sulit rasanya untuk sepenuhnya lepas dari layar. Tapi setidaknya, ada beberapa cara sederhana yang bisa membantu mata tetap nyaman.

Sebelum akhirnya saya menemukan solusi yang lebih efektif, saya sempat mencoba beberapa tips sederhana mencegah mata kering untuk membantu mencegah di tengah aktivitas digital yang padat.

Beberapa langkah kecil ini cukup membantu meredakan keluhan ringan yang kerap muncul:

  • Menurunkan tingkat kecerahan ring light, ditambah filter diffuser agar pencahayaan lebih lembut ke mata.
  • Menerapkan aturan 20-20-20, yaitu setiap 20 menit menatap layar, mengalihkan pandangan sejauh 20 kaki selama 20 detik.
  • Mengompres mata dengan handuk dingin usai sesi syuting atau editing panjang.
  • Memasang pengingat minum air secara berkala untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
  • Mengatur durasi pemakaian softlens dengan jeda yang cukup agar mata punya waktu untuk beristirahat.

Semua tips sederhana ini cukup membantu meringankan rasa kering, ketegangan, hingga perih ringan yang kadang muncul. Setidaknya, mata terasa lebih nyaman selama aktivitas berlangsung.

Namun, begitu kembali ke rutinitas padat, saya tetap merasakan keluhan, apalagi saat digital eye strain mulai memuncak. Di titik itulah saya benar-benar sadar kalau mata kering butuh perhatian sebelum terlambat. Tapi saya tahu, tidak cukup hanya berhenti di situ. Saya butuh solusi praktis yang bisa langsung membantu, bukan sekadar meredakan sementara.

Saat Mata Benar-Benar Minta Tolong

Solusi mata kering saat menghadapi deadline dan rasa perih karena screen time panjang.

Ada masa di mana saya memilih membiarkan. Rasa sepet, berat, dan perih ringan saya anggap hanya bagian dari kelelahan biasa. Sampai akhirnya keluhan itu datang di saat yang paling saya butuhkan yaitu menjelang deadline klien.

Saya sedang berpacu dengan waktu, mengejar revisi terakhir video klien. Saya membuka file editing dan menyusun ulang visual di timeline yang sudah penuh. Jam sudah hampir tengah malam, mata menatap layar berjam-jam. Tapi perlahan, layar mulai buram, garis video bergoyang samar, fokus buyar, kepala pun ikut berat.

Saya sempat mikir, “Ah, tahan sebentar lagi, bentar lagi selesai kok.” Tapi saat saya terus memaksa diri, fokus saya justru makin buyar. Bukan cuma kepala yang berat, tapi rasa cemas mulai muncul. Takut hasil revisi jadi berantakan, takut telat kirim, takut dibilang kurang profesional. Dan semua itu gara-gara satu hal kecil yaitu mata yang selama ini saya pikir baik-baik saja. Saat itulah saya benar-benar tersadar. Bukan sekadar lelah biasa. Mata saya sedang meminta bantuan.

Perbandingan antara Insto Dry Eyes dan tetes mata biasa dalam menjaga kelembapan mata

Hingga akhirnya, dalam obrolan santai sesama kreator, muncul saran sederhana untuk,
“Coba tetesin Insto Dry Eyes. Ini khusus buat mata kering, bukan cuma adem sesaat kayak tetes mata biasa.”

Awalnya saya ragu. Bukankah semua tetes mata fungsinya sama? tapi saya akhirnya mencoba juga karena rasa penasaran lebih kuat. Begitu saya teteskan Insto Dry Eyes untuk pertama kali, saya langsung merasa kalau ini bukan tetes mata biasa, tapi solusi terbaik untuk keluhan mata kering yang pernah saya alami.

  • Sensasi nyaman yang bertahan lebih lama.
  • Tidak sekadar adem, tapi benar-benar membantu meredakan rasa kering dan perih.
  • Setelah screen time panjang, saya merasa keluhan seperti sepet, perih, dan berat di mata jadi jauh berkurang.
  • Bahkan saat softlens dipakai cukup lama, mata tetap nyaman.

Penjelasan grafis cara kerja HPMC dalam Insto Dry Eyes sebagai pelumas mata

Ternyata, kuncinya ada di formula Insto Dry Eyes. Kandungan Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) di dalamnya bekerja sebagai pelumas yang meniru komponen air mata alami. Formulasi ini membantu saya meredakan iritasi ringan, mengurangi rasa kering, dan menjaga kelembapan mata tetap stabil.

Praktis dibawa ke mana saja baik di tas kerja, studio, meja kerja, hingga pouch traveling. Setiap kali muncul sinyal awal keluhan, saya cukup teteskan Insto Dry Eyes, dan keluhan cepat reda. Aktivitas digital pun tetap nyaman.

Insto Dry Eyes: Tetes Mata Andalan di Tengah Aktivitas

Insto Dry Eyes tersedia di minimarket terdekat dan mudah ditemukan di rak obat mata.

Insto Dry Eyes menghadirkan desain kemasan baru yang lebih modern dan minimalis. Warna biru-putihnya langsung mencolok di rak obat, dan bentuk botolnya ramping. Mudah dikenali bahkan saat buru-buru.

Yang paling saya suka, ukurannya mungil dan ringan. Gampang masuk pouch, ransel kerja, bahkan saku kemeja saat syuting outdoor. Tidak ribet dan tidak makan tempat. Rasanya seperti punya perisai kecil yang siap sedia setiap kali mata mulai terasa lelah.

Harga Insto Dry Eyes yang terjangkau, hanya sekitar 18 ribuan untuk bantu atasi mata kering. Insto Dry Eyes dalam pouch travel, praktis dibawa ke mana saja

Di minimarket, apotek, sampai toko kecil dekat rumah pun selalu ada. Praktis dan mudah dicari, membuat saya makin tenang karena kapan pun butuh, tinggal tetesin. Simpan di pouch kamu juga! Insto Dry Eyes, teman siaga untuk mata kreator digital.

Pengalaman Saya Menggunakan Insto Dry Eyes untuk Mengatasi Mata Kering

Perbandingan kondisi mata sebelum dan sesudah menggunakan Insto Dry Eyes setelah aktivitas digital.

Sebelum mengenal Insto Dry Eyes, saya sering kali harus mengalah di tengah jam-jam produksi. Saya terganggu saat mengedit karena penglihatan mulai buram, mata perih, kelopak terasa berat, dan yang paling mengganggu justru rasa kering yang membuat konsentrasi cepat buyar.

Dalam dunia editing, setiap detail gambar yang saya poles di layar monitor, sebetulnya bukan hanya sekadar visual. Di balik setiap warna yang saya koreksi, setiap footage yang saya cut, ada mata yang bekerja keras menjaga presisi. Mata lelah karena layar bukan cuma gangguan, tapi bisa mengacaukan warna, fokus, bahkan mood produksi.

Bagi saya yang berkutat dengan produksi konten visual, mata bukan hanya sekadar alat melihat, tapi instrumen utama dalam memastikan hasil editing tetap detail dan presisi.

Cara pakai Insto Dry Eyes dengan 1-2 tetes untuk bantu redakan gejala mata kering.

Insto Dry Eyes sebagai solusi tetes mata untuk aktivitas kreatif seperti shooting, editing, hingga deadline.

Ketika mata saya mulai lelah, saya sering melihat warna jadi bias, garis detail tampak buram, dan proses revisi video pun memakan waktu lebih lama. Justru di momen seperti itu, mata kering bukan sekadar gangguan kecil, melainkan ancaman produktivitas.

Semakin panjang screen time, semakin cepat pula gejala itu muncul. Bahkan ketika pekerjaan baru setengah jalan, mata terasa sudah lebih dulu lelah. Setiap produksi konten rasanya seperti lomba adu tahan stamina mata.

Menggunakan Insto Dry Eyes saat bekerja di depan laptop agar mata tetap nyaman.

Sejak mencoba Insto Dry Eyes pertama kali, perbedaannya langsung terasa. Bukan sekadar adem sesaat, tapi kenyamanan mata jauh lebih stabil. Sekarang saya bisa mengedit video berjam-jam tanpa terbebani, karena mata saya tetap nyaman meskipun screen time sedang padat.

Saya tidak lagi menganggap Insto Dry Eyes sebagai tetes mata biasa. Bagi saya, ia adalah partner kecil yang membantu menjaga kenyamanan mata.

Di tengah padatnya aktivitas, Insto Dry Eyes benar-benar menjadi solusi tetes mata untuk mata kering yang bisa diandalkan di tengah aktivitas digital padat. Karena itu, sekarang saya belajar jangan tunggu parah dulu lebih baik ditangani sejak awal.

Alasan Insto Dry Eyes Selalu Saya Bawa Kemana-Mana

Insto Dry Eyes bisa digunakan kapan saja dan di mana saja tanpa harus berhenti bekerja.

Setelah mulai memakai Insto Dry Eyes ketika gejala mulai muncul, saya akhirnya paham kenapa sensasinya terasa berbeda dibanding tetes mata biasa.

Memang, Insto Dry Eyes membantu meredakan keluhan kering, tapi saya tetap berusaha menjaga pola aktivitas digital agar mata tak terus dipaksa bekerja terlalu berat. Bagaimanapun, penggunaan tetes mata sebaiknya mengikuti kebutuhan, dan jika keluhan menetap, tetap penting berkonsultasi ke dokter spesialis mata.

Bukan sekadar memberi rasa adem sesaat, formulanya bekerja meniru fungsi air mata alami. Di tengah screen time panjang, sorotan cahaya studio, pemakaian softlens, hingga ruangan ber-AC yang menguras kelembapan, Insto Dry Eyes membantu menjaga stabilitas lapisan pelindung mata.

Keunggulan Insto Dry Eyes sebagai tetes mata steril yang praktis dan mudah dibawa.

Yang paling terasa adalah kenyamanan mata jauh lebih stabil, gejala tidak mudah kambuh. Bahkan saat jadwal editing, syuting, hingga meeting online menumpuk dalam sehari, mata tetap bisa mengikuti ritme kerja tanpa sensasi berat, sepet, atau cepat lelah seperti sebelumnya.

Karena itu, begitu gejala ringan mulai terasa, saya tak menunggu lama. Cukup beberapa tetes Insto Dry Eyes, dan mata kembali nyaman untuk terus bekerja.

Kenapa Insto Dry Eyes Menjadi Tetes Mata Terbaik untuk Aktivitas Digital

Infografis durasi online pengguna internet Indonesia setiap hari dan perbandingan screen time via HP dan komputer.

Kadang saya baru sadar, betapa banyak waktu yang saya habiskan di depan layar. Mulai dari buka laptop pagi-pagi, lanjut ke meeting online, scrolling di sela waktu kosong, sampai nonton video sebelum tidur. Semuanya pakai layar. Dan entah sejak kapan, mata kering mulai sering datang tanpa saya sadari.

Awalnya cuma terasa pegal. Lama-lama ada rasa perih halus, seperti ada debu kecil yang nyangkut. Saya coba atur pencahayaan, pasang filter, bahkan rajin istirahat pakai aturan 20-20-20. Cukup membantu, tapi tetap saja, ada momen di mana mata butuh bantuan ekstra.Infografis jadwal aktivitas digital sehari-hari dan dampaknya pada kesehatan mata, dari pagi hingga lembur malamInsto Dry Eyes di samping orang membaca buku, menggambarkan aktivitas visual intens

Di situlah Insto Dry Eyes jadi penyelamat. Saya suka karena sensasinya ringan saat diteteskan, tidak perih, dan cepat membuat mata terasa lega. Cukup saya teteskan beberapa kali, dan mata langsung terasa nyaman kembali, apalagi saat deadline menumpuk dan saya harus tetap di depan layar.

Sebagai pekerja digital yang menghabiskan lebih dari 10 jam sehari di depan layar, Insto Dry Eyes adalah tetes mata yang paling bisa diandalkan. Bukan hanya membantu meredakan keluhan, tapi benar-benar menjaga ritme kerja tetap berjalan. Sekarang, Insto Dry Eyes hampir selalu ada di meja kerja atau dalam tas saya. Rasanya seperti punya penolong kecil yang selalu siap saat mata mulai protes. Sederhana, tapi menolong di tengah aktivitas digital yang tidak ada habisnya.

Pentingnya Self Care Mata di Era Digital

Jangan abaikan sinyal mata kering, gunakan Insto Dry Eyes sebelum gejala memburuk.

Di tengah aktivitas digital yang semakin padat, menjaga kesehatan mata menjadi bagian penting dari rutinitas self care harian. Bukan hanya tubuh dan kulit, mata juga membutuhkan perawatan khusus terutama bagi yang sering terpapar screen time, softlens, cahaya studio, hingga ruang ber-AC.

Saya sering mengalami gejala mata kering yang muncul perlahan dan samar tanpa disadari. Karena itu, pencegahan sejak dini jauh lebih efektif daripada menunggu keluhan semakin berat. Saya berusaha menjaga kelembapan alami mata setiap hari agar produktivitas tetap optimal.

Karena itulah saya selalu menyimpan Insto Dry Eyes sebagai bagian dari rutinitas self care harian.

Saya Lebih Memilih Mencegah Mata Kering Daripada Menyesal di Akhir

Aktivitas harian seperti mengedit video, bermain game, dan berkendara yang memicu mata kering.

Setiap hari, mata bekerja lebih keras dari yang kita sadari. Mereka menemani saya menatap layar, mengedit video, menghadapi cahaya studio, hingga menyusun detail demi detail visual. Semua rutinitas itu diam-diam menumpuk beban yang kadang baru terasa ketika keluhan kecil mulai muncul.

Saya baru sadar kalau mata saya bermasalah saat rasa kering, cepat lelah, atau ketidaknyamanan samar mulai muncul. Padahal, saat-saat itulah seharusnya kita sudah mulai memberi perhatian. Karena di dunia digital yang nyaris tak pernah tidur, Insto Dry Eyes hadir seperti jeda kecil yang menjaga mata tetap kuat agar bisa terus berkarya.

Visual naratif “Mata bukan sekadar alat untuk melihat” dan aktivitas fotografi

insto dry eyes harga 18 ribuan

Kadang kita baru sadar, bukan sekadar lelah yang menumpuk, tapi sinyal kecil dari mata yang meminta perhatian. Saya menulis ini sebagai bentuk refleksi sekaligus ajakan bagi teman-teman kreator digital untuk lebih peduli pada kesehatan mata. Saya pun mulai membiasakan diri memberi jeda sejenak dan ruang bernapas untuk mata agar bisa terus berkarya esok hari dengan lebih jernih. Dan buat saya, pilihan obat mata kering terbaik untuk menjaga ritme kerja itu, ya… Insto Dry Eyes.

Saya bisa menciptakan karya yang baik karena setiap hari berusaha menjaga kenyamanan mata saya.

#MataKeringJanganSepelein, cukup tetesin #InstoDryEyes, solusi mata kering saat kerja yang sudah terbukti bantu saya tetap fokus dan produktif meski screen time tinggi setiap hari.

Catatan: Penggunaan tetes mata, termasuk Insto Dry Eyes, sebaiknya mengikuti anjuran pemakaian yang tertera pada kemasan. Bila keluhan mata kering terus berlanjut atau memburuk, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis mata.

Deddy Huang
Deddy Huanghttps://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

3 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at deddy.huang@yahoo.com

Artikel Populer

Komentar Terbaru