Dalam beberapa tahun terakhir, sampah makanan merupakan paling besar selama bulan suci Ramadan.
Sesuai perkiraan konservatif, sekitar seperlima dari makanan yang dibeli atau disiapkan selama Ramadan berujung ke tempat sampah. Alasannya sederhana, kekenyangan karena lapar mata melihat makanan yang ingin dimakan.
***
Krisis Sampah Makanan Kian Menghantui

Dampak sampah makanan terhadap lingkungan masih menjadi misteri bagi kebanyakan orang. Masyarakat melihat tidak ada yang salah dari sampah makanan karena dapat mudah didaur ulang oleh alam.
Permasalahan sampah makanan atau food waste telah menjamur di berbagai belahan dunia. Di Amerika Serikat, sekitar 200.000 ton makanan terbuang oleh seluruh rumah tangga setiap harinya. Di India, sekitar 40% dari total makanan yang diproduksi terbuang sia-sia setiap tahunnya.

Bagaimana jika di Indonesia? Dalam sebuah studi dari The Economist, diperkirakan setiap orang Indonesia dapat menghasilkan sampah makanan bahkan hingga 300 kilogram per tahun. Ironisnya, ada 22 juta penduduk Indonesia yang mengalami kelaparan kronis.
Indonesia Negara Pembuang Sisa Makanan
Jumlah timbunan sampah makanan yang mengejutkan selama Ramadan menuntut masyarakat untuk meminimalkan, pemanfaatan berkelanjutan, dan pembuangan yang ramah lingkungan.
Menurut Kepala Perwakilan FAO (Food and Agriculture Organization) untuk Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders, setiap tahun, Indonesia membuang 13 juta metrik ton makanan.

Angka ini setara dengan populasi sekitar 250 juta penduduk, kebutuhan makanan sekitar 190 juta metrik ton. Maka makanan yang terbuang tersebut, bisa untuk memberi makan hampir 11 persen penduduk Indonesia, atau sekitar 28 juta penduduk setiap tahunnya.
Angka yang hampir sama dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Ramadan dan Masalah Sampah Sisa Makanan
Seperti membalas dendam dari ekonomi yang terseok-seok karena tahun lalu hotel termasuk salah satu sektor yang berdampak dari Covid 19.
Seminggu awal puasa, lima hari berturut saya menerima undangan berbuka puasa dari hotel di Palembang. Apalagi hotel mulai memberanikan diri untuk membuka paket iftar Ramadan setelah vakum tahun lalu.

Kita tahu kalau menu-menu makanan berbuka puasa di hotel seperti parade makanan yang meriah dan mewah. Mulai dari hidangan appetizer, main course, side dish, hingga dessert. Harga yang dibayar juga tidak terlalu mahal untuk menu buffet all you can eat. Di Palembang, harga termurah menu iftar di hotel mulai dari 70 ribuan hingga 350 ribu. Murah kan?
Tak jarang saya melihat sendiri orang-orang kalap mata saat berbuka puasa tidak menghabiskan makanan yang telah mereka ambil banyaknya seperti timbunan gunung.
Food Waste dan Pengaruh Terhadap Lingkungan

Tak diragukan lagi, jumlah sampah makanan yang dihasilkan di bulan Ramadan jauh lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya, sekitar seperlima makanan yang dibeli berakhir di tempat sampah.
Ini cerita dari temanku yang menjabat posisi GM hotel sewaktu kami sedang mengobrol di meja makan.
Makanan yang telah diambil dan tidak dihabiskan oleh tamu hotel, sayangnya tidak bisa diurai kembali. Kebiasaan masing-masing individu seperti tidak menghabiskan makanan, makan tidak sesuai porsi makanan, hingga rasa gengsi bila menghabiskan makanan di depan orang banyak.

Sisa bahan makanan akan berbahaya bagi lingkungan seperti sampah makanan akan menghasilkan gas metana, ledakan sampah hingga terciptanya air lindi. Secara tidak langsung sampah makanan dapat merusak ekosistem. Apabila air lindi masuk ke aliran sungai, hal ini akan merusak ekosistem sungai.
Apa sih yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah makanan selama bulan Ramadan?
Kita pun dapat menghindari food waste saat ramadan maupun lebaran nanti. Ini disebabkan oleh terbuangnya sisa makanan baik dari pasar Ramadan hingga yang kita konsumsi di rumah saat sahur hingga berbuka.
Salah satu solusinya dengan cara berhemat, dan mengonsumsi sesuai kebutuhan. Kita pun bisa memulainya dari rumah, lho!
- Melakukan Food Preparation
Porsi makanan yang berlebihan bisa menjadi alasan timbulnya food waste. Apalagi saat baru memasuki bulan Ramadan, ada semangat ingin memasak untuk berbuka. Betul tidak, bunda?
Solusinya, pilah bahan makanan yang direncanakan untuk dimasak. Kita dapat menyimpannya ke dalam food container dan masukkan ke dalam kulkas.
- Membuat Daftar Belanja
Rencanakan jenis makanan dan minuman yang akan dibuat dengan porsi yang dibutuhkan. Sehingga kita bisa mengatur bahan-bahan makanan yang dibutuhkan sekaligus memanfaatkan sisa-sisanya. Usahakan seminimal mungkin membuang sampah makanan.
Tidak hanya mengurangi sampah makanan, tetapi hal ini juga mengeluarkan sisi kreativitas kita di dapur untuk berhemat.
- Pahami Arti Label Pada Makanan

Sewaktu berbelanja makanan, biasakan untuk melihat label “best before” dan “exp date” pada kemasan. Ada beberapa makanan masih aman dikonsumsi setelah tanggal “best before”, sedangkan makanan tidak boleh dikonsumsi setelah “exp date” atau tanggal kadaluarsa.
Serta, kita perlu memperhatikan kandungan yang terdapat di dalam makanan yang dikonsumsi, seperti lemak trans, gula, dan garam tambahan.
- Olah Sisa Makanan yang Tidak Habis

Kerap kita mendapatkan sisa makanan yang tidak habis karena porsi masak terlalu banyak atau kekenyangan. Padahal sisa makanan tersebut biasanya masih bisa dimakan apabila diolah kembali.
Caranya gaya hidup minim sampah makanan misalnya dengan mengolah kembali sisa makanan agar tetap dapat dimakan.
Jangan Buang Nasi Walau Sebutir
Nasi putih termasuk pangan yang paling banyak tersisa karena karbohidrat cepat membuat perut kenyang.
Langkah utama untuk mengurangi pemborosan pangan adalah perubahan perilaku, peningkatan kesadaran masyarakat, serta pembentukan bank pangan dan mengajak masyarakat partisipasi dalam minimasi limbah dan menerapkan gaya hidup berkelanjutan.
Pemborosan makanan masalah di tingkat global. Saat sebagian orang kelaparan, di satu sisi ada pula makanan yang terbuang sia-sia. Inilah alasan kita perlu meminimalisasi mulai dari level individu.
Di rumah, saya pernah bertanya ke ibu mengenai takaran menanak nasi untuk dimakan dari siang hingga malam. Kalau masak terlalu banyak menjadi sisa lebih banyak di pagi harinya.
Bagi ibu bijak yang menjadi kepala dapur di rumah, tentunya seperti ibu saya punya cara agar nasi putih tidak menjadi food waste dan tetap bisa dinikmati sampai habis.
Kita dapat kreasikan olahan pangan yang tersisa. Misalnya dengan bahan nasi putih saja bisa diolah menjadi beberapa menu baru yang tetap nikmat seperti :
1. Nasi Goreng

Menu nasi goreng merupakan menu umum mulai dari dijual di gerobak hingga hotel berbintang. Tentunya setiap koki yang memasak mempunyai resep nasi goreng andalan.
Kalau saya melihat masih ada sisa nasi putih di tudung saji, dan hasrat ingin makan. Saya langsung panaskan margarin, pecahkan dua telur orak arik, memasukkan bawang merah, putih, kecap asin, cabe rawit dan daun bawang. Terakhir, baru masukkan nasi putih yang tersisa.
2. Pempek Nasi

Kreatifitas orang Palembang dalam hal membuat pempek tak perlu diragukan. Pempek yang berbahan dasar dari ikan giling bisa disulap dengan menggunakan sisa nasi putih.
Apalagi kalau cuko pempek masih ada stok di kulkas. Untuk membuat pempek nasi pun mudah, tinggal blender nasi putih ditambah 250 ml air, ditambah 2 siung bawang putih.
Masak kembali nasi putih yang telah diblender dengan menambahkan 250 gram tapioka dan 1 sdt garam. Setelah panasnya sudah menurun tinggal dibentuk menjadi pempek sesuai selera.
3. Baked Rice

Saya kemarin melihat teman mencoba meminimalkan limbah makanan lainnya dari nasi. Dia memberikan resep sederhana untuk membuat menu kekinian yaitu, Baked Rice.
Menu ini merupakan nasi dipanggang dengan menambahkan topping sesuai selera. Bumbu yang digunakan juga mudah didapat di dapur seperti 1 siung bawang bombay yang ditumis dengan 1 sdm butter pada wajan. Kita bisa menambahkan sosis atau crab stick sesuai selera.
Selanjutnya, masukkan nasi putih, sejumput merica, 1/2 sdt bawang putih bubuk, dan kaldu bubuk. Jangan lupa untuk menambahkan 1 sdm maizena yang dilarutkan dengan 200 ml susu. Aduk sampai rata. Terakhir, untuk memenuhi serat pangan bergizi kita pun bisa menambahkan mixed vegetables.
Masukkan saja bahan nasi ke dalam wadah aluminium foil, lalu panggang di atas teflon atau oven. Jangan lupa untuk menambahkan keju mozarella agar bisa meleleh di atasnya.
Selesai nasi dipanggang, menu kekinian ini siap disantap kembali bersama orang tersayang.
Praktis bukan?
Stop Membuang Makanan, Makanlah Dengan Bijak
Dahulu banyak manusia mengalami bencana kelaparan akibat terbatasnya persediaan dan akses terhadap sumber pangan. Tak sedikit manusia yang justru mengalami bencana akibat kelebihan makanan karena keserakahan mengambil banyak makanan dan tidak menghabiskannya.
Bencana yang menimpa kita dapat dipicu baik dari banyaknya jumlah makanan tertentu yang dikonsumsi maupun dari banyaknya jumlah sampah makanan yang ditimbulkan.
Saya beruntung berkecimpung di dunia fotografi makanan karena saya erat dengan bagian dapur. Dari dapur saya mengetahui proses produksi makanan yang tersaji di piring kita. Semakin kita mengerti, maka akan semakin mudah kita menghargai.
Semoga tulisan ini menjadi inspirasi untuk bebas sampah makanan kepada anggota keluarga yang serumah dengan kita. Tumbuhkan kesadaran bahwa kita harus turut andil mengurangi sampah makanan.
Kalap pas buka akhirnya kebuang. Kalau mpo masih sisa taruh dikulkas buat dimakan pas sahur atau habis tarawih seperti kolak.
Iya karena perut kita udah kekenyangan yaa.. makanya pas makan di batasin gitu.
Saya pun sekarang kalo makan berusaha untuk ambil makanan seperlunya, kalo masih belum kenyang, nanti tambah. Asalkan tidak membuang makanan
Betul, jadi lebih baik perut kita kontrol sendiri ya.
Detik-detik jelang buka puasa langsung kalap, padahal ketika waktu berbuka tiba, tidak serta merta bisa melalap habis semuanya. Semoga banyak yang sadar ya agar berubah kurangi sampah makanan
Langkah kecil bisa kita mulai dari diri sendiri dulu ya jadi di rumah tidak ada sampah makanan yang terbuang.
Kita biasa banget membuang sampah makanan ya,terkadang enggak sadar sudah banyak aja yang terbuang terutama nasi yang biasanya pasti ada aja tersisa di piring. Gerakan yang bagus banget memang nih harus digalakkan agar semakin banyak orang-orang yang bijak dengan makanannya.
Betul sekali mbak Ririn. Makanya aku suka sekali gerakan dari Bandung Society ini.
Memang kita harus bijak ya dalam penanganan sampah makanan sehari-hari. Sampah kita adalah tanggungjawab kita…Jadi ya sebisa mungkin minim sampah di rumah.
Betul mas Wahid..
Baca paragraf pembuka aku langsung terhenyak. Memang bener Ded. Lapar mata selama puasa tuh bikin kita (sering) ga sadar kalau perut kita tuh terbatas untuk menampung sekian banyak masakan. Dan makan mendadak dalam jumlah banyak itu justru membahayakan.
Wasting food juga sering aku temui di resto all you can eat. Seharusnya ya, resto jenis ini memberlakukan denda untuk setiap makanan yang terbuang. Biar orang-orang tersadar bahwa zero waste itu sangat penting. Bukan hanya masalah sampahnya tapi juga turut prihatin atas kondisi mereka yang untuk makan sehari pun susahnya luar biasa.
Good luck yo Ded. Artikelnya Deddy selalu hadir dengan alur yang out-of-the-box. Layak untuk jadi salah seorang pemenang.
Ada sih tempat makan yang kenain denda, itu bikin kita jadi membatasi diri buat ambil. Thank you Ayuk, semoga tulisan ini memikat hati juri hehe..
benar sekali ya koh Deddy
harusnya kita biaa lebih bijak dalam mengolah makanan agar tdk menimbulkan sampah makanan
membuang buang makanan itu dosa
kalau aku kayak lebih sayang kalau makanan gak dihabiskan, makanya aku habisin semua termasuk kalo ada temen nggak abis makannya. makanya aku jadi melebar :)) hahaha
Nah, iya banget nih Kak kalau makanan yang engga habis kalau tiap hari bakal jadi sampah, makin menumpuk. Setuju banget dengan menghabiskan sisa makanan dan mengolah kembali makanan yang masih Ada, terutama nasi. Baked rice bisa jadi ide menarik juga ya, tahunya sih olahan nasi paling jadi nasgor, pempek, cireng juga bisa. Semoga kesadaran mengelola sampah ini bisa dimiliki semua orang ya, Kak.
Dimulai dari diri sendiri dulu, aku pun membatasi porsi makan tapi bertahap jadi bisa icip-icip makanan lainnya hahaha..
terpana saya lihat banyaknya iftar mas Deddy,
segitu banyak habis? hihihi, porsi setiap orang memang berbeda
Menarik kupasan konsumen yang kurang peduli label
karena selain berakhir jadi sampah, kita juga harus aware jenis makanan yang masuk perut
hahaha karena kebetulan ada undangan, jadi aku cobain aja mbak. iya habis dong karena aku ambil porsi makanan yg aku rasa akan dihabiskan jadi ambil secukupnya saja.
aku suka kepikiran kalo pas di swalayan dikasih diskon, pasti langsung cek best before nya dulu.
Sudah beberapa tahun ini, saya dan keluarga bisa menahan diri untuk tidak lapar mata menjelang berbuka puasa. Sudah terbiasa berbuka dengan makanan secukupnya. Alhamdulillah malah nikmat dan gak berasa sedih melihat makanan terbuang. Karena biasanya sudah pas jumlahnya.
Saat Lebaran juga saya masak secukupnya. Kalau perlu habis dalam sehari. Terkadang yang bikin masak jadi berlebih tuh karena khawatir ada tamu, tapi gak ada suguhan. Padahal belum tentu tamu yang bersilaturahmi bersedia ikut makan.
betul, kadang tamu itu hanya mencari menu makanan utama. misalnya kayak di Palembang tentu saja pempek menjadi hidangan utama yang mengalahkan kue-kue kering 😀
Wah ternyata Indonesia termasuk negara yang suka buang makanan ya Kak. Padahal di Indonesia sendiri yang kelaparannya banyak banget. Hiks. Aku kalau makan berusaha nggak buang-buang makanan. Cuma yang jadi PR aku, aku kalau makan masih suka nyisain sedikit butiran nasi gtu. Beda ama suami aku, kalau makan sebutir nasi pun nggak ada di piringnya dia. Karena dia udah terbiasa begitu juga
hehehe.. kalau ini aku gak bisa bilang mungkin sedang kondisi kenyang banget kan mbak.
Koh, aku jadi guilty feeling bangeeett
sepertinya daku juga salah satu tersangka pelaku pembuangan sampah makanan.
soalnya, kalo pas puasa tuh rasanya pengin masak (dan beli) segala rupa.
Kalaappp abis dah
Eh, begitu buka…cuma minum air putih dan teh hangat aja, ternyata auto kenyang.
makan cuma seuprit, hiks hiks.
Beklaahh, mari kita bersama2 berjuang utk mencoret nama Indonesia di index 52.4 sebagai negara penghasil sampah makanan menurut Food Sustainability Index
Semangaatt!
makanya aku latihan dari diri sendiri dulu dan ingatkan teman sekitar pas lagi makan bareng.
Jangan membuang nasi meski sebutir itu saya setuju banget. Tapi realisasinya yg susah. Jadi bisa ditambahkan, ajarkan anak kita, atau generasi muda untuk tidak membuang nasi atau apapun makanannya, karena kebiasaan tidak baik itu susah untuk dihindarkan
Wahh mungkin di daftar tersebut ada akulah salah satu warga yang suka membuang makanan. Hehehheh. Tp bener lho dg cara food wrap lalu kita simpan di kulkas, sangat membantu. Aku jd memasak sesuai takarannya. Kalau kurang ya ambil lg secukupnya dr kulkas. Jd insyaallah g kebuang makanannya. Buat nasi, aku br kmrn nemu beras import bagus bgt, dpt dr klien suami. Masa, itu beras setelah dimasak, dua hari kemudian blm basi2 lho. Jd bs kita pakai lagi. Atau bs jg kita buat nasi kering goreng kasih garam untuk camilan. Disamping enak, yang pasti gak mubazir, ya kan mas?
wah asik banget bisa dapat beras dengan kualitas baik.
Iya Mas. Alhamdulillah bgt ya. Rezeki dikala Ramadan. Heheheh
Sampah tanggung jawab bukan hanya petugas namun kita bersama, selektif dalam pengelolaan sampah membantu kita bersama menjadi nyaman.
betul sekali mas Ferry mengenai bijak dalam memilah sampah makanan.