BerandaReviewDari Meja Ngidang ke Halaman Buku

Dari Meja Ngidang ke Halaman Buku

Author

Date

Category

Semua berawal dari sesuatu yang sangat sederhana. Saya mengikuti sebuah lomba menulis bertema kuliner tanpa banyak persiapan. Saya hanya ingin menuliskan sesuatu yang dekat dengan kehidupan saya, sesuatu yang selalu hadir sejak masa kecil… ngidang, tradisi makan bersama khas Palembang yang penuh kehangatan.

Ngidang selalu meninggalkan kesan yang sulit saya jelaskan. Bukan hanya soal hidangannya, tetapi suasana saat orang-orang berkumpul. Meja panjang yang penuh, suara sendok beradu, dan sambal yang tidak pernah absen dari meja. Ada tawa, ada obrolan ringan, dan ada momen hening yang justru membuat semuanya terasa lengkap. Itulah makan siang yang selalu saya rindukan.

Ketika menuliskannya, kenangan itu muncul dengan jelas. Saya teringat aroma Nasi Minyak yang mengepul, Malbi dengan aroma rempah yang kuat, hingga tawa keluarga yang memenuhi ruangan. Menulis tentang ngidang membuat saya seolah kembali ke masa-masa yang selama ini hanya saya simpan di sudut ingatan. Semua terasa hidup lagi.

Kabar yang Menghangatkan

Setelah lomba selesai, saya tidak memikirkan hasilnya lagi. Saya merasa tulisan itu sudah menjalankan tugasnya, menyimpan kembali ingatan tentang tradisi makan siang yang saya sayangi. Sampai suatu siang saya menerima kabar yang membuat langkah saya terhenti. Tulisan tentang ngidang terpilih untuk masuk ke dalam buku antologi Tradisi Makan Siang Indonesia.

Saya membaca pesannya berulang kali. Ada rasa hangat bercampur gugup yang muncul bersamaan. Tulisan yang lahir dari ingatan sederhana tiba-tiba menjadi bagian dari proyek nasional yang mengumpulkan tradisi makan siang dari berbagai daerah di Indonesia. Rasanya seperti melihat sesuatu yang tumbuh di rumah, kini berjalan ke panggung yang lebih luas.

Kabar itu membuat saya kembali mengingat proses menulisnya. Ada bangga yang muncul, bukan semata karena tulisannya terpilih, tetapi karena tradisi kecil dari Palembang mendapat ruang untuk diperkenalkan kepada lebih banyak orang.

Sosok yang Menemani

Proyek buku ini lahir dari kolaborasi hangat antara @omarniode, @nusa.foundation, dan @foodbloggeridcommunity, lalu diterbitkan dengan rapi oleh @penerbitdiomedia. Dari awal, saya merasakan energi yang berbeda. Semua pihak bekerja dengan semangat yang sama: merayakan kekayaan tradisi makan siang Indonesia.

Saya sangat berterima kasih kepada Ibu Amanda Katili (@amandakatili). Dukungan beliau terasa tulus dan kuat. Beliau melihat nilai cerita-cerita yang mungkin tampak sederhana, dan memberi ruang agar tradisi seperti ngidang bisa berdiri sejajar dengan kisah dari banyak daerah. Dorongan beliau membuat saya percaya bahwa tulisan kecil pun bisa memberi makna.

Kami para penulis datang dari latar dan daerah berbeda. Namun saat berbagi cerita tentang makan siang, kami merasa terhubung. Setiap penulis membawa ingatannya sendiri, dan semuanya menyatu dalam buku ini.

Saat Halaman Dibuka

Momen yang paling membekas adalah ketika buku itu akhirnya tiba. Saya membuka bungkusnya dengan hati-hati dan memegang bukunya seakan memegang sesuatu yang berharga. Buku itu tebal, rapi, dan penuh warna. Ketika membalik halamannya satu per satu, saya merasa sedang berjalan ke banyak tempat tanpa meninggalkan rumah.

Ada cerita makan siang dari pesisir, dari pegunungan, dari desa kecil yang mungkin belum pernah saya kunjungi, hingga kota besar yang lebih saya kenal. Setiap halaman membawa aroma dan suasana yang berbeda. Semuanya menunjukkan betapa kayanya cara Indonesia merayakan makan siang.

Di salah satu halaman itu, saya menemukan tulisan tentang ngidang. Saya berhenti sejenak, menatapnya dengan perasaan haru. Tradisi kecil yang saya bawa dari Palembang kini duduk sejajar dengan tradisi dari seluruh Indonesia. Ada bangga yang sulit saya sembunyikan.

Melihat Ngidang Lagi

Saat membaca ulang tulisan tersebut, saya menemukan makna baru dalam ngidang. Dulu, saya melihatnya hanya sebagai kebiasaan keluarga. Setelah menjadi bagian dari buku ini, saya sadar bahwa ngidang mewakili nilai kuliner Indonesia tentang kebersamaan dan keterbukaan.

Ngidang mengajarkan saya bahwa makanan tidak pernah berdiri sendiri. Ada cerita yang hidup di baliknya. Ada hubungan yang terbangun, ada memori yang bertahan, dan ada nilai yang diwariskan. Saya merasa terhormat bisa memperkenalkan ngidang kepada pembaca yang mungkin belum pernah mendengarnya.

Saya berharap setiap tulisan dalam buku ini membuka mata banyak orang bahwa makan siang memiliki peran lebih besar dari sekadar mengisi perut. Tradisi makan siang ini dapat merawat hubungan, mempertemukan ingatan, dan menyatukan manusia.

Cerita yang Terus Hidup

Dari sebuah lomba sederhana, perjalanan ini membawa saya ke tempat yang tidak pernah saya duga. Saya merasa tulisan tentang ngidang tidak lagi hanya menjadi milik saya. Sekarang, menjadi bagian dari upaya mengenalkan kekayaan tradisi kuliner Indonesia.

Jika suatu hari ada pembaca yang mengenal Palembang melalui tulisan itu, atau mencoba merasakan sendiri pengalaman ngidang, saya akan sangat bahagia.

Pada akhirnya, makanan selalu punya cara sederhana untuk menyatukan kita. Lewat buku ini, saya merasa ikut menjaga satu tradisi kecil agar tetap hidup dan dikenang, bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk siapa pun yang membacanya.

Deddy Huang
Deddy Huanghttps://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

1 KOMENTAR

  1. Sebagai orang Sumatera Selatan, aku familiar dengan tradisi ngidang yang hingga kini masih lestari meski zaman terus berganti. Turut bangga dan bersuka cita cerita ini sampai ke dunia. Selamat dan terima kasih Deddy sudah jadi bagian dari buku ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at deddy.huang@yahoo.com

Artikel Populer

Komentar Terbaru