Sejak membuka halaman pertama “Dalam Dekapan Zaman”, saya langsung merasakan panggilan lembut dari Ibu Amanda Katili Niode untuk menyayangi bumi, rumah tempat kita berpijak. Buku ini tidak hadir sebagai tuntutan atau sekadar informasi lingkungan, melainkan sebagai undangan yang hangat untuk lebih mengenal bumi dari sudut pandang yang penuh kasih. Dengan gaya bercerita yang khas, Ibu Amanda mengajak kita untuk merenungi hubungan kita dengan alam. Hubungan yang begitu dekat, tetapi seringkali terabaikan di tengah kesibukan hidup sehari-hari.
Ibu Amanda memilih kata-kata yang sederhana namun mendalam, membuat kita merasa seolah sedang duduk bersamanya, berbicara dari hati ke hati. Ia tidak serta-merta memberi kita solusi atau kritik, tetapi menyajikan perspektif bahwa menjaga bumi adalah bentuk cinta yang sederhana dan nyata. Di sini, Ibu Amanda berusaha menyampaikan bahwa masalah lingkungan bukanlah beban, melainkan sebuah kesempatan untuk memeluk bumi sebagai sahabat, yang telah lama memberikan kita udara, air, makanan, dan kehidupan tanpa meminta balasan.
Bumi sebagai Sosok Ibu yang Penuh Kesabaran
Pada bagian awal buku ini, Ibu Amanda memposisikan bumi sebagai seorang ibu yang selalu sabar dan penuh kasih. Ia menyampaikan metafora yang dalam: seperti seorang ibu yang menjaga dan merawat anak-anaknya dengan penuh cinta, bumi juga telah memberikan yang terbaik untuk kita sejak awal kehidupan. Di sini, saya merasa terhubung secara emosional, seolah bumi bukan lagi sekadar tempat, tetapi sosok yang hidup, yang dekat dengan hati kita. Seperti ibu yang selalu memaafkan dan menanti, bumi terus memberi kita keindahan dan kehidupan, meskipun sering kali kita tidak mengindahkannya.
Kalimat Ibu Amanda yang mengatakan, “Setiap hembusan angin, derasnya hujan, dan sinar matahari adalah cara bumi menyapa kita,” memberikan pemahaman yang berbeda tentang alam. Saya terhenti pada kalimat ini, merenung sejenak, membayangkan bahwa bumi mungkin sedang berbicara pada kita dengan bahasa yang halus dan penuh cinta. Ibu Amanda mengajak kita untuk mendengarkan bumi seperti kita mendengarkan seorang ibu, dengan penuh hormat dan perhatian. Bagi saya, ini adalah salah satu bagian yang sangat menggugah dari buku ini, yang membuat kita menyadari bahwa mencintai bumi adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa kita abaikan begitu saja.
Membaca pandangan Ibu Amanda tentang bumi sebagai seorang ibu membuat saya bertanya: sudahkah saya cukup menghargai dan menjaga bumi seperti saya menjaga seseorang yang saya cintai? Saya merasa terdorong untuk mulai memperhatikan hal-hal kecil, seperti bagaimana saya memperlakukan lingkungan sekitar.
Kisah-Kisah Para Penjaga Bumi yang Tulus
Salah satu kekuatan dari buku ini adalah cara Ibu Amanda menceritakan kisah-kisah nyata dari para pegiat lingkungan yang berjuang dalam diam. Mereka bukanlah tokoh terkenal atau aktivis besar, tetapi individu yang bekerja di lapangan, di tempat-tempat yang jarang diketahui banyak orang. Salah satu kisah yang sangat menyentuh hati saya adalah tentang seorang pegiat yang tinggal di desa terpencil dan berusaha merawat lahan yang hampir gersang. Dengan keterbatasan sumber daya, ia tetap berdedikasi untuk merawat tanah tersebut, meskipun ia tahu bahwa usahanya mungkin tidak mendapatkan pengakuan besar.
Ibu Amanda membiarkan kisah-kisah ini berbicara dengan sendirinya, tanpa perlu tambahan pujian atau dramatisasi. Inilah yang membuat buku ini begitu otentik. Dari kisah mereka, kita bisa belajar bahwa menjaga lingkungan tidak perlu dimulai dengan langkah besar. Hal-hal sederhana, seperti mengurangi plastik atau menanam pohon, adalah bentuk cinta kita pada bumi. Ibu Amanda mengatakan, “Setiap langkah kecil membawa makna yang besar bagi bumi,” mengingatkan kita bahwa kepedulian kita tidak perlu menunggu momen besar; kita bisa memulai dari apa yang kita punya, di tempat kita berada sekarang.
Saya tertegun saat membaca kisah seorang pegiat lingkungan yang meninggalkan kenyamanan hidup di kota untuk tinggal di desa terpencil demi merawat tanah yang nyaris tandus. Kisah ini menimbulkan rasa kagum dan kesadaran akan besarnya pengorbanan yang diberikan untuk menjaga kelestarian bumi.
Menggunakan Pendidikan dan Profesi untuk Membangun Kehidupan yang Selaras dengan Alam
Selain itu, Ibu Amanda juga mengajak kita merenungi bagaimana pendidikan dan profesi yang kita pilih dapat menjadi jalan untuk memberikan dampak positif pada bumi. Ia berbagi pengalaman pribadinya, bagaimana ia memilih pendidikan dan karier yang relevan dengan isu lingkungan, yang pada akhirnya memberinya pemahaman mendalam tentang tanggung jawab kita terhadap bumi. Ibu Amanda menekankan bahwa pendidikan bukan hanya untuk mencapai prestasi akademik atau karier, melainkan sarana untuk membentuk pribadi yang peduli terhadap dunia.
Ada satu kutipan yang sangat menginspirasi di sini: “Setiap profesi, sekecil apa pun, memiliki kekuatannya untuk menjaga bumi.” Ini adalah pesan yang dalam, mengingatkan kita bahwa apapun jalan hidup yang kita pilih, kita bisa menjadikannya sarana untuk menjaga kelestarian alam. Seperti seorang dokter yang memberikan edukasi kesehatan lingkungan kepada pasiennya, seorang guru yang mengajarkan muridnya tentang pentingnya menjaga bumi, atau seorang desainer yang menciptakan produk ramah lingkungan – semua profesi memiliki peran dalam memperkuat kesadaran lingkungan. Bagi saya, bagian ini menjadi pengingat untuk lebih bijaksana dalam menjalani karier, dan melihatnya sebagai bentuk pengabdian kita pada bumi.
ESG dalam Dunia Bisnis: Tanggung Jawab Perusahaan untuk Bumi yang Lebih Baik
Salah satu topik menarik yang diangkat oleh Ibu Amanda adalah ESG (lingkungan, sosial, tata kelola) dan perannya dalam keberlanjutan bisnis. Ia menjelaskan bahwa konsep ini bukan sekadar trend atau jargon bisnis, tetapi sebuah komitmen nyata untuk menempatkan lingkungan dan masyarakat sebagai bagian integral dari bisnis. Ibu Amanda melihat bahwa perusahaan yang hanya peduli pada keuntungan semata pada akhirnya akan membawa kerugian bagi lingkungan dan generasi mendatang.
“Bisnis yang hanya mengejar keuntungan akan mengabaikan masa depan,” tulis Ibu Amanda dengan tegas. Pesan ini membuka wawasan baru bagi saya bahwa tanggung jawab bisnis bukan hanya soal laba, tetapi juga soal keberlanjutan. ESG bukan hanya langkah etis, tetapi juga cara perusahaan untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi semua.
Dengan kata lain, bisnis memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan yang signifikan, dan Ibu Amanda mengajak kita untuk melihat perusahaan sebagai salah satu aktor penting dalam upaya melestarikan bumi.
Saya merefleksikan diri, apakah sudah melakukan praktik ESG dengan baik, misalnya, menggunakan produk ramah lingkungan bisa menjadi bagian dari tanggung jawab kita.
Dialog Global untuk Menyelamatkan Bumi: Harapan dalam Solidaritas Antar Negara
Ibu Amanda juga berbagi pengalamannya dalam forum internasional, di mana banyak negara bekerja sama untuk menangani isu-isu lingkungan. Ia menekankan bahwa krisis lingkungan adalah masalah global yang membutuhkan kolaborasi antar negara, dan tidak bisa diatasi sendiri-sendiri. Ibu Amanda menggambarkan tantangan yang ada dalam dialog ini, tetapi ia tetap optimis bahwa solidaritas antar bangsa adalah kunci untuk mencapai keberhasilan.
Salah satu kalimat yang menggugah dari Ibu Amanda adalah, “Solidaritas adalah benang merah yang menyatukan kita dalam menghadapi krisis bumi.” Kalimat ini menegaskan bahwa kita semua berada di perahu yang sama, dan jika kita ingin bumi ini tetap layak huni, kita harus bekerja sama. Buku ini menunjukkan bahwa masalah lingkungan bukanlah hal yang bisa diselesaikan satu negara saja. Solidaritas lintas batas adalah jalan untuk menjaga bumi, dan melalui dialog global, kita bisa menemukan solusi bersama yang akan memberi dampak jangka panjang.
Menghargai Makanan Lokal: Cinta untuk Bumi dari Hal-Hal Sederhana
Bagian yang sangat menyentuh adalah ketika Ibu Amanda berbicara tentang pentingnya memilih makanan lokal yang berkelanjutan. Ia menjelaskan bahwa pilihan makanan kita bukan hanya soal kenikmatan rasa atau harga, tapi juga dampak terhadap bumi. Ibu Amanda mengajak kita untuk mendukung kuliner lokal, yang selain berdampak positif bagi lingkungan, juga melestarikan budaya. “Makanan lokal bukan hanya soal cita rasa, tapi juga soal menjaga bumi dan budaya kita,” tulisnya.
Dengan memilih makanan lokal, kita membantu mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi makanan. Ini mungkin tampak sederhana, tetapi memiliki dampak besar jika dilakukan secara kolektif. Bagian ini menjadi pengingat bahwa bumi bisa kita jaga dari hal-hal yang kita lakukan setiap hari, dan bahwa cinta pada bumi bisa dimulai dari meja makan kita. Makanan lokal adalah bagian dari identitas kita, dan dengan mendukungnya, kita tidak hanya mencintai bumi, tetapi juga budaya dan warisan nenek moyang kita.
Kelebihan Buku
Salah satu kekuatan utama Dalam Dekapan Zaman adalah cara Ibu Amanda menyampaikan isu lingkungan dengan pendekatan yang hangat dan personal. Alih-alih menyajikan data yang berat atau pendekatan ilmiah yang kaku, Ibu Amanda mengangkat pesan penting dengan gaya bercerita yang akrab dan menyentuh hati. Ini membuat buku ini tidak hanya informatif tetapi juga menggerakkan pembaca, mengingatkan bahwa bumi adalah sesuatu yang hidup dan berharga.
Selain itu, kisah-kisah nyata dari pegiat lingkungan yang disajikan dengan sederhana namun penuh makna adalah kelebihan lain dari buku ini. Ibu Amanda mampu menghidupkan kisah-kisah mereka dengan baik, menginspirasi pembaca untuk memulai langkah kecil demi menjaga lingkungan tanpa merasa terbebani.
Kekurangan Buku
Meskipun gaya bercerita Ibu Amanda sangat personal dan menginspirasi, mungkin sebagian pembaca yang lebih menginginkan data atau fakta ilmiah akan merasakan kekurangan. Misalnya, beberapa grafik tentang dampak penggunaan plastik atau fakta-fakta tentang krisis iklim mungkin bisa membuat buku ini lebih meyakinkan bagi mereka yang lebih condong pada pendekatan ilmiah.
Namun, perlu diingat bahwa ini mungkin adalah pilihan Ibu Amanda untuk tetap fokus pada penyampaian pesan yang humanis dan empatik. Buku ini lebih sebagai ajakan untuk berempati dan mulai bertindak dengan cara yang sederhana tetapi bermakna.
Refleksi Penutup: Panggilan untuk Merangkul Bumi dengan Penuh Cinta
Dalam Dekapan Zaman bukan sekadar buku yang berbicara tentang lingkungan; ini adalah ajakan untuk mencintai bumi dengan hati yang tulus. Ibu Amanda Katili Niode menyampaikan bahwa mencintai bumi bukanlah tugas yang membebani, melainkan sebuah kesempatan untuk mengungkapkan rasa syukur kita. Buku ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan kecil kita bisa memberikan dampak besar pada bumi, dan bahwa menjaga bumi adalah bagian dari kasih sayang yang tulus.
Setelah membaca buku ini, saya merasa mendapatkan perspektif baru tentang bagaimana kita bisa menjaga bumi dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Ibu Amanda menunjukkan bahwa kita semua memiliki peran dalam merawat bumi, apapun profesi dan latar belakang kita. Buku ini adalah panggilan jiwa, bukan hanya untuk mengenal lebih dekat tetapi untuk benar-benar mencintai dan menjaga bumi sebagai rumah kita bersama.
Bagi siapa pun yang merindukan buku yang tidak hanya memberikan wawasan tetapi juga menyentuh hati, Dalam Dekapan Zaman akan menjadi teman yang sempurna. Buku ini bukan hanya soal memahami bumi, tetapi soal merasakan, menyayangi, dan berkomitmen untuk menjaganya dan itu adalah panggilan yang tak akan kalian sesali.
Kalau kalian ingin memiliki buku ini, bisa langsung menghubungi Penerbit Diomedia 0856-4376-2005. Harganya Rp. 145.000,- belum ongkir.
Aku terkesan dengan judul yang Deddy buat untuk tulisan ini. Harus diakui bahwa makna KETULUSAN itu rentangnya luas sekali. Datangnya dari hati dan pemaknaan yang begitu dalam. Mungkin inilah sudut pandang yang pas untuk mewakili bagaimana seorang Amanda Katili mempersembahkan hidupnya pada kelestarian lingkungan dan keselarasan bumi.
Banyak kata dan kalimat bermakna yang Deddy tulis. Sangat mengesankan untukku pribadi.