Perjalanan kedua kali ini menuju Ogan Komering Ilir, tepatnya Desa Sepucuk berjalan dengan sangat lancar. Pikirku barangkali karena adanya kontingen delegasi perwakilan negara-negara Asia Pasifik atau memang karena kami sedang beruntung saja sehingga perjalanan Palembang – Kayu Agung dapat ditempuh hanya sekitar 2,5 jam melalui perjalanan darat.
Saya sudah berada di lokasi titik kumpul tepat pukul 7 pagi di Hotel Aryaduta. Walaupun terjadi insiden kecil di jalan bersama abang Gojek yang saya tumpangin. Setelah itu berjumpa dengan teman-teman media lainnya termasuk ada beberapa blogger yang turut hadir. Kali ini kita diajak lagi untuk mengunjungi kawasan yang pernah saya kunjungi beberapa waktu lalu mengenai restorasi lahan gambut.
Tepat pada tanggal 9 – 10 Mei 2017, South Sumatra Bonn Challenge Asia Pacific Regional Asia High Level Roundtable Meeting dilaksanakan. Perjalanan menggunakan bus konvoi dengan rombongan delegasi 28 negara dunia.

Sepanjang jalan di kota Kayu Agung ternyata ratusan anak-anak sekolah berdiri di sepanjang jalan menyambut rombongan datang. Anak-anak sekolah ini mengingatkan saya pada waktu bangku SMA yang berdiri seperti mereka dengan melambaikan bendera merah putih. Sekarang, posisinya terbalik saya merasakan sambutan seperti yang saya lakukan tahun 2002 atau tepatnya 15 tahun lalu
Kayu Agung memiliki demplot restorasi seluas 20 hektar tanah dengan kedalaman gambut 5 hingga 6 meter. Area Sepucuk dulunya mengalami degradasi berat oleh kebakaran dua kali pada musim kemarau tahun 1997 dan 2006, sehingga membutuhkan penangangan serius. Pada waktu pertama kali yaitu beberapa minggu lalu saya kunjungan ke Sepucuk, saya melihat lahan gambut yang memang lumayan terawat.


Kami tiba di waktu yang tepat karena acara juga baru dimulai. Pada kesempatan awal ternyata Pak Bambang dari Pusat LitBang memberikan kata sambutan mengenai asal sejarahnya lahan gambut Sepucuk. Dengan bahasa inggris yang lancar, Pak Bambang tampil percaya diri memaparkan semua mengenai apa yang dikerjakan di hadapan para tamu delegasi. Dalam area tanah seluas 20 hektar ini ditanamin oleh tanaman-tanaman lokal gambut. Ada dua yang paling banyak ditanam merupakan tanaman Ranim dan Jelutung Rawa.
Acara yang dihadiri oleh Gubernur Sumatera Selatan saat ini yaitu Alex Noerdin yang inisiatif saat menghadiri Bonn Challenge 2015 di Kota Bonn, Jerman. Beliau berkata kenapa tidak melakukan restorasi lahan di lahan yang memang mengalami kerusakan lingkungan dan membutuhkan penangangan? Alasan ini masuk akal sebab, apabila Bonn Challenge dilakukan dilokasi yang sudah “baik” maka esensi untuk kelestarian hutannya tidak tampak. Dengan merujuk kawasan lahan gambut Sepucuk sebagai contoh pusat restorasi yang telah dikembangkan, maka Bonn Challenge dirancang sebagai suatu wadah yang bertujuan untuk pelestarian hayati terhadap degradasi hutan dan lahan.



Bukti keikutsertaan para peserta dilakukan serempak penanaman 100 bibit unggul tanaman gambut pada area lahan gambut. Selebrasi ini menjadi langkah awal untuk beberapa tahun depan karena tanaman Jelutung dan Ramin dibutuhkan sekitar 4 hingga 5 tahun untuk bertumbuh. Waktu lumayan lama untuk dapat merestorasi lahan dan meningkatkan luas lahan gambut.
Selama mengamati sekililing lahan gambut tampak para delegasi yang hadir terdiri dari negara pendonor dan negara yang penerima melebur di tengah hutan untuk menanam bibit pohon. Negara pendonor ini nantikan akan memutuskan memberikan dana hibahan bisa berupa teknologi atau sumber daya ahli ke negara penerima.

Perhelatan Bonn Challenge berlangsung tertutup dan terbatas yang dilakukan hanya untuk perwakilan negara. Selama konferensi pers yang berlangsung di Griya Agung, Alex Noerdin dan wakil presiden dari IUCN-ELC (International Union for Conservation of Natur-Environmental Law Centre) atau Pusat Hukum Lingkungan Perserikatan Antarbangsa untuk Suaka Alam. Sumatera Selatan memang sedang dilirik oleh dunia berkat adanya Bonn Challenge, sebab isu iklim dunia dan lingkungan hidup memang menjadi isu bersama.
Kalian tentu tidak ingin melihat berita kebakaran hutan seperti tahun 2015 lalu bukan?
Wiii acaranya keren bingiiitt… Ah semoga bisa ke palembanggg suatu saat. Aamiin.
Btw kenapa setiap komen di blog yang pake wp, yang keluar akun wp ya kakak? Soalnya blog yang di wp dah gak aku apdet lagi. Wkwkw
Heh maksudnya keluar akun wp? kalau gak salah misal kamu punya akun di wp dia otomatis, cuma aku setting name, email dan url aja sih untuk komennya.
Baru tau aku koh ada event internasional ini.. Tfs yaah.. Semoga makin banyak lahan gambut ditanami, Sumatera jd gak kebakaran hutan lagiiii.. Aamiin.. Btw, makin pingin ke Palembang jadinya.. Tahun depan Asian Games pasti rame yaah.. 🙂
yang ini ni, kenangan yang susah di hilangkan..
Setidaknya menjadi pengalaman baru 😀
Looks like a great event..semua berjalan lancar dan semoga outcomenya juga oke!
Untungnya semua berjalan dengan lancar mbak 😀
Wow keren Palembang
Jadi tuan rumah event kelas dunia pastinya butuh persiapan ekstra, disisi lain juga sekaligus ajang promosi wisata Palembang yang ciamik
Btw aku suka bagian penanaman bibit gambut itu, semoga kelak tumbuh subur ya
Betul mbak Arni, Palembang ini kece kali yaa.. udah beberapa kali jadi tuan rumah berskala internasional. Sebentar lagi mau Asian Games 2018 lagi.
Acara konvoi bas untuk delegasi dari 28 negara? Wah! Menarik. Moga berjaya. Bagus penulisannya, Deddy. Plus, kangen sama Palembang ah!
Pojiee…
aku malahan pengen keliling Kuala Lumpur dan menulis di blogku hehe..
Konvoi bus bersama saja dengan masing-masing delegasi, mereka lakukan secara tertutup untuk rapatnya. Semoga saja ada hasil lebih baik.
Terima kasih pujiannya ya..
Asik ya bisa ikut acara kek gini.
Dinikmati dan dijalanin 😀
Keren deh kok ded bisa ikutan acara besar kayak gitu. Selain nambah pengetahuan tentunya dapat teman dr berbagai negara dong ya koh?
Iya, jadi menambah pengetahuan tentang lingkungan hidup. Jalan-jalan kan gak harus ke destinasi wisata saja :p
Ah keren nih Palembang Om Deddy.. Siapa tahu pas acara tersebut bisa ke Palembang
Kamu nanti ke Palembang pas peresmian LRT aja, mbak Donna katanya pasti ke Palembang lagi buat coba LRT 😀
Siap Om. Kabarin aja y kapan pembukaannya..
Ini pentiiing banget, forum yang sangat urgent buat mengedukasi semua pihak. supaya alam kita tetap terjaga dan lestari
iya, semoga saja para stakeholder bisa memberikan dana atau hibahan teknologi untuk negara yang membutuhkan.
salut sama inisiatif pemerintah Sumatera Selatan dengan berbagai dukungan banyak pihak untuk merestorasi lahan gambut. Bonn Challenge ini jadi awal kebersamaan seluruh elemen untuk menjaga lingkungan.
asyik, lengkap mas laporannya 🙂
Aku senang diajak jalan kayak gini, wawasanku jadi bertambah sama bisa jumpa kalian.
Semoga ya diajak ke event-event selanjutnya hehe..
ini for the fist time ya, diadakan di Asia : ) ?
betul ini kali pertama kali di Asia, dan Indonesia ditunjuk sebagai negara tersebut.. lalu Sumatera Selatan menjadi tuan rumahnya.
dan mas Deddy berkesempatan ikutan juga : )