Suatu tulisan dengan perumpamaan yang bagus dan menyentuh hati saya. Tulisan dari Saudara Samuel Mulia yang dimuat di Harian Kompas, 10 Februari 2008 berjudul Hati-Hati Belajar “Melukis”.
Awalnya saya kira ada semacam tips mengenai seni melukis. Tapi ada sedikit gangguan dari tanda kutipnya (penasaran… kira-kira apa sih makna dari tanda kutip itu). Setelah saya baca sampai selesai, ternyata inti dari tulisan beliau kurang lebih mengenai luka batin seorang anak ataupun orangtua itu sendiri.
Orangtua suka memarahi anak dengan kata-kata negatif, misalnya: “Dasar kamu bodoh! Anak Malas, dsb”. Maka efek sampingnya si anak akan merasa kurang kasih sayang dari orangtua/merasa di tolak. Begitupun sebaliknya, kelakuan si anak yang kurang ajar akan membuat orangtua kembali terluka.
Point akhirnya, bahwa kita (khususnya sebagai anak) tidak dapat menyalahkan orangtua atas apa yang telah dialami saat ini. Misalnya ada yang menjadi perampok, pengamen, atau hal lain yang membuat diri Anda terkucil. Akan tetapi, bertanyalah pada diri sendiri untuk mengalami suatu kontemplasi. Bahwa hal ini semata-mata bukan karena kemauan orangtua akan tetapi diri kita sendiri untuk menjadi lebih buruk.