Kontemplasi saya ada kaitannya dengan isi khotbah persekutuan hari sabtu (15/03) sama Ev. Mertji (baca: Merce bukan Dorce :p tuh pesan dari pendetanya.. hehe). Ev. Mertji seorang misionaris berani mati alias dia berkhotbah secara underground di Malaysia. Selama 8 tahun dia jalanin dan status dia di sana bukan sebagai penduduk Malaysia, melainkan sebagai turis. Jadi suatu “keharusan” saja dia balik ke Indonesia karena setiap bulannya harus berurusan dengan visa.
Oke, itu sekilas tentang Ev. Mertji (tadi saya coba cari situs FSnya dan situs komunitas persekutuan yang dia bangun akan tetapi saya tidak menemukannya lewat fasilitas Search sama Om Google).
Begini pesan yang dibawakan oleh Ev. Mertji hampir sama dengan pesan dari teman saya bernama Chandra Salim, teman SMA saya. Perlu saya ceritain si Chandra ini orangnya seperti apa? (Ah.. butuh berapa waktu lagi ya? hehe..). Intinya dia berhasil di UMPTN dan menjadi mahasiswa ITB. Zaman saya, masuk ITB itu sulit banget (ya kan?) apalagi lewat UMPTN. Karena sudah lama saya tidak mengirimkan message FS (ketuleran Chicha alias Cinta Laura neh sama Indlish-nya.. haha). Sekedar tanya kabar dan keadaan masing-masing.
Saya : How lucky u š (maksudnya bisa kuliah di ITB, dsb – kagum)
Chan : I said: It’s not about luck that came to me, but it’s about our decision the have changed by GOD. Not about our stays at hometown or else, but about our relationship with GOD. Closer to GOD means we are Changed every seconds.
Have a great day
Inilah yang dapat saya bagikan dan hadapin perubahan itu. GBU