Meminimalkan kekurangan yang kita miliki. Maksimalkan kekuatan yang kita miliki untuk menutupi kekurangan diri.

Lusa lalu entah ada angin apa saya bantu mama buat angkat karung yang isinya botol-botol AQUA kosong ukuran 1,5 liter. Sejak lama kami memang mengkonsumsi AQUA, jadi biasanya botol-botol kosong itu kami jual lagi dengan harga Rp 100,-/botol. Tiba-tiba saja mama bilang apa saya tidak malu? Saya diam sejenak lalu menggeleng. Dalam hati saya, kenapa saya harus malu? Apa yang saya perbuat hingga saya malu? Toh saya hanya bantu mengangkat dan menjual. Itu halal kan?

Saya segera menepis pertanyaan seputar malu tadi dan langsung mengangkat dua karung sambil berlalu ke tempat yang biasanya membeli botol kosong. Sesampainya di sana ternyata si penjual ini ramah (saya baru kali ini ketemu yang biasanya membeli), dan malam itu jadi satu pelajaran lagi kenapa kita harus tetap mensyukuri hidup ini.

Anak dari ibu itu tunarungu, cowok usianya 27 tahun. Saya dan anaknya hanya dapat berkomunikasi lewat senyuman saja. Tapi setelah orangtuanya cerita kalau si anak ini punya kelebihan yaitu ingatan dia kuat. Wow.. ini suatu mujizat di balik kekurangan yang dia miliki ternyata kekurangannya itu dapat dia tutupi melalui kelebihannya. Mungkin, kalau saya berada di posisi anak itu, mungkin ada rasa minder dan sering mengumpat-umpat Tuhan akan kekurangan yang saya miliki. Begitupun sama cerita nyata pianis yang hanya punya empat jari. Bagaimana kekuatan ibunya yang terus memberi semangat sama anaknya.