Bagi kalian yang menyukai bangunan heritage, ternyata ada satu lokasi tempat ibadah yang bisa dikunjungi saat berkunjung ke Palembang. Salah satunya Klenteng Kwam Im atau Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi (Soei Goeat Kiang) yang sudah ada sejak tahun 1773. Klenteng ini berdiri pada masa Kesultanan Palembang Darussalam dan Kolonial Belanda. Boleh dibilang klenteng Chandra Nadi yang berada di kawasan 10 Ulu ini adalah yang tertua di Palembang.
Kalau kita berada dari sisi dermaga Pasar 16 ilir, akan langsung terlihat dari seberang sebuah bangunan merah menyala di sisi Sungai Musi. Ornamennya khas Tiongkok dengan dua patung naga di gapura. Dari sekian banyak kelenteng yang tumbuh subur di Palembang, klenteng yang berlokasi di daerah 10 Ulu ini selalu ramai didatangi oleh umat Buddha dan Konghucu. Tempat ini juga digelar prosesi ibadah masyarakat Tionghoa di Palembang, mulai dari ulang tahun Dewa atau acara sosial lainnya.
Jika kalian penasaran dengan tempat ibadah atau klenteng Kwam Im. Ada beberapa cara menuju klenteng tersebut mulai dengan jalur darat atau sungai. Kalau kita melalui jalur darat, kita akan menyeberangi Jembatan Ampera, lalu lurus ke Jalan Gubernur Ahmad Bastari, kemudian berbalik arah jalan di bawah Jembatan Ampera, selanjutnya menuju Jalan Perikanan. Posisi Kelenteng berada di tepian jalan, sebelum menuju Dermaga 10 Ulu.
Selain itu, bisa juga melalui jalur sungai dengan naik perahu ketek dari bawah Jembatan Ampera dari dermaga 16 Ilir (depan Pasar 16 Ilir) atau bisa juga melalui dermaga Benteng Kuto Besak. Biaya naik perahu ketek ini berkisar 10-20 ribu per orang, tergantung kemahiran tawar menawar.
Klenteng tertua di Palembang ini dibangun di perkampung 10 Ulu karena di sana terdapat makam seorang Panglima Palembang keturunan Tionghoa bernama Ju Sin Kong atau biasa disebut Apek Tulong, dia beragama Islam. Menurut mitos orang yang berziarah di sini akan mendapatkan keberkahan atau terbebas dari penyakit. Klenteng Chandra Nadi ini digunakan umat dari tiga agama dan kepercayaan untuk berdoa. Ketiga agama dan kepercayaan yang diakomodasi di klenteng ini adalah Buddha, Tao, dan Konghucu.
Memasuki halaman Klenteng Chandra Nadi, aroma dupa (hio) wangi langsung menusuk ke hidung. Dupa sebagai salah satu sarana yang dipercaya sebagai penghubung ke Thien. Dalam arti Thien disebut “langit” atau sebagai Tuhan. Melangkah masuk ke dalam, kita akan bertemu dengan altar-altar dewa mulai dari altar Dewi Maco Po atau penguasa laut (juga disebut sebagai dewi yang menguasai setan dan iblis) dan altar Dewi Kwan Im atau penolong orang yang menderita sudah tersusun secara berurut.
Selain itu juga ada altar Sakyamoni Buddha (Sidharta Buddha Gautama), altar Bodhisatva Maitreya (calon Buddha), altar Dewi Kwan Tee (pelindung dharma), altar Dewi Paw Sen Ta Tee atau dewi uang dan pemberi rezeki. Kemudian altar Dewi Chin Hua Niang Niang atau Dewi Mak Kun Do, altar Giam Lo Ong (raja neraka), dan altar Dewa Toa Pek Kong berbentuk macan. Di bagian belakang klenteng terdapat satu altar yang berisi kumpulan berbagai patung titipan umat dan altar Ju Sin Kong, pelindung Kota Palembang dan diyakini beragama Islam.
Padatnya kunjungan klenteng ini paling ramai dikunjungi pada saat tanggalan Cina pada tanggal 1 (Ce It) dan 15 (Cap Go), banyak muda-mudi dan termasuk orangtua yang datang untuk memanjatkan doa permohonan dan ucapan syukur. Sehingga bagi kamu yang sedang berkunjung di Palembang, jangan lewatkan menilik sejarah dan bangunan lama klenteng tertua di Palembang. Sebentar lagi umat Buddha dan Konghucu akan merayakan Imlek yang merupakan perayaan tahun baru Imlek.
Klenteng Chandra Nadi (Klenteng Dewi Kwam Im) tiap tahunnya selalu memiliki acara untuk menyambut Tahun Baru Imlek, dimulai dari mendekorasi halaman parkir dengan serba lampion merah dan malamnya dilanjutkan dengan pertunjukkan Barongsai sebagai petanda rejeki masuk. Warga sekitar termasuk para pengunjung bisa ikut menikmati aktraksi yang ada di klenteng sehabis memanjatkan doa dan permohonan di tahun baru Imlek 2017. Kalau kamu sedang berkunjung ke Palembang tak ada salahnya berkunjung ke klenteng selain untuk berdoa juga bisa untuk berfoto kenangan.
***
Tulisan ini re-blog dari tulisan saya di HelloPalembang.com. Sebelumnya juga pernah dimuat di majalah travel Journey Magz pada bulan Januari 2016.
[…] indoor di dalam klenteng tertua di […]
[…] beberapa yang terkenal di Palembang yaitu klenteng tertua di Palembang, Klenteng Chandra Nadi atau Klenteng Soe Goeat Kiat atau lebih dikenal sebagai Klenteng Dewi Kwam Im. Klenteng ini menjadi […]
[…] beberapa yang terkenal di Palembang yaitu klenteng tertua di Palembang, Klenteng Chandra Nadi atau Klenteng Soe Goeat Kiat atau lebih dikenal sebagai Klenteng Dewi Kwam Im. Klenteng ini menjadi […]
[…] indoor di dalam klenteng tertua di […]
wow… boleh dikunjungi nih!!
Langsung gelar red carpet kalo kamu dateng Freddy :))
iya, aku sengaja nggak makan di tempat yg udah terkenal, jadi blusukan ke tempat pempek enak tp murah 🙂 belum tau koh, nunggu undangan trip dari koko 🙂
Di Mataram juga ramai sama lampion nih Koh, tepatnya di daerah Cakranegara 🙂
Kamu ada liput acara Cap Go Meh di sana gak mbak?
ku akan ke palembang dan juga mengunjungi klenteng ini.
Kapan kak Bena kamu mau ke Palembang?
Cuma pernah liat kelenteng ini dari atas perahu ketek, sekembali dari Pulau Kemaro dan Kampung Arab. Sebenernya sama Ayuk Ira mau diajak ke sana, tapi kok balik dari Al-Munawwar sudah sangat siang, waktunya makan. Jadi batal deh. Duh, padahal instagramable banget ya?
Instagramable sih gak terlalu sih mas. Soalnya ini kan tepat ibadah. Cuma sejarahnya saja yang lumayan asik buat diikutin.
Oh, ini namanya Klenteng Chandra Nadi. Pas ke Palembang aku mampir ke sini sama Heru.
Kapan kamu ke Palembang… Eh kita belim kenalan ya waktu itu
Agustus 2015, koh. Iya belum kenal ?
Berarti kamu harus ke sini biar kita bisa kenalan haha
Hahaha. Mahal ye ongkos buat ketemu koh Deddy ?
Biar kamu plesiran lagi hehe
kayaknya aku ditraktir yayan makan pempek di dekat kelenteng ini deh, tapi gak tau sejarah kelenteng ini hahaha.. kayaknya aku harus kesini lagi sama koh Deddy sambil ngirup cuko :p
Masa ditraktir sama Yayan makan pempek di sana? Emang sih sederetan klenteng itu banyak jualan pempeknya. Kapan ke sini lagi?
[…] Namun, ada dua klenteng yang pasti dikunjungi oleh orang Tionghoa untuk bersembahyang yaitu Klenteng Dewi Kwam Im 10 Ulu dan Klenteng Kwan Tie Kong Talang […]
Foto-fotonya keren kak, jadi pengen ke Palembang. Kemarin udah bikin artikel buat ikut lomba yang hadiahnya ke Palembang. Semoga menang deh.
Aamiin semoga beruntung ya mas.
Aku pernah ke klenteng ini ko, sepi soalnya lagi nggak ada event hehehe. Gong Xi Fa Cai, Xian Nian Kuai Le. Angponya koooooo.
Angpaonya nanti dikasih tiket pesawat yaaaa 😀
wah klenteng chandra nadi kece juga…. buat foto2 #korbanselpi
Haha.. Gpp yang penting pernah selfie di depan klentengnya kan
Udah lewat tahun baru Imlek nya koh, tapi tetaplah gong xi fa cai (jadi inget teman lamaku). Kalo cap go meh, pasti meriah lah ya #bentarlagikanya? #penasaran
Salam kenal (udah belum ya?)
Belom dong. Sampe Cap Go Meh nanti imlekannya. Yuk ke Palembang ada acara Festival Imlek nih.
Pernah denger sih klenteng kwam in. Bagus juga ya koh, bisa sekalian dijadikan tempat wisata. Kalau ke palembang aku pengin ke jembatan ampera sama kelenteng ini hehehe
Wah kalau cuma 2 tempat ini saja masih belum lengkap mbak ke Palembang. Coba cek tulisan aku yang 10 lokasi lainnya hehe
Gong Xi Fa Chai, Koh… semoga tahun ayam api ini jadi tahun yang lebih sejahtera dan lebih baik daripada sebelum-sebelumnya ya. Saya tertarik deh dengan klenteng ini. Dibangun oleh seorang Muslim tapi ini tempat ibadah untuk agama lain. Bacanya sejuk banget. Apalagi ada altarnya seperti itu, ingin tahu juga bagaimana rupa altarnya. Destinasi wajiblah kalau ke Palembang.
Hihi makasih ya Gara..
Kalau kamu ke Palembang kabarin yaa…
Siap Mas, terima kasih…
Indah sekali klentengnya. Ingin sekali bisa mampir ke Palembang nih untuk melihat klenteng tertua di Palembang 🙂
Terima kasih sudah berbagi koh Huan 🙂
Sama-sama mbak Alida. Klentengnya biasa saja sebenarnya cuma sejarahnya lumayan menambah pengetahuan.
Om ded, culik aku ke Palembang om ded ajakin ksini… ??
Kamunya ke Palembang dulu om..
Kalau pas sincia pasti rame ya klentengnya
Khiong hi ya Grant…
Kiong hi juga Ded