BerandaTravelingIndonesiaHealing Hati di Museum Al Akbar, Palembang

Healing Hati di Museum Al Akbar, Palembang

Author

Date

Category

Sektor pariwisata mulai mengintip bersinar dari balik awan kelabu pandemi. Terpantau beberapa kawasan wisata di Palembang mulai dijejaki oleh masyarakat. Salah satunya Museum Al Akbar, Gandus.

Bangkit Setelah Pandemi

museum al akbar
Pintu masuk ke Museum Al Akbar, Gandus

Setelah dua tahun pandemi akhirnya saya berencana menyambangi kawasan Gandus, Palembang. 

Nama kawasan ini tak hanya harum sebagai kebun sawit dan karet saja. Melainkan juga sebagai tanah di mana Museum Al Akbar berdiri.

Ojek daring membawa saya menyusuri perkebunan sawit dan rumah warga. Terik mentari tak kuasa menghalangi saya melawat ke museum Al Quran terbesar di dunia ini.

Memasuki bulan Ramadhan, wisata religi merupakan daya tarik wisatawan lokal hingga mancanegara untuk berkunjung ke sini. Palembang sebagai kota tertua di Indonesia punya beragam lokasi religi dengan cerita dan filosofi masing-masing. Museum Al Akbar ini salah satunya.

pengunjung museum al akbar
Pengunjung bisa membeli produk jualan warga lokal

Dari luar pekarangan pintu masuk, nampak para pengunjung yang berdatangan. Sementara di halaman samping, sekelompok orang tengah membereskan tiang tenda.

“Selesai acara apa pak?” tanyaku sambil menyerahkan sepatu. Sebelum masuk ke dalam museum, semua pengunjung harus menitipkan alas kaki di bagian pintu masuk.

“Kemarin dzikir dan tabligh akbar.”

Lebih kurang 2000 orang berkumpul di Bayt Al Quran Akbar Gandus Palembang.

Saya bergegas menuju loket dan menyerahkan selembar Rp 20 ribu. Meski harga tiket ini sudah naik dari harga awal sejak lawatan pertama saya, rasanya tidak keberatan. Pengalaman mengunjungi Museum Al Akbar nilainya jauh lebih 20.000 rupiah.

Kemilau Emas Pahatan Al Quran

lokasi al akbar gandus
Museum ini selalu berbenah diri

Tata letak masuk ke dalam area museum pun sudah berubah. Dulunya pengunjung masuk dari lantai satu, kini lantai bawah digunakan untuk etalase barang dagangan.

Naik ke lantai dua, pemandu akan memberikan penjelasan singkat mengenai sejarah dan filosofi museum ini lebih dulu.

Alunan musik Islami mengiringi sepanjang koridor museum. Ukiran-ukiran ayat Al Quran dengan tinta emas terhampar megah. Kita laksana dituntun ke terowongan dengan temaram cahaya.

museum al quran
Terpampang nyata pahatan kayu berisi ayat Al Quran
museum al akbar
Pengunjung sedang menikmati swafoto

Nampak panel kayu Al Quran raksasa berdiri, terbuat dari kayu tembesu dengan tinggi mencapai 15 meter. Adalah Syofwatillah, pemilik sekaligus pembuat AL-quran terbesar di dunia ini.

Museum Al-Quran Akbar adalah Alquran raksasa yang berbentuk lembaran kayu yang dipasang seperti jendela dengan bangunan bertingkat lima. 30 juz Alquran diukir cantik pada kayu tembesu yang berukuran 1,77×1,4 meter dengan tebal 2,5 sentimeter. 

Pembuatan lempengan ukiran membutuhkan waktu 7 tahun. Pengerjaannya dibiayai dari dana sumbangan masyarakat. Januari 2012, museum ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Nuansa Timur Tengah

museum al akbar
Nuansa timur tengah di Museum Al Akbar, Gandus

Selepas lorong berdinding penuh ukiran ayat, kita semakin dibuat takjub dengan pemandangan dari lantai dua t. Bagai berada di dalam masjid, khidmat. Alunan nasyid terus mengalun menemani langkah kita.

“Makin nyaman saja setelah renovasi,” pujiku kepada salah satu pengurus.

“Alhamdulillah. Baru tiga bulan setelah usai renovasi, ” balasnya.

Perubahan besar terasa dengan interior nuansa timur tengah yang kental. Dengan sapuan warna kuning lembut dalam temaram lampu dinding. Dari lantai atas, kita akan dibuat terpesona melihat mahakarya pahatan Al Quran yang besar.

Di dalam Museum tersedia jasa foto dan kaligrafi nama. Hanya berbekal 15 ribu rupiah pengunjung dapat mengabadikan momen dan mendapatkan hasil foto cetak sebagai kenang-kenangan. Sedangkan, untuk kaligrafi nama, pengunjung dapat memberikan nama dan tanggal lahir. Hasilnya akan ditulis dalam gaya kaligrafi Arab. Selain itu dijajakan pula souvenir dari pakaian hingga kain jumputan dan songket.

kaligrafi nama
Kaligrafi nama

Di Museum pengunjung yang datang tak hanya menikmati nuansa religi. Namun juga wisata kuliner dengan beragam makanan khas Palembang yang bisa dicicipi di halaman Museum.

Mengunjungi Museum ini tak ada salahnya banyak berbelanja. Selain demi membantu pemeliharaan museum juga membantu ekonomi warga sekitar. Lokasi museum ini membuka pemerataan ekonomi dan pembangunan di pinggiran kota.

museum al akbar
Penjaga museum Al Akbar, Bapak Syarkoni

Dari jauh saya melihat sesosok salah satu pengurus Museum senior, Pak Syakroni, sedang duduk di area luar.

“Sehat pak?”

“Alhamdulillah. Sudah lama tidak ke sini, dk. Biasanya ajak teman,” balas Pak Syarkoni.

Pak Syarkoni biasa mendampingi puluhan pengunjung dan bercerita tentang isi Museum.  Sebelum pandemi dalam sehari museum biasa dikunjungi oleh 500 orang di hari kerja. Angka kunjungan naik dua kali lipat di hari libur.

Tapi sejak pandemi jumlah kunjungan ke museum pun merosot tajam. Museum  mendapat kunjungan 300 orang di hari biasa sudah terbilang bagus.

Biasanya setiap kunjungan saya ke sini selalu ditemani oleh rekan Pak Syarkoni.  Namun, pandemi ini membuat sebagian pemandu museum juga harus kehilangan pekerjaan.

Beda Wisatawan Lokal dan Asing

wisata religi al akbar
Pengunjung lokal masih terlihat ramai berdatangan.

Pengunjung museum kebanyakan memang berasal dari negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Sisanya dari luar provinsi yang datang menggunakan bus.

Jika wisatawan asing, mereka akan sangat tertarik mengenai cerita dan sejarah pembangunan. Sebaliknya, wisatawan lokal mereka hanya ingin berswa foto saja tanpa memperdulikan makna cerita yang ada. Itulah perbedaan wisatawan asing dan lokal dalam mengunjungi museum.

Meski banyak pengunjung yang mengeluh jarak museum yang jauh, museum ini tidak pernah kosong. Mahakarya Al Quran raksasa mampu menjadi pemikat bagi wisatawan yang mencari healing dengan ketenangan jiwa dan spiritual. 

Daya tarik wisata religi memang layaknya katarsis bagi pengunjung. Museum Al Akbar mampu menjadi sarana bagi pengunjung untuk berkontemplasi hingga menyejukan hati. 

Saya percaya setiap daerah pasti memiliki tempat yang indah sebagai objek wisata religi, begitu juga dengan Palembang. Waktu berjalan tanpa terasa. Menikmati suasana Museum Al Akbar membawa ketenangan hati. Jauh dari hiruk pikuk rutinitas di tengah kota.

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

6 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru