Rasa perih di belakang pundak membuat saya sedikit kesulitan untuk tidur sehabis mendaki puncak Wayag. Belum lagi sekujur tubuh mulai terasa kaku dan pegal. Beruntung hari ini rute yang akan ditempuh tidak sejauh seperti pergi ke Wayag yang membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam pulang pergi. Semua mungkin tidak ada yang mengira kalau Puncak Wayag memang nomor wahid pemandangannya. Apa hanya Wayag saja yang ditawarkan oleh Raja Ampat?
Dibandingkan dengan homestay yang ada di sekitar kami, menurut saya homestay yang kami tempat memiliki view lumayan baik. Persis di depan laut sehingga bangun tidur pemandangan yang dilihat adalah laut yang luas. Sedangkan homestay sekitar harus berjalan sebentar ke arah laut, memang mereka lebih banyak tamu bule daripada lokal. Sebaliknya kalau homestay yang kami tempatin lebih memilih lokal. Alasannya untuk memenuhi standar kepuasan tamu dirasakan lokal lebih enak daripada tamu bule.
Kalau untuk puasin saya? Gampang, cuma ajakin saja jalan dan makan
Hari ketiga di Raja Ampat, seolah belum mau cepat berlalu dari Raja Ampat dan teman-teman baru saya. Saya salut dengan Usi yang rajin bangun tiap jam 2 subuh hanya untuk persiapkan menu sarapan kami termasuk menu makan siang di tengah laut. Kenapa saya bisa tahu? Sebab tiap jam 2 atau 3 subuh saya selalu terbangun karena dehidrasi dan sewaktu mengambil air minum selalu bertemu dengan Usi yang sedang memasak. Teman-teman lainnya juga sudah bangun. Ada yang memang bangun karena memang sholat subuh. Masing-masing dari kita bergantian masuk dalam kamar mandi. Hari ini tidak perlu tergesa-gesa seperti kemarin.
Mengunjungi Painemo “Wayag Kecil”
Kalau itinerary kalian belum dapat mengunjungi Wayag, kabar baiknya ternyata Raja Ampat masih memiliki banyak pemandangan yang bisa membuat kalian takjub dan juga memiliki panorama yang mirip seperti di Wayag. Lokasinya lebih dekat daripada ke Wayag yang membutuhkan waktu hampir 4 sampai 5 jam perjalanan. Pasti kalian pernah melihat foto viral pak Jokowi sewaktu di Raja Ampat? Nah, tempat tersebut yang kali ini akan kami kunjungi. Hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan untuk menuju ke Painemo.
Orang-orang sana mengeja Painemo menjadi “Penemu”. Sama seperti ke Wayag, tiap kapal yang akan bertamu ke Painemo pasti akan melewati pos jaga setempat untuk membayar uang masuk. Namun, harga masuk ke Painemo tidak semahal seperti ke Wayag. Penduduk lokal hanya mematok harga tiap kapal sebesar Rp 500.000 sedangkan untuk speedboat sebesar Rp 300.000.
Terkenal alam bahari yang indah, Raja Ampat juga dikenal memiliki gugusan pulau karang. Mengambarkan pemandangan Painemo boleh saya sebut sebagai “Wayag Kecil”. Pemandangan sekitarnya terdiri dari batu-batu karang dengan berbagai ukuran dalam satu kawasan. Hanya saja ukuran batu karangnya memang tidak setinggi seperti puncak Wayag. Kita juga masih bisa melihat gradasi air biru jernih dan hijau. Saya menikmati perjalanan selama 2 jam lamanya dari Pulau Mansuar dengan speedboat. Selama perjalanan, lautan biru bagai tak terbatas. Beberapa kali bukit-bukit teletubies hijau membentuk siluet, deburan air laut yang menghantam badan kapal, serta rumah-rumah penduduk yang kami lewati. Bukit-bukit karang yang ditumbuhi oleh perpohonan akan kita lihat sewaktu hendak memasuki kawasan Painemo.
Dari arah kapal, kita bisa melihat bongkahan batu besar seperti raksasa sebagai tanda pintu masuk untuk naik ke puncak Painemo. Sekilas saya melihat ada kelapa muda yang dijual oleh ibu-ibu tepat persis di pintu masuk. Wah, saya harus cicip air kelapa muda dari Raja Ampat!
Tulisan “Selamat Datang Di Kawasan Konservasi dan Wisata Karst Piayanemo” sudah menyambut kedatangan kita untuk siap menaikin jarak ke puncak ketinggian 122.4 meter dan 59 meter dari permukaan laut. Dan tidak disarankan bagi manula untuk tidak naik ke puncak. Tapi, kalau merasa tertantang, kenapa tidak?
Untungnya objek wisata Painemo ini sangat membantu kita untuk naik ke atas dengan anak tangga menjulang ke atas. Serta terdapat pos untuk istirahat sejenak. Penduduk setempat menyediakan jalur trek agar wisatawan bisa menikmati panorama Raja Ampat. Barangkali ini yang membuat “Wayag Kecil” diminati oleh turis karena mudahnya untuk naik ke atas dan jarak tempuh terbilang dekat. Perlahan tapi pasti kami mulai naik ke atas, bayangkan saja seperti menaikin anak tangga Batu Cave, Kuala Lumpur. Sayangnya saya tidak hitung ada berapa jumlah anak tangga di Puncak Painemo 😆 Apa perlu saya kembali lagi ke Raja Ampat untuk menghitung jumlah anak tangga? I wish hahahaha…
Pemandangan seperti apa yang bisa kita lihat dari Puncak Painemo? Silahkan nikmati foto-foto berikut :
“Jang ko ukir ko pu kisah cinta di batang pohon ka… Nanti tu pohon ikut galau..”
“Apaan tuh artinya ya,” tanya kita kompak.
“Jangan kamu ukir pula kisah cinta mu di batang pohon ini. Nanti pohon ikut galau,” balas Bang Icad yang tampak sibuk memotret kami satu per satu dari atas. Sadar diri dari aksi vandalisme objek wisata membuat kita sebagai pelancong juga harus tahu diri untuk ikut menjaga kebersihan serta kelestarian objek wisata tersebut. Berhubung saya tidak suka mencoret-coret jejak di objek wisata, saya lebih memilih mencoret lewat tulisan ala kekinian yang sedang tren saat ini.
Kami juga tidak begitu lama berada di Puncak Painemo sebab kita harus bergantian dengan wisatawan lainnya yang datang berkelompok. Mayoritas yang kami jumpai juga berasal di Indonesia, kadang kita harus menahan sabar dengan sesama pelancong Indonesia yang memiliki hobi foto selfie yang satu pose bisa butuh waktu lama dalam satu titik foto. Berbeda dengan turis bule yang mereka cukup satu kali lalu meninggalkan senyum manis untuk giliran kita.
Mengingat jalur trek yang lumayan membuat kaki kita cidera. Sangat disarankan untuk menggunakan sepatu dari karet yang tertutup atau sepatu kets. Jenis sepatu ini sangat nyaman untuk digunakan dalam perjalanan jauh maupun berpijak ke beban berat sehingga mencegah cidera kalau saja terpeleset. Selain itu, usahakan untuk berangkat lebih pagi supaya tidak terlalu panas sewaktu di puncak atas.
Setelah kembali turun sampai ke bawah, saya segera menghampiri ibu penjual kelapa muda. Harga satu butir kelapa muda dijual hanya Rp 15.000 saja. Lumayan menghilangkan dahaga setelah mendaki anak tangga puncak Painemo. Tidak berapa lama, saya mendengar rembukan teman-teman untuk membeli kepiting yang juga dijual oleh penduduk setempat. Luas biasa ukuran kepiting yang dijual, jumbo! Kami mendapatkan 6 kepiting jumbo dengan harga 700 ribu rupiah untuk minta dimasakkan oleh Usi sewaktu pulang.
Asik! Kami sudah tidak sabar malam nanti akan makan kepiting jumbo!
Tentunya kalian penasaran seperti beberapa teman saya langsung bertanya mengenai bujet perjalanan ke Raja Ampat. Semoga nanti saya sempat menuliskan mengenai bujet perjalanan ke Raja Ampat sebagai gambaran bagi kalian apabila hendak mengunjunginya. Bila paket wisata di Raja Ampat terbilang yang paling mahal di Indonesia, itu adalah biaya wajar yang dikeluarkan oleh turis. Sekarang tinggal Pemda setempat dan masyarakat di Raja Ampat bisa efektif serta transparan mengelola pemasukan dari pariwisata, untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam di darat dan laut agar tetap berkelanjutan.
Sebagai pelancong, ayolah kita dukung pariwisata Indonesia untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alamnya dengan tidak mengambil apapun dan tidak meninggalkan jejak apapun kecuali kenangan dalam bentuk foto-foto dan ingatan. Bila perlu kita kembali lagi meneruskan petualangan seru lainnya.
Kapal kami pun mulai berjalan meninggalkan keindahan Pulau Painemo menuju ke tempat berikutnya. Berdasarkan informasi Bang Icad, ada tiga bukit yang biasanya dijadikan trek untuk mendaki naik ke atas. Kurang lebih ketinggian bukit sekitar 15 meter sampai 60 meter ketinggian dari permukaan laut. Seperti Tanjung Bintang memiliki keunikan laut yang dikepung gugusan pulau membentuk seperti bintang. Dari atas puncak-puncak bukit tersebut, karang di dasar laguna berwarna hijau toska masih bisa terlihat. Namun kami sengaja tidak mendaki ke atas. Dua puncak lainnya ada Bukit Gundul dan yang tertinggi yaitu Painemo.
Tempat berikutnya yang sudah dinantikan oleh kita adalah snorkeling!
Santap Kepiting Jumbo Rebus
Keputusan bersama untuk membeli seafood di Raja Ampat tercetus oleh ide para tante dan teman lainnya. Tidak ada salahnya juga untuk mencicipi seafood segar dari laut. Cuma mau cari seafood harus kemana? Apalagi ada yang semangat pengen makan lobster atau udang. Saya sendiri manggut-manggut setuju sebab memang senang dengan hidangan laut.
Dua hari dari pagi dan malam, lauk utama tidak jauh dari ikan. Berkat Usi yang bisa memasak ikan menjadi santapan nikmat selama di Raja Ampat. Sebagai informasi, ikan tangkapan selalu dalam kondisi segar karena ditangkap saat hendak mau dimakan. Tapi, mereka tidak boleh memancing di depan homestay karena ada hukumannya. Maka, hanya boleh memancing di belakang Pulau Mansuar. Sayang sekali saya belum kesempatan untuk melihat cara mereka memancing ikan untuk makanan kita bersama.
Malam itu, saya mendapat wawasan baru tentang umpan ikan. Mamin, anak Kapten Noak tampak sibuk melepaskan tali plastik dibuat seperti bulu ijuk yang tipis dan halus. Rasa penasaran saya membuat kaki saya melangkah masuk ke dalam kamar melihat aktifitas Mamin.
“Ini umpan ikan kok beda warna?” tanyaku membuka obrolan. Mamin sepertinya senang dan dia pun antusias mulai menjelaskan apa yang sedang dia lakukan.
“Untuk jenis ikannya bang. Warna ini sebagai umpan buat si ikan. Kalau yang malam ini abang makan itu pakai umpan warna biru.” tunjuknya ke saya umpan yang sedang dia buat.
Tiap malam pasti mereka membuat umpan baru. Soalnya satu umpan untuk satu kali memancing, kalau umpan tidak rusak bisa digunakan sampai beberapa kali. Uniknya umpan ini tidak memerlukan tambahan makanan seperti yang biasa dilakukan oleh orang saat memancing menggunakan cacing atau pelet.
“Serius??! Jadi ikannya bisa langsung makan ini umpan?” tanyaku tidak percaya. Metode mereka memancing juga tidak memerlukan tongkat pancing, melainkan cukup tali pancing senar putih saja. Namun, hasilnya seperti yang sedang Usi lakukan saat memotong badan-badan ikan tenggiri.
Sementara itu kepiting kami masih dalam kukusan sudah mengeluarkan aroma wangi. Di tengah laut seperti ini jangan berharap bisa makan menu kepiting asap atau kepiting saus padang. Memang saya bukan punya bakat memasak, lalu dari tante Fitri bilang cukup dimasak sama bumbu-bumbu dapur saja sudah enak. Sisanya, serahkan dengan Usi biar dia yang masak dan kreasikan kepiting kita 😆
Malam kedua seperti malam kebersamaan kami, sebab trip ke Raja Ampat biasanya 4 hari 3 malam. Sisa satu malam berikutnya dihabiskan di Sorong. Perjalanan ke Raja Ampat memang singkat tapi bukan berarti tidak ada cerita yang dapat dibagikan bukan?
[…] turun dari Pianemo, Raja Ampat, salah satu rombongan kami melihat ada warga yang menawarkan kepiting jumbo. Bosan […]
Keren abiisss……… surga dunia apalagi bagi pecinta pemancing….
Dulu pernah dapat kesempatan sekali ke Raja Ampat, tapi diriku lebih memilih ke Pulau Derawan karena pertimbangan jarak tempuh yang cukup jauh. Semoga diberi kesempatan lagi untuk menjajaki tanah Papua nanti. Amin… Btw, tulisannya tjakep Kak…
2x mau berangkat ke sini dan 2x juga gagal karena harus opname. Semoga di 2018 ini ada rejeki, umur, dan kesehatan untuk terbang ke Raja Ampat
Ajak-ajak yuk kalo mau ke sini… Aku jadi tukang foto atau angkat koper jadilah ?
[…] hari ini kami akan berkunjung ke Painemo, salah satu destinasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan saat ke Raja Ampat. Painemo bagaikan […]
Bagi saya, yg paling menarik dgn Raja Ampat ada 2 poin yaitu alamnya yang menakjubkan dan penduduk aslinya yang unik dan menarik. Berbeda dgn penduduk Indonesia bagian barat. Oke dech, sukses untuk Raja Ampat dan seluruh Papua.
Setuju sekali aku sama 2 poin itu. Apalagi penduduknya jumpa yang ramah.
Om deddy kayak ny masih banyak cerita raja ampat nya. Aku jd mupeng om. ??
Ah keren om keren ded
Iya masih ada tulisan yang belum tayang om Fajrin. Huhuhu banyak yang mau ditulisnya.
Koh, sebelum berangkat, suntik vaksin malaria dulu kah?
Ini yang sempat dipikirkan, kemaren ke dokter lalu dokter juga menyarankan untuk suntik. Tapi kalau misal ga mau, bisa diantisipasi dengan minyak kayu putih gitu mbak untuk jaga-jaga. Mungkin masih ada untungnya nyamuknya gak sampai ke malaria.
Cuma, pilihan suntik malaria itu pilihan ke masing-masing. Bukannya mencegah lebih baik ya
Kereeeen, alam Indonesia sebenernya emang bagus banget.. huhuhuhu mupeng liat foto2nya Raja Ampat.. dan ngakak baca “Jangan kamu ukir pula kisah cinta mu di batang pohon ini. Nanti pohon ikut galau” tapi emang harus diginiin karena kadang pengunjung suka terlalu kreatif malah ngerusak pohon & lingkungan.. ajak aku kesini dong kaaak 😀
Kalo ajak kamu ke Raja Ampat sih gampang, tinggal pesen tiket dan kita cus hahaha
idiihhh keren sekali kaq ..pesona indonesia banget ya,,,
semoga bisa mengunjungi raja ampat dalam waktu dekat,,
kalau ada kesempatan boleh lah juga berkunjung ke Pulau Lombok,,
dengan pantainya juga yg excotik…
Mau kak kalo diajak ke Lombok lihat pantai-pantai sama.
Manjaaaa kak, kereeen….semoga bisa kesana secepatnya
mamayooo!
su sampai Painemo pace e?
sa su bolak balik Papua banyak kali, tapi tra sampai Painemo lai
ah pace, ko beruntung skali ee
Kenapa tak balik lah kamu daeng :p… Ajak aku ya kalo balik
Sa punya saudara sih yang kerja deket sana. Tapi sampe sekarang belom berani kesana. Hiks…
Lah kenapa ga berani ke sana?
Keren banget ya Allah. Semoga suatu saat bisa kesana.. aamiin..
Aamiin. Semoga ada jodohnya mas ke Raja Ampat.
Semoga bisa menjejak kesana ya, bener2 terinspirasi baik foto dan info kohhuang yg kece badai ?
Aamiin. Semoga tahun ini ya mbak 🙂
Pos masuk ke Painemo, Raja Ampat-nya mirip kayak yang di film-film interiornya kayu gitu~ Btw, seru banget udah sampe ujung timur Indonesia~ Mau mau mau~
Eh itu naik tangganya nggak sampai 700 anak tangga seperti yang pernah kulalui ketika pergi ke Air Terjun Guyangan di Nusa Penida kan ya, Ko Ded? But, tentunya lihat pemandangan akhirnya akan terasa worthed walaupun tergopoh-gopoh naik tangganya ya!
Cheers,
Dee – http://heydeerahma.com
Kamu nanti mau liburan kemana sih kak?
ngiler sama perjalanan ke Raja ampatnya 🙁
plus ngiler juga sama kepting jumbo rebusnya
Kamu doyan seafood juga toh.
Adiiiiiiiyy… itu kepiting pu enak lai….
Emang enak lah…
Aku nggak mau komentar keindahannya karena pasti indah banget.
Jadi ingat rafia yang dibuat mancing, memang kalau mancing ikan Tongkol kita tidak perlu pakai umpan beberan, cukup dengan rafia atau plastik yang mengkilap. Jadi ikan akan menyangka umpan tersebut adalah ikan teri 😀
Wah pasti pengalaman soal memancing nih.
Soal keindahan Indonesia Timur memang sulit disangkal. Semogalah ada rejeki buat balik jalan lagi.
Aku cuma bisa iriii…mupeng banget kesini…cakep banget ya pemandangannya.. pake agen apa Koh?
Btw dah gimana punggungmu? dah baikan toh? k
Kalau untuk wisata alam, Indonesia Timur memang diakui di dunia, katanya. Kalau di Denmark apa punya wisata alam juga mbak?
Punggungku masih gosong haha..
Banyak Ded…daerah Jutland tempatku ini bagus banget….Main sini lah…
Ih kasih Vaseline gih
Jadi, Indonesia banget ya kalo satu pose beberapa foto hihihi…
Asyik banget Koh… Foto nya juga keren2… Semoga next aku jg bisa kesana….
Hehehe.. ya selalu ada cerita menarik tiap perjalanan kak. Tapi aku juga suka kalau difoto beberapa pose, minimal 3 pose lah hahahaha
Kapn kita ke raja ampat lagi…akkhh kangeeennn suasana disana sumpaah. Tapi harus belajar snorkling dlu nih haha
Aku pun juga sama, mau bisa snorkeling sama dapat foto yang bagus lagi hahaha
Ikan dan kepitingnya sungguh menggoda. Cakep banget si raja ampat ini. Trus itu nama tempatnya tadi kupikir nama salah satu situs hehehe
Asal ndak ada yang alergi seafood pasti nikmat, Yan.
Situs itu kata Umek kan emang terinspirasi dari tempat ini.
Cerita dan fotonya kece badai.. boleh tahu harga penginapan di sana? 🙂
Kalo untuk penginapan udah termasuk dalam harga paket. Tapi kalo pribadi ada yang mulai 250 ribu per orang.
Kl satu paket? Mupeng saya.. *nyiapin dana 🙂
Mulai dari 3-5 juta ada hehe tergantung rute destinasi nya juga mbak.
Kece perjalanannya. Fotonya dari atas itu bagus banget
Lebih kece kalau pake drone mbak. Pasti full dapatnya hehe..
pemandangannya keren… jadi pengen ke sana… huhu sementara ngimpi dulu 😆 Kepiting jumbo nya enak nggak Koh? Itu ikan yang dipotong kok nggak ada foto yang udah matang hehehe 😀
Kamu tahu aja. Yang ikan mateng takut kebanyakan foto jadi pas dipotong aja. Tadinya emang mau dimasukin juga.
Kepiting jumbo dagingnya fresh. Cuma direbus saja kok.
Foto banyak kalau lezat nggak papa koh hahaha 😀
Keren banget perjalanannya. Fotonya jadi bikin ngiler…eh baru tau umpan untuk mancing ikan beda2 warna karna ada alasan tertentu toh. Ditunggu cerita perjalanan keren lainnya ya
-sundulerparents-
Iya, sama mbak Vety aku kalau gak tanyain dia juga gak tahu. Soalnya tiap ikan punya insting yang beda dalam makan umpan.
Antara mupeng dan lapar melihat postingan ini. Belum kesampaian nih buat ke Raja Ampat 😀
Tahun 2017 ada plan traveling ke mana bartz?
Rencana terdekat, insya Allah trekking ke Himalaya ko. Habis itu ada beberapa rencana lainnya, cuma karena belum beli tiket jadi ya belum berani bilang-bilang dulu hehe. Doain aja ada rejekinya.
Kereen pemandangannya, sementara saya cukup menikmatinya lewat foto ini ya koh. Masih terlalu jauh impiannya kalau bisa ke sana, wong ke Bali aja belum pernah hahaha
Sama nih mbak Ivon, diriku Bali juga belum.
impian perjalanan banget ini koh
Didoakan tahun 2017 ini kamu ke Raja Ampat ya
amin 🙂
Hahaha pohonnya bisa ikutan galau ya kalau ditulisin kisah cinta… ada2 saja.
Bisalah mas. Hati kita aja gampang baper :p
wah. painemo keren yaa. jadi kangen raja ampat. dulu cuma sempet singgah k misool dua kali. moga thun ini bisa kesampaian sampe painemo dan wayag yaa. 🙂 ‘
salam kenal mas’e. blog yang keren. ditunggu kunjung baliknya yaw
Walah, malahan kamu udah ke Misool duluan. Aku pengen lihat ubur-uburnya.