Jauh dari riuh rendah gaya hidup perkotaan Bali, Karangasem justru menawarkan semangat hidup yang masih asli. Tak seperti daerah kota yang berlomba menuju komersialisasi. Sebaliknya, Karangasem sedang memperkuat rasa percaya diri dengan menjaga roh Bali yang sesungguhnya. Mengedepankan kebahagiaan, kedamaian dan keramahan. Itulah kekuatan dari Kabupaten Karangasem, kedekatan dengan alam dalam nuansa spiritual Bali. Tri Hita Karana, keseimbangan antara manusia, alam dan Tuhan.
Kabupaten Karangasem berlokasi di tepian Selat Lombok dan menjadi tempat wisata di Bali dengan suasana berbeda. Sepanjang jalan menuju ke sana terlihat hamparan laut bergantian dengan persawahan. Harmoni alam membawa ketenangan batin saat memasuki ke kota Karangasem. Hanya butuh waktu 2 jam dari Bandara Ngurah Rai menuju sisi timur Bali.
Menikmati Semilir Lembut Virgin Beach
Sebuah pantai di Desa Perasi tersembunyi di balik dua bukit yaitu Apen dan Penggiang, menawarkan sebuah misteri. Melewati daerah Candidasa masuk ke Jalan Raya Bugbug, terdapat garis pantai dengan tiga nama. Kendaraan harus masuk ke dalam ruas jalan berbatu dalam hutan sekitar satu kilometer. Akses menuju ke pantai seolah sulit, seakan menyeleksi pengunjungnya.
Suara debur ombak mulai terdengar memanggil. Warga lokal menyebut pantai ini dengan nama Perasi. Wisatawan luar memanggilnya White Sand Beach atau Virgin Beach. Pantai dengan garis sepanjang 500 meter memiliki pasir lembut dan putih. Sementara pasir di sekitar pantai berwarna hitam. Pantai yang tenang, sesekali diselingi gulungan ombak saling berkejaran.
Rona hijau zamrud di hamparan laut, semilir angin berhembus membelai kulit. Tak perlu kuatir lapar dan haus. Sejumlah warung di tepi pantai dengan pelayan yang menyapa untuk singgah makan dan minum. Atau memesan untuk bersantai di pangkuan kursi berpayung.
Senja Taman Ujung Soekasada
Hubungan Karangasem dan Gunung Agung bak benci namun rindu, benci tapi cinta. Di balik musibah meletusnya Gunung Agung, Karangasem memetik berkah lainnya. Bahan baku pasir, koral, hingga batu dari lahar dingin semua berasal dari perut bumi yang dimuntahkan Gunung Agung. Hampir semua batu digunakan untuk pahatan pura, gapura dan pelinggih berasal dari Gunung Agung.
Setelah hancur terdampak letusan Gunung Agung, Taman Ujung Soekasada kondisinya sempat terbengkalai. Imajinasi melayang ke masa lampau saat memasuki taman tempat peristirahatan raja. Taman bukan sembarang taman. Langkah kaki dituntun berjalan di atas jembatan batu yang membelah air dengan hamparan lotus. Di seberangnya berdiri kokoh sebuah bangunan putih sekilas nampak melayang di atas air. Taman Soekasada atau kini lebih dikenal Taman Ujung menjadi tempat yang disukai oleh Raja Karangasem untuk bermeditasi dalam keheningan. Letaknya tak jauh dari laut dan berada pada ketinggian.
Seakan berada di Nirwana. Hamparan air dengan istana yang mengapung. Di sisi lain bale beralaskan rumput berhias beragam bunga. Selain keindahannya Taman Ujung memiliki nilai sejarah. Renovasi bagian istana yang runtuh tak dikerjakan seluruhnya. Sebagian bangunan dibiarkan sebagaimana adanya agar nampak otentik sentuhan sejarahnya.
Kerajaan Karangasem memang telah dihapuskan di tahun 1908 oleh Belanda. Namun warga setempat tetap menjaga kenangan kejayaan mereka saat berkuasa di laut. Masuk ke arah belakang taman, terdapat sebuah bale berpilar putih berbentuk segiempat tak beratap. Di ketinggian sisa bangunan ini menjadi saksi saat perahu-perahu datang bermuara ke taman. Dari sini kita dapat memandang leluasa laut biru terbentang di bawah langit menghadap ke Gunung Agung. Sungguh pemandangan alam yang bernilai jutaan dolar.
Terik mentari mulai meredup, di Taman Ujung saya beristirahat sejenak sambil menikmati detail ukiran bangunan istana. Karangasem punya sebuah puri yang memiliki tiga corak arsitektur yang indah.
Menyusuri Puri Agung Karangasem
Dua buah patung singa mengapit anak tangga di depan gapura Puri Agung Karangasem. Gapura yang terbuat dari susunan batu bata. Karangasem sempat menjadi kerajaan terbesar di pulau Dewata. Kekuasaannya menjangkau hingga ke Pulau Lombok. Puri Agung Karangasem masih menyimpan sisa kejayaan Karangasem.
Sore itu saat saya berkunjung, tampak bangunan puri masih diperbaiki. Puri Agung Karangasem terdiri dari tiga bagian yaitu Bencingah, Jaba Tengah dan Maskerdam. Bencingah merupakan bagian depan Puri yang sering digunakan untuk seni pentas. Jaba Tengah menjadi kebun dan kolam. Di tengah kolam terdapat sebuah bangunan yang disebut “Bale Gili” nampak mengambang dikelilingi teratai. Bagian ketiga merupakan Maskerdam yang serupa dengan nama kota Amsterdam di Belanda. Bangunan ini dibangun pada awal Raja Karangasem memiliki hubungan dengan Pemerintah Belanda.
Arsitektur Puri Agung Karangasem dipengaruhi gaya Bali, Cina dan Eropa. Gaya Bali tampak dari ornamen seperti patung Hindu dan relief dinding puri. Pengaruh Eropa tampak dari ukuran gedung utama dengan beranda yang besar. Sedangkan gaya Cina terlihat pada ornamen jendela, pintu dan kursi. Perpaduan yang memberikan kesan magis bagi pengunjung.
Air Tirtagangga Yang Menghidupkan
Berlokasi di tengah hamparan sawah dan dikelilingi perbukitan hijau nan indah, Tirta Gangga terasa begitu damai. Tirta Gangga adalah taman air yang dirancang oleh Raja Karangasem. Airnya berasal dari sumber yang telah lama ada memenuhi kebutuhan masyarakat Karangasem. Bagi masyarakat Bali, air dianggap suci karena mampu memurnikan energi buruk di lingkungan juga termasuk diri sendiri.
Tirta bermakna air yang diberkati. Gangga diambil dari nama sungai di India. Air dari sumber mata air Tirta Gangga dianggap sebagai air suci oleh umat Hindu di Bali. Airnya tak pernah kering hingga selalu dimanfaatkan dalam upacara.
Saat memasuki Tirta Gangga kita langsung disuguhi lanskap kolam, patung dan taman. Gemericik air dari menara tumpang mengalir kencang. Kolam air di sisi kanan dihiasi bebatuan yang tersebar di sekitar kolam. Fungsinya juga sebagai pijakan kaki.
Sejumlah patung berdiri anggun di tepian kolam dingin. Ikan mas berenang bergerombol di dalam kolam, sisiknya bersinar memantulkan cahaya. Tak jauh dari kolam hias, terdapat pula kolam renang di mana pengunjung dapat berenang.
Debit yang dihasilkan mata air Tirta Gangga sangat besar. Ada tiga aliran air. Digunakan untuk menyediakan air minum untuk kota Amlapura, ibu kota Kabupaten Karangasem. Beberapa dialirkan ke kolam renang melalui pipa bawah tanah, sementara yang lainnya masuk ke dalam kolam renang yang lebih rendah dan untuk mengairi sawah yang mengelilingi taman air ini. Mahakarya dari Raja Karangasem.
Harmoni Desa Tenganan
Suasana Desa Tenganan sekilas terlihat berjalan biasa. Beberapa warga sedang beraktivitas di alun-alun. Para lelaki sibuk dengan ayam-ayam di dalam sangkar. Tak jauh dari gerbang desa, beberapa orang tengah sibuk mengukir di atas daun lontar. Menggunakan pisau bermata kecil, warga Tenganan masih melestarikan seni lukis lontar. Dulu, lontar-lontar berisi mantra suci. Sekarang, kemampuan mereka akhirnya meningkat dengan mengukir kisah-kisah Hindu pada daun lontar.
Keunikan Desa Tenganan tak hanya itu. Lingkungan desa yang asri, bersih dan harmonis adalah gambaran sebuah kampung adat tetap terjaga. Di tengah alun-alun terdapat bale-bale yang digunakan untuk warga berkumpul. Tak sembarang orang boleh melewati batas suci ke bale. Saya hanya mengamati dari jauh saat para lelaki desa sedang sibuk membuat lawar babi.
Saya bertemu dengan Desi, salah satu warga Desa Tenganan. Ia mengajak saya singgah ke dalam rumah untuk melihat keunikan rumah di Tenganan. Penduduk setempat percaya kalau kelahiran dan kematian saling berkaitan, sehingga ada dua kamar yang saling berdekatan. Satu ruangan berfungsi sebagai tempat melahirkan, yang lain untuk mendoakan mereka yang telah meninggal. Sedangkan keluarga mereka tinggal di kamar belakang.
“Kami ingin tetap menjaga desa kami seperti ini, sesuai Tri Hita Karana. Seandainya di desa kami ini ada rumah makan, hotel, lalu apa bedanya kami sama desa-desa lain?” seru Desi merentangkan kain gringsing memperlihatkan pada saya.
Hal ini menunjukkan bagaimana tatanan hubungan harmonis antar manusia, alam dan Tuhan.
Warga Desa Tenganan juga dikenal piawai membuat tenun gringsing, tenun kain turun temurun dan merupakan mata pencaharian warga. Teknik tenun ikat ganda ini hanya dimiliki 2 tempat di dunia, salah satunya Desa Tenganan ini. Butuh waktu lebih dari satu tahun mulai dari pewarnaan hingga penenunan kain gringsing.
Sudah saatnya berlibur menemukan hal-hal baru di tempat tujuan wisata seperti Karangasem. Masih banyak tempat wisata di Bali ini yang becerita tentang seni, budaya, tradisi hingga keindahan alam yang dapat membuat kita menemukan sisi lain harmoni kehidupan di Bali.
[…] yang dibeli apa bisa refund. Sebab saya punya pengalaman waktu memesan salah satu kamar hotel di Karangasem, Bali lewat Traveloka. Akibat ceroboh saya tidak memeriksa kembali detail kamar dan lokasi. […]
[…] alternatif mengembalikan fungsi hutan. Termasuk kearifan tradisional suatu tempat. Ketika saya ke Desa Tenganan, Karangasem, saya berjumpa dengan salah satu warga desa yang menjaga kearifan dan tradisi di desa. […]
next agendain ke sini ah, kolam yg nggak pernah sepi pengunjung, tapi di sosmed fotonya bikin mupeng, kayaknya kudu berangkat pagi pagi bener
Terima kasih info y artikel y bagus an bermanfaat banget buat di baca
sama-sama mas.. terimakasih atas kunjungannya ya.
keren.. salut deh
terima kasih ya mbak…
sekarang saya stay di bali,…. mampir ke tanah lot koh… 🙂
iya aku baru explore di Karangasem saja. untuk daerah Bali lain belum hehe.. maklum baru pertama kali kunjungan.
Setelah membaca artikel di atas, rasanya ingin kembali berwisata ke Bali. Saya pernah dua kali ke Bali bersama keluarga melalui agen travel. Aduh, nikmatnya berwisata tanpa memikirkan tempat menginap, memikirkan makan, objek mana yang hari ini harus dikunjungi, dsb.
Yang ada hanya makan, keliling Bali mengunjungi objek-objek wisata, tidur, ke pantai, dsb. Benar-benar nikmat. Setelah satu minggu berwisata, pikiran dan jiwa terasa sangat nyaman. Tidak ada beban pikiran, apalagi stres. Ya, pikiran dan semangat kembali fresh, segar, dan sangat nyaman.
Layak, Bali menjadi tujuan wisata banyak orang. Tidak hanya wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara, termasuk Raja Arab Saudi Salman.
makanya slogan everyday is holiday di bali itu benar ya.
Bali itu masih banyak tempat yang bisa dijelajahi ya..
dan saya tertarik banget sama daerah Karangasem ini dengan prinsip Tri Hita Karananya..
Karena memang seperti itulah kita hidup, harus harmonis dan selaras antara manusia, alam dan tuhan.
Btw, kalau ada acara kematian gitu bisa ikut kah? terutama buat agama lain? kadang pengen ikut tapi gak enak aja gitu nyempil di acara kematian agama lain, apalagi saat motret euy.
acara ngaben ya.. waktu ke sana sempat dikasih tahu sama warga lokal hanya waktuku gak pas karena sudah harus balik hehe.. aku sendiri juga penasaran sama upacara ngaben gitu.
Bali memang merupakan destinasi wisata yang paling di cari oleh banyak orang, tapi lebih bagus jika ada tempat wisata lain di indonesia yang mampu untuk menarik banyak pengunjung dan turis yang dapat memajukan indonesia, dan juga orang nya harus pada lebih pintar tridak seperti sekarang ini…
Jadi pengen ke sini. Nginep sekitar 3hari 2malam biar puas ngider
lumayan yuk nginep 3hari 2 malem buat keliling udah pas.
emang pas yuk ke Karangasem untuk 3 hari 2 malam.
Kangen Bali lagi … dan berjalan menyusuri alam dan budayanya
semoga kita bisa balik ke Bali lagi yaa…
Entah kenapa, melihat foto-foto di atas terasa begitu dekat di hati, dan serasa tak asing. Semoga suatu saat bisa berlibur ke Bali. Terima kasih sudah berbagi Mas Deddy…Salam dari orang desa…
Terimakasih ya mas sudah mampir dan membaca artikel ini. Salam kenal 🙂
Foto-fotonya kece, jadi mupeng ke Karangasem, ini satu tempat yang jadi inceran saat ke Bali, tapi selalu gagal 🙁
Semoga terlaksana ya mbak..
Sudah saatnya berlibur kembali dan menemukan cerita baru di tahun baru ini. Thanks sharing ya koh
sama-sama mbak…
Gara-gara artikel ini saya jadi nyari sejarahnya taman Taman Ujung Sukasada, ternyata lumayan mistis juga yah.
banget, tempat itu berkesan banget mas.
Gara-gara artikel ini saya jadi nyari sejarahnya taman Taman Ujung Sukasada, ternyata lumayan mistis juga yah.
Liburan menurut saya pun begitu, sebuah pelarian sejenak dari hiruk pikuk dunia 🙂
Dan ternyata Karangasem menyimpan eksotika liburan semacam itu. Bersyukur pula dituturkan bloger kondang macam Mas Deddy Huang ini. Saya seperti berada di Karangasem betulan. Kalau kesana sendiri, nanti saja kalau budgetnya ada hihi
Hehe.. terimakasih ya mas Doel. mas Doel sendiri domisil dimana nih?
Tahun depan kebali ah. Tempat2 yang antimainstream. di Bali kaya gini perlu dikunjungi
Aku sendiri juga pengen balik ke Bali. Masih banyak spot yang belum dikunjungi.
Bali memang gak habis-habis dijelajahi ya. Pemandangannya indah, obyek wisatanya juga menarik. Jadi pengen ke Bali lagi.
Cusss pesan tiketnya mbak hehe..
Ingat ke Bali jadi ingat main ke Subak. Belum banyak yang perlu saya eksplor. Bali nggak hanya cantik Pantai nya, juga adat budaya sejarah
Iya.. kemarin aku sempat main ke subaknya.. peacefull banget deh.
Kyaaa Karangasem tempat kelahiran ibuku Bang. Aku sendiri belum sempet ke sini, kalau mudik ke Bali. Soalnya memang agak jauh, dan kalo mudik muter di tempat keluarga besar seminggu aja nggak cukup. Kapan2 ak mau ke sini ah, adiku lagi mudik ke Bali juga sudah tiga harian. Ak kangen mudik liat foto-fotomu Bang. Semuanya keren.
Wah apalagi ibu berasal dari Karangasem ya, pasti seru banget bisa balik ke sana.
Taman Ujung Soekasadanya cakep bgt. Adem liatnya. Keren foto2mu ko…
Atuhlah aku ke Bali cm itu2 doang, mainstream bgt. hiks
Taman Ujung ini tempat favoritku, halamannya luas. Nyunset di sini cakep banget.
ngelihat pemandangan nan hijau gini memang beneran adem..Apalah aku kalau ke Bali, paling ke Kuta ama Ubud doang..besok2 mesti eksplor lebih..
Iya cobalah buat ke sisi timur Bali ini mbak.
Bulan September lalu ke Bali tapi nggak sempat kemana-mana, ke Karangasem cuma lewat dan numpang makan doang, hihi. Semoga suatu hari bisa kembali dan bisa eksplor tempat2 lainnya di Bali
semoga dipertemukan ya mbak ika.
Foto fotonya sangat bagus Koh, sukses Koh 🙂
iya mas.. sama-sama ya.. makasih.
Semoga ada kesempatan ke Bali lagi, biar bisa ke Karangasem ini. Suka sama tempat yang tenang dan desanya!
Iya beda banget suasananya di sini.
Waktu itu, kami hanya keliling tempat-tempat terkenal saja di Bali, mungkin karena keterbatasan waktu. Asyik juga bisa datang kembali ke Bali dan ke tempat ini!
Iya, Karangasem ini sedang bangkit dengan pertahankan ciri khas mereka. Menurutku di sini tempatnya masih alami dan kearifan lokal masih terjaga.
Beneran nggak seperti lagi di Bali ya, Koh. Jauh banget dengan hingar-bingar Bali. Emang kalau travel blogger eksplornya luar biasa
Iya, di sini suasananya tenang banget.. aku pun pengen balik lagi ke sana kalau berjodoh.
sisi sangat menarik dari Bali ya koh..
mudah2an ada rejeki bisa ke Taman Ujung .. banyak baca artikel2 tentang taman ini di media,bikin semakin ingin melihatnya langsung
ternyata dari Denpasar nggak terlalu jauh ya koh.., cuma 2 jam perjalanan..
Taman Ujung ini aku suka banget.. semacam ada chemistry waktu sudah di sana.
Wahhh nuansa pedesaan kayak gini paling aku suka koh.. ?
Oh ya jadi kalau mau nginap disana gimana koh ? Dari artikelnya yg kutangkap disana ga ada hotel atau penginapan
Ada, di sana ada penginapan mulai dari 200 ribu sampai jutaan. Biasanya paling banyak di daerah Candidasa mas.
Wahh ada yang 200 ribuan ya koh.. saya suka saya suka.. ?
Kalo makanan range harganya berapaan koh..
Makanan? Kamu ngeledek… 10 ribu aja ada. Cobain blayag itu enak..
Hhhahaha.. soalnya denger2 di bali makanannya mahal koh..
awalnya gitu, tapi pas kemarin aku jalan.. harga 10 – 20 ribu itu sudah kenyang nampol…
Foto-fotonya keren!
Thank you, Grant.
Sisi lain dari Bali yg belum aku sentuh dan explore. Semoga bisa terkabulkan tahun 2019 ini
Cubolah yuk main ke Karangasem.. biso merinding disko :p
wah koh..jadi inget pas buka folder temen dikantor…
foto fotonya ada di sini semua…
malah baru tau kalau yang mirip taman sari ada kolammnya ini ternyata di bali..
tak kira foto temen di folder kantor itu di Jogja…kwkkw
lha no caption soalnya..
Temanmu sudah jauh juga mainnya mas hehehe..
Wiiih, kampung orang tua saya nih, koh! ?
Kalau ke Bali, saya memang paling nyaman tinggal di Karangasem ini daripada di kota seperti Denpasar. ?
Suasana di sana lebih tenang ya. Sekarang Rangga tinggal di mana sih?
Keluarga sih tinggal di Bekasi koh, tapi saya ngekos di Bandung. ?