Dalam buku Trinity terbaru bersama Yasmin, “69 Cara Traveling Gratis” di dalamnya Trinity menulis kalau ada banyak akses untuk kita yang senang traveling bisa mendapatkan dengan cara gratis. Salah satunya menjadi blogger dan membuat konten kreatif yang bermanfaat. Memang bisa?

Tidak sedikit pesan masuk dari orang-orang mengenai pertanyaan yang sama, “Koh, jalan-jalan terus nih. Dapat duit dari mana sih?” Pertanyaan ini tentu bukan hanya saya sendiri yang pernah ditanyakan hal sama. Rata-rata teman traveller lain pun juga pernah mendapatkan pertanyaan ini. Era kekinian membuat kita jadi lebih mudah mencari peluang. Bahkan, waktu saya mengisi acara seminar di sekolah-sekolah tidak sedikit mereka sudah menjadi selebgram. Nah lho!
Baiklah, saya akan mulai bercerita mengenai bagaimana saya bisa tetap menjalani hobi traveling sekaligus juga mendapatkan uang dari pekerjaan ini. Namun perlu kalian ketahui kalau bisa saja cara ini tidak sepenuhnya berhasil diterapkan oleh tiap orang karena setiap kita memiliki keunikan sendiri. Betul bukan? Berikut ini hal-hal yang saya lakukan untuk tetap bertahan hidup dari sebuah travel blog.
Menulis Blog Sebagai Investasi Awal
Saya mulai fokus untuk membangun blog saya sejak 2015. Saat itu sama seperti kalian yang masih meraba-raba apa yang harus disajikan dalam blog. Laptop yang digunakan berukuran besar dan berat tidak bersahabat. Ditambah kondisinya soak dari baterai harus tetap terhubung dengan arus listrik. Kalian bisa membayangkan jenis laptop seperti itu bukan?
Tahun 2015 saya baru habis di PHK dan secara finansial saya tentu saja belum bisa dikatakan mapan. Saya masih tetap mencari pekerjaan baru sambil menulis blog sebagai sarana untuk mengalihkan tingkat stress karena pekerjaan baru tak kunjung datang. Namun, saya ingat sama obrolan saya sama almarhum Mas Cumi ketika berjumpa sama dia di Palembang. Katanya, konsisten saja menulis hal-hal yang kamu suka maka nanti akan ketemu sendiri dengan jalannya. Akhirnya, saya mulai konsisten untuk menulis cerita seputar perjalanan dan gaya hidup.
Ternyata setelah saya mulai pelajari konten sesuai dengan diri sendiri. Saya jadi bisa lebih banyak tahu kekuatan dari tulisan saya sehingga layak saji ke kalian sebagai pembaca. Intinya janganlah memaksakan untuk membuat konten yang sedang trending namun kalian tidak nyaman dan akhirnya konten yang dihasilkan hanya setengah-setengah.
Social Media Influencer
Era digital makin berubah, saat ini orang-orang mulai beralih ke media yang lebih sederhana yaitu media sosial dan ternyata dapat membuka pintu rezeki. Cara penggunaannya juga mudah, cukup posting konten sesuai yang diminta sama sponsor di Twitter atau Instagram. Selain itu saya juga harus membuat gambar-gambar yang cakep supaya pesan dari sponsor bisa tersampaikan. Apakah mudah? Kelihatannya memang mudah, namun tak semudah membalikkan telapak tangan. Pertama saya harus tahu dulu apakah saya punya social media personality untuk setiap konten yang dibuat agar konten yang dibuat memiliki pengaruh untuk kalian.
Menulis di Majalah
Saya juga menantang diri saya untuk mengetahui kualitas tulisan saya apakah layak apabila dimasukkan dalam sebuah majalah. Ternyata menulis di majalah tidak semudah menulis di blog yang bisa sesuai selera kita saja. Namun, saya bersyukur hasil menulis di majalah memperpanjang nafas saya.
Pembicara
Sesekali juga saya diminta untuk mengisi acara sharing seputar dunia blog, media sosial dan tidak jauh seputar dunia traveling. Sifatnya santai saja karena saya sendiri juga tidak ingin terlalu formal dalam diskusi santai. Namun, kadang saya juga tidak menolak apabila sifat undangan tersebut adalah pro bono. Sebab, kadang rezeki bukan hanya dalam berupa uang saja melainkan teman atau kesehatan juga termasuk rezeki.
Sponsored Post
Ketika eksistensi sebagai blogger sudah dilihat oleh sponsor atau brand. Biasanya mereka akan menawarkan kerjasama untuk kita menulis mengenai produk atau jasa. Tujuannya untuk mendapatkan customer experience yang nantinya bisa membantu orang-orang lain saat sedang mencari informasi yang berkaitan. Saya kadang mendapatkan tawaran sponsored trip yang nanti bisa saya gunakan kembali kontennya.

Namun, tidak semua sponsored post juga saya ambil apabila tidak sesuai dengan niche blog. Saya biasanya akan memilih mana tulisan yang sanggup untuk saya kerjakan kemudian berikan personal touch agar tulisan itu walau sifatnya berbayar namun tetap objektif. Apabila menurut saya tidak sesuai, maka saya memutuskan untuk tidak menerima. Namun, saat ini ketika ada orang melihat tulisan berbayar mereka sudah berpikiran negatif duluan sebelum membacanya. Hayo ngaku kalian!
Hadiah
Setiap bulan selalu ada lomba yang bertebaran. Tidak sedikit quiz hunter juga mencari peluang dari lomba yang mereka ikuti. Saya sendiri juga gemar untuk mengikuti lomba-lomba menulis blog. Tentunya mencari yang tema masih berkaitan dengan blog saya. Sebab, dulu saya pernah mengikuti banyak perlombaan blog namun akhirnya saya sadar kalau mengikuti lomba blog yang tidak sesuai niche bisa membuat suatu “kebohongan” misalnya masa saya jualan rumah haha.. Paham kan maksudnya?
Cara Memulai Sebuah Blog Travel
Sebenarnya untuk memulai memiliki sebuah travel blog itu sangat sederhana. Pertama, sudah pasti kalian harus memiliki konten-konten seputar dunia traveling atau yang berkaitan dengan traveling. Seorang travel blogger dibedakan dari konten yang dihasilkan dibandingkan dengan blogger pada umumnya. Maksudnya, ketika seorang blogger yang tidak melakukan perjalanan tentunya akan berbeda ceritanya dengan travel blogger yang melakukan perjalanan.
Kedua, menulislah sesuai dengan pengalaman pribadi sebab keunikan dari cerita perjalanan adalah bagaimana kita bercerita kembali. Dalam sesi seminar yang biasa saya bawakan, saya akan bicara kalau tidak semua orang melakukan perjalanan, sebaliknya tidak semua orang yang melakukan perjalanan juga menulis. Artinya, kepercayaan pembaca mengenai isi tulisan tentu akan dipertanyakan. Memang kamu sudah pernah ke situ? Berbeda kalau memang si pemilik blog yang memang melakukan perjalanan, pastinya dia bisa dengan luwes untuk menceritakan kembali perjalanan dia. Tidak perlu dilebih-lebihkan atau dikurangi.
Ketiga, tentunya saya juga butuh peralatan untuk menunjang kegiatan saya sewaktu sedang traveling. Setidaknya selain membutuhkan kamera mirrorless dan smartphone canggih. Seorang travel blogger juga membutuhkan laptop canggih yang bisa dibawa menemani waktu kosong untuk menulis cerita perjalanan.
Mengelola travel blog ternyata tak semudah yang saya bayangkan awalnya. Ternyata, agar konten bisa tetap terjaga saya juga butuh traveling untuk mendapatkan bahan yang bisa saya olah kembali. Tidak sedikit usaha yang saya lakukan agar bisa tetap bertahan di industri blog. Jatuh bangun sudah saya rasakan, namun jalani saja untuk fokus satu titik. Sekarang, kalian sudah terjawab bukan pertanyaan kalian selama ini, jika jalan-jalan terus duitnya dari mana?
[…] kalau blog memang masih dilirik walau cakupannya tidak seluas seperti dulu. Blog seolah alat untuk mencari uang di internet. Belum lagi datangnya blogger baru yang mereka punya kompeten […]
enak ya koh kalo blog sudah dikenal mah.. jadi, yang pertama harus tetap konsisten dalam menulis artikel.. nah, itu yang menjadi hambatan saya yaitu menulis artikel rutin… :’)
Kokoh… terima kasih atas tipsnya semoga aku juga bisa ketularan untuk bisa sering post kayak kamu
koh lu emang kece badai…inspiratif, ane blm bisa jadi influencer hahaha
Inspiratif banget ceritanya. Saya banyak belajar dari sini. Salam kenal koh..
Koh Huang, satu sosok yang menginspirasi saya untuk terus berusaha buat jadi seorang travel blogger 🙂
Setuju banget bahwa kalo traveling kita butuh laptop yang ringan dan simple buat dibawa-bawa 😀
Cheers,
Ogie
Hadeh, tak kirain memang cerita pengalaman, ternyata ikut kompetisi. Salam kenal.om, saya juga dari palembang dan sedang belajar blogger, mohon bimbingannya om
Terima kasih Deddy sudah berpartisipasi dalam ASUS Laptopku Blogging Competition. Good luck.
Baru sadar, selain canggih punya laptop yang ringan dan fleksible emang butuh banget buat blogger. Ngerasain sendiri mikul laptop yang berat tuh, bikin pegel bawanya.
Sukses lombanya Koh..
Keren ya laptopnya. Cocok dibawa traveling, Ded. Btw, makasih udah berbagi di Dear Blogger Net. Insya Allah ilmunya jadi amal jariah yang terus mengalir memberikan manfaat. Aamiin. ^^
Selalu menginspirasi memang Koh Deddy ini, panutan semua travel blogger pemula.
Btw, aku mau juga dong nyobain Vivobook nya.
Bangfirman.com
Eh, menarik melihat sedikit sejarah ngeblognya, kalau nggak kena PHK apakah masih ttap kepikiran ngeblog mas?
Btw mantap review Laptop VivoBooknya, memang keren nih laptop 2-in-1-nya, jadi kepengen punya juga
Setuju banget terutama sama ini:
“… menulislah sesuai dengan pengalaman pribadi sebab keunikan dari cerita perjalanan adalah bagaimana kita bercerita kembali”
Baidewei kebetulan aku pakal laptop ASUS juga sejak Juli 2013, tapi tipe lama X201E, tipis dan ringan di zamannya.
Setelah baca ini, napa jadi pengen ketemu ma koh deddy ya… pengen ketularan gitu 😀
Saya mah apa atuh, ngarep banget pengen ASUS laptop, tapi belum kesampaian.
asik banget yah koh, keren modelnya
aku masih belum berani yang nulis di media. tapi pengen hehe