BerandaIdeaCO BRANDING : Lho Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta Ganti Nama?

CO BRANDING : Lho Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta Ganti Nama?

Author

Date

Category

Co-branding tidak hanya sekedar kerja sama dua merek atau lebih, namun bentuk kerja sama merek untuk menciptakan nilai yang saling memperkuat. Bahasa kerennya simbiosis mutualisme sehingga mendapat perhatian dari audiens baru. Biasanya co-branding terjalin untuk jangka waktu menengah dan panjang sejauh seberapa efektif program berjalan dan mendapat respon dari audiens. Seperti Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno Hatta menjadi Terminal Traveloka. Sementara Terminal 1 menjadi Terminal Pegipegi. Hal itu seiring dengan kerjasama Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan perusahaan travel agent online tersebut.

co branding traveloka
Co-Branding PT Angkasa Pura dengan Traveloka dan Pegipegi

Ketika persaingan menjadi semakin ketat maka brand harus mencari cara untuk bertahan di pasar. Co-branding dapat menjadi jawaban bagi brand untuk memperkuat posisinya sekaligus menawarkan nilai lebih produknya di tengah arena persaingan.

BAGIAN DARI PEMASARAN

Dalam marketing bisnis, co-branding merupakan strategi pemasaran yang menggunakan nama brand sebagai barang atau jasa dalam aliansi strategi. Inti dari co-branding sendiri untuk menggabungkan kekuatan pasar, kesadaran merek dan tentu saja pencitraan sehingga membuat kita sebagai konsumen tercipta brand awareness.

Bentuk kerjasama ini terjadi karena dilakukan oleh dua atau lebih pihak yang sadar untuk berkolaborasi. Lumrah saja terjadi, sebab bagi para marketers tentunya harus memikirkan metode baru bagaimana pemasaran produk/jasa mereka dapat tepat sasaran di hati konsumen.

contoh co branding
Contoh co-branding yang sudah dilakukan oleh beberapa brand ternama.

Saya ambil contoh yang sering saya jumpai saat sedang mempromosikan produk dari brand tertentu. Sebuah produk laptop menampilkan logo Intel baik di brand Acer, ASUS, Dell, HP dan Lenovo. Namun ada juga produsen yang menempelkan logo AMD. Bentuk seperti ini menjadi co-branding antara kedua belah pihak brand karena adanya “kesesuaian yang logis” antara kedua merek, sehingga merek yang telah beraliansi dapat memaksimalkan kekuatan tiap-tiap merek dan meminimumkan kelemahannya.

BENTUK-BENTUK CO-BRANDING

Co-branding atau kolaborasi branding memang mengarah ke win-win solution. Misalnya, ketika ada brand yang menghubungi saya karena ingin mengajak mengenalkan produk baru. Maka saya harus tahu lebih dulu value dari produk tersebut apakah cocok dengan value yang bisa saya tawarkan. Hal ini penting karena jika kita hanya fokus pada keuntungan semata, hasil yang akan kita raih tidak bisa optimal.

huawei mobile
Branding dengan menggunakan brand untuk orang tertentu agar mendapat pengalaman pribadi.

Saya selalu buat rancangan kerjasama yang matang, sehingga bisa benar-benar menguntungkan kedua belah pihak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Namun, melakukan co-branding belum tentu menjamin untuk bisa memberikan hasil yang kita inginkan.

Menurut Kotler, bentuk co-branding sendiri dibagi ke beberapa kelompok:

Ingredients Co-Branding

Mencakup pembentukan ekuitas merek untuk bahan, atau bagian yang terkandung dalam masing-masing produk yang bersifat melengkapi satu sama lain. Contohnya produk kopi kekinian kerjasama dengan brand susu yang akhirnya kita menjadi ingredient pada produk tersebut.

Same Company Co-Branding

Pemasaran ini lumrah terjadi ketika dalam satu perusahaan memiliki brand lebih dari satu produk mempromosikan merek mereka masing-masing secara bersamaan. Contohnya ketika dulu sempat booming produk Chitato rasa Indomie Goreng dan sekarang Indomie Goreng rasa Chitato.

Joint Venture Co-Branding

Bentuk kerja sama antara dua perusahaan yang memiliki target market yang sama untuk mengeluarkan sebuah produk. Pasar ini memiliki kesamaan dalam minat sehingga secara tidak langsung ketika dia sudah menjadi bagian dari satu brand maka secara otomatis juga menjadi bagian dari brand lain yang menjadi gabungan venture.

Multiple Sponsor Co-Branding

Pemasaran ini melibatkan dua atau lebih perusahaan untuk membentuk sebuah aliansi dalam bidang teknologi, promosi, dan penjualan. Contohnya kerjasama Traveloka dan Pegipegi dengan PT Angkasa Pura yang beberapa belakangan ini menyorot bentuk perubahan pada saat pintu masuk ke terminal. Sekilas mereka seperti melakukan perubahan nama padahal bukan.

MELIHAT EFEKTIVITAS CO-BRANDING

Co-branding membentuk persepsi masyarakat, membangun rasa percaya masyarakat kepada brand sehingga mudah diingat. Bahkan dalam industri digital marketing juga kerap dilakukan. Mungkin istilah yang familiar namanya “exposure” yaitu brand merangkul para konten kreator untuk mendukung aktivitas sekaligus profesi mereka. Siapa orang yang nggak ngiler. Setiap aktivitas memotret, si fotografer wajib menyebutkan brand kamera. Bentuk ini menjadi win-win solution bagi kedua belah pihak. Nantinya akan terjadi kolaborasi seperti Deddy Huang x brand. Dan jelas dari brand juga tidak sembarang memilih pihak untuk diajak kerjasama.

Suatu merek tentu bisa bekerja sama dengan merek lain untuk menciptakan image unik di benak pelanggannya. Bergabung dalam hal kerja sama, saling melengkapi produk, dan lain-lain sehingga menciptakan produk yang tak hanya mempunyai kualitas lebih tinggi, tapi juga karakter yang lebih khas.

Beberapa keuntungan ketika perusahaan melakukan co-branding, mulai dari meningkatkan penjualan ketika menggandeng merek yang setara. Secara langsung juga bisa meningkatkan minat dan menyakinkan konsumen karena ada hal yang baru. Dengan melakukan co-branding sebuah perusahaan mempunyai peluang untuk memperluas pasar dan mencapai target konsumen yang lebih banyak dan beragam. Saya melihat ada kesamaan dengan isu baru-baru ini yaitu penamaan Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno Hatta Jakarta berubah menjadi Terminal 1 Pegipegi dan Terminal 2 Traveloka. Baca berita di sini.

EVALUASI CO-BRANDING

Sontak orang yang sedang dikejar waktu takut terlambat untuk masuk bandara akan kaget karena bingung dengan penamaan Terminal 1 dan 2 Bandara Soetta. Mungkin bagi sebagian orang menganggap kalau Terminal 1 dan 2 benar-benar berubah. Dalam kacamataku, apa yang sedang terjadi ini adalah co-branding. Kerja sama co-branding ini dapat semakin memperkuat brand equity dari masing-masing pihak yakni Pegipegi dan Traveloka memiliki nama besar, sehingga akan saling menguntungkan bagi seluruh pihak termasuk para penumpang pesawat.

Tentunya ada kesepakatan yang terjadi yang tidak kita ketahui. Misalnya Traveloka berkolaborasi dengan AP2 agar bisa mendapatkan sama-sama mendapatkan “exposure”. Biasanya sebagai brand yang mendapatkan hak eksklusif dalam memanfaatkan ruang promosi. Tapi yang pasti nggak ada pengaruhnya sama beli tiket maskapai dari jalur manapun. Kalian bebas kok mau beli tiket pesawat lewat apapun.

brand positioning
Sebelum memutuskan kerjasama, pihak brand tentu sudah evaluasi resiko.

Kalau yang saya bayangkan, kalau nanti saya lagi ke Terminal 2, saya akan mendapatkan user experience dengan branding Traveloka, sebaliknya pun sama kalau ke Terminal 1. Umumnya ketika brand besar melakukan co-branding maka pihak tersebut akan melakukan inovasi dan membuat fasilitas menjadi lebih nyaman. Saya melihat sisi positif, Bandara Internasional Soekarno Hatta merupakan bandara tersibuk dan terbesar di Indonesia. Jumlah terminal penumpang pesawat di bandara ini mencapai 3 terminal dengan pergerakan penumpang 60-70 juta orang setiap tahun. Pada saat kolaborasi ini tentunya juga berdampak baik.

Bahkan tidak menutup peluang, seperti Traveloka punya hak untuk menyediakan berbagai pelayanan dan instalasi untuk meningkatkan pengalaman pengguna Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Beberapa spot yang bagus untuk dikembangkan fasilitas bandara, antara lain lounge, check-in counter, dan lainnya. Jadi sebenarnya ya bukan mengganti nama namun ini adalah bagian dari strategi bisnis sama seperti penggunaan nama MRT Jakarta. Termasuk beberapa terminal bandara luar negeri yang menggunakan nama hasil co-branding.

Pengalaman pribadi saat mencoba naik MRT Jakarta pertama kali beberapa waktu lalu, saya janjian sama teman berjumpa di Stasiun Setiabudi Astra. Saat itu saya sudah excited banget. Karena temanku agak terlambat, akhirnya saya masuk dulu ke dalam. Kanan kiri dinding stasiun penuh dengan branding Astra, bahkan nama stasiun kawasan Setiabudi itu pun berhasil ditambahkan embel-embelnya di belakang karena adanya kerjasama. Bukan hanya sekedar branding, namun juga ada penambahan fasilitas umum. Bukannya ini lebih baik?

PERLU HUBUNGAN EMOSIONAL DALAM CO-BRANDING

Co-branding menghasilkan sinergi baru.

Hubungan emosional dari brand seperti Traveloka harus benar-benar mampu mengangkat image yang positif. Apalagi dengan menggandeng bandara pastinya juga harus memberikan “value” lebih bagi pihak PT Angkasa Pura. Melihat berita yang dijadikan bahan gorengan netizen mengenai co-branding ini sudah selayaknya kita lebih mencerna tanpa membawa ke kepentingan apapun. Dalam ilmu branding, sederhananya, co-branding biasanya sepadan kekuatan ekuitas mereknya (brand equity). Tujuannya adalah sinergi. Definisi paling gampang dari sinergi adalah 1 + 1 = 5, 7, bahkan 10, bukan 2. Artinya, hasil co-branding lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya.

Fenomena ini setidaknya telah memberikan satu pelajaran penting dalam dunia bisnis bahwa mengelola sebuah brand memang amatlah penting. Brand menjadi salah satu kunci sukses bisnis bahkan yang paling penting. Dalam hal ini mengelola brand bukan hanya tentang sisi pemasarannya saja, tetapi bagaimana brand tersebut dapat menjadi bagian dari customer story melalui produk yang berkualitas, pengalaman yang berkesan, dan relasi yang personal.

Saya malah semangat dan penasaran, menunggu nanti kalau ke Bandara Soeta bakalan ada experience seru apa ya yang ditambahkan dari hasil kolaborasi ini?

***

Follow @deddyhuang for latest update:

INSTAGRAM | TWITTER | FACEBOOK | YOUTUBE

Do not forget to subscribe/follow my blog to get updates on your email about new post.

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

12 KOMENTAR

  1. *baca dari atas sampai bawah* *manggut-manggut* kirain foto terminal traveloka dan pegipegi yang ada di twitter itu cuma meme beneran ya ternyata *prok-prok*. Makasih banyak sharingnya, Koh. Jadi lebih tahu tentang co-branding ^^

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru