Mengertilah, biarkan aku dengan duniaku. Kau tak perlu bertanya kenapa, mengapa, dan ada apa yang telah—sedang—habis terjadi.
Tolong, mengertilah kalau situasi ini sulit untuk aku jabarkan dengan suara. Mengertilah kalau aku hanya nyaman dengan cara menulis. Inilah duniaku, inilah aku yang mencoba berinteraksi dengan tulisan-tulisan. Bisakah kau tidak menanyakan lagi kenapa—mengapa—ada apa dengan aku melalui suara?
Ini hanya ada aku dan duniaku, aku sedang menikmati duniaku. Kau jangan ikut campur dan jangan pernah menanyakan kenapa—mengapa—ada apa karena kau akan melihat aku dari sisi hitam.
Tolong, sekali lagi jangan pernah mengusik duniaku.
Mengertilah…
Tolong…
Tolong…
Mengertilah…
Dalam malam tak bergeming,
Huang
ah ah ah uh uh uh..mengertilah, tolonglah, yeah yeah.
🙂 bersyukurlah, masih ada yg peduli padamu 😀
tapi klo keterusan ditanya tanya mah.. menggangu juga sih hehehe
Mengapa untuk sebuah pengertian saja kita seperti hendak mengemis ya Pak?
krenyes nekkk 🙂
Oke, saya akan mencoba mengerti. 🙂