I would like to visit you for a while
Get away and out of this city
Maybe I shouldn’t have called but someone had to be the first to break
We can go sit on your back porch
Lampu temaram di sudut toko kecil itu menerangi malam yang dinginnya menusuk ke dalam kulitku. Aku semakin merekatkan jaket yang kukenakan. Entalah apa yang membuat kakiku untuk datang ke tempat yang setelah kian tahun aku tidak pernah mengunjungi kota yang harusnya aku lepaskan kenangan semuanya.
Kota kecil yang mempertemukan aku dengan dia. Aku tidak merasa lelah untuk menempuh perjalanan berpuluh jam hanya untuk melihat dia dari ujung jalan ini, ya sekedar untuk melihat dia dari arah kejauhan. Dia masih seperti dulu, tidak ada yang berubah dari fisiknya, senyumannya mampu membuat orang-orang yang berada di dekatnya merasa hangat.
Relax
Talk about anything
It don’t matter
Dia menyadari kehadiranku di ujung jalan. Langkahnya berhenti sejenak dari melayani tamu terakhirnya. Aku mencoba berpaling dari pandangannya tapi tubuhku tak mampu untuk berbohong untuk bersembunyi dari dia. Terkirimlah senyumku dari ujung jalan ini yang menandakan kalau aku ingin bertemu dia. Dia pun membalas.
Aku berjalan menyebrangi jalan dan telah berdiri di sebuah pintu dengan ukiran kayu. Di depannya tergantung sebuah ornamen pintu yang dapat mengeluarkan suara. Gagang pintu yang kaku itu kuputer perlahan. Bunyinya nyaring.
I’ll be courageous if you can pretend that you’ve forgiven me
‘cause I don’t know you anymore
I don’t recognize this place
The picture frames have changed and so has your name
We don’t talk much anymore
We keep running from the pain
But what I wouldn’t give to see your face again
“Hai…” sapaku mengambil posisi duduk di depan dia.
Aku membuka jaket yang kukenakan. Rasa rinduku terhapus sudah, aku dapat melihatnya dari dekat dengan jarak tak kurang dari satu meter. Dulu jarak kami bisa sampai 5 cm, tapi saat ini aku sudah tidak dapat membuat jarak kami seperti saat itu. Saat dia memutuskan hubungan yang sampai sekarang aku tidak mengetahui apa penyebabnya.
“Kenapa tidak langsung masuk ke dalam kamu?” tanyanya sambil menyodorkan segelas kopi hangat.
Kuterima uluran cangkir dari tangannya. Tak sengaja jariku menyentuh jari-jarinya. Aroma kopi hitam mulai masuk ke dalam hidungku. Perlahan aku seruput kopi racikan dia. Oh Tuhan, aku rindu sekali racikan kopi hitam yang dia buatkan saat ini. Aku rindu sekali karna dia masih mengingat rasa kopi kesukaanku.
“Aku rindu sama kamu…” spontan kalimat itu keluar dari mulutku. Dia menatapku dingin.
“Terima kasih. Itu saja?”
“Iya. Apa kamu masih ingat …”
“Sudah cukup! Hubungan kita sudah berakhir.”
“Tapi… tolong dengarkan aku. Aku mohon…” aku memegang lengannya untuk menghentikan langkahnya. “Kau tahu kalau perjalananku kesini. Aku rela menempuh berjam-jam hanya untuk melihatmu walaupun dari jarak jauh. Tidak kah kau sadar kalau aku masih sayang dengan kau?” lanjutku.
“Lepaskan…” pintanya.
Genggaman tanganku mulai melemas, aku tak ingin menyakiti dirinya lagi karena kesalahan yang telah kuperbuat. Aku tahu dia hanya berpura-pura telah memaafkan aku, tapi yang aku inginkan adalah perkataan kalau aku telah dimaafkan yang tulus dari bibir manisnya.
Springtime in the city
Always such relief from the winter freeze
The snow was more lonely than cold if you know what I mean
Everyone’s got an agenda
Don’t stop keep that chin up you’ll be alright
Can you believe what a year it’s been
Are you still the same?
Has your opinion changed?
“Aku merasa tidak mengenalmu lagi. Aku merasa kota ini sudah tidak bersahabat denganku. Apa kau masih sama seperti yang ku kenal dulu. Tidak maukah kau memaafkan aku? Aku mengakui kesalahanku dan aku sayang sama kamu,” lirikku ingin memeluknya tapi ditepisnya dengan segera.
I know I let you down
Again and again
I know I never really treated you right
I’ve paid the price
I’m still paying for it every day
“Cukup sudah kau sakitin aku. Aku benar-benar sudah memaafkan dirimu. Percayalah…” serunya.
So maybe I shouldn’t have called
Was it too soon to tell?
Oh what the hell
It doesn’t really matter
How do you redefine something that never really had a name?
Has your opinion changed?
“Lalu?”
“Lalu apa? apa lagi yang kau inginkan dari aku?”
“Izinkan aku memelukmu walau hanya sekali saja…”
Dia segera meraih kedua tanganku, memelukku dengan eratnya. Aroma parfum Oceanus yang sering dia pakai masih melekat di tubuhnya. Parfum yang khusus aku pilihkan untuknya.
I see your face
I see your face
“Aku ingin kembali bersamamu… maukah?” bisiknya di telingaku. Penantianku yang dulu hanya berjarak puluhan ribu kilometer, sekarang telah menjadi 5cm bahkan tidak ada sama sekali jarak yang ada.
Credit Song : Savage Garden – I Don’t Know You Anymore
krenyes nek, like this! 😀
nak nyaingin ak nian nih caknyo *keplak*
seperti nyata…hihihihhihi
so romantic Huang…like this so much!
Hei, tumben Mas Huang buat posting kayak begini. 😀
ehem… ehem… Huang… Lanjutkan perjuanganmu
Lagi rindu berat sepertinya..
well ,get to know her again then 😛
Kayak kisah cinta nih ceritanya …
Horeeee Pertama, 😀