Malam ini, aku akan menceritakan kota kita itu. Kota gila yang menyimpan remah remah perasaan kita sayang.
Jakarta. Yang dicaci sebanyak dia dipuji. Kota penuh paradoks. Tempat pertama aku bertemu dengan mu.
Mereka bilang kota ini tergesa, tak manusiawi, tak ramah. Tapi tiap hari di jamah, disesaki. Dan kita teraduk disana.
Kusebut kota ini oportunis yang sinis. Kau bilang aku pecinta paradoks yang delusional. Diantara ciuman kau bisikan.
Aku sebut lagi kota ini rumah pelacuran raksasa. Lalu kau katakan, kau pelacurnya. Dan aku germo yang memenjarakanmu
Aku bilang aku hanya pelanggan di kota ini, lalu kau tanya, apa aku bersedia memelihara gundik, ditengah gelitik cumbu saat itu.
Aku sadar kau menggoda, lalu aku tanya, mengapa kau melacurkan diri di sini, kau jawab .. Karena ini rumah bordir paling makmur
Lalu dialog kota berhenti. Berganti dialog rasa. Hening. Di riuhnya Jakarta raya. Kita moksa.
Taman kota .. Kita 2 remaja yang saling menganalisa.
Bandar Jakarta, kita persis pengantin baru yang lupa dunia.
Sarinah … Menertawakan jaman dalam balutan jubah hotel.
Kemang … Mabuk cinta dan mabuk yang lainnya.
Ancol … Menangisi kenyataan bernama jatuh cinta.
Hotel Mulia … Semuanya dijejalkan disana.
Plaza Semanggi …. Entah kenapa kau suka tempat ini. Di ketinggian yang canggung ini.
ShangRi La hotel …. Katamu tempat terbaik untuk wine.
Tapi yang paling magis adalah bandara Soekarno hatta
Kau menjemputku, aku yang gemetar dengan segala bebanku. Lalu kau menyambut dengan senyum yang sehangat matahari pagi.
Dan pelukan yang meluruhkan segala beban itu … Itulah kekuatan jakarta untukku. Kehadiran mu. Keberadaan mu.
Dan saat kita bicara soal kota yang berkuasa ini … Selalu tersenyum senyum saja.
Dengan kesimpulan ‘tidakkah cinta itu mahadaya? Jakarta saja berubah lebih indah dari āvienna’
Maka smpai saat ini, aku jatuh cinta kepadamu, lalu jadi terlalu menyukai jakarta. Tak peduli kekejamannya. Tak pernah peduli.
Kau disitu, aku jatuh di hatimu. Kita lebur ditempat.
Jakarta itu, panggung kita. Dimana kita berdua menari diatasnya.
Ya sayang … Intinya aku merindukan jakarta yang menampungmu. Aku rindu kamu. Aahh .. Itu sudah jelas dan selalu. Bersama nafas.
Selamat malam kamu, selamat malam jakarta yang itu. Ada cinta yang merindu di kamarku.
Hyaakk… Tamat !!!
Tulisan di atas hasil twit dari teman saya pukul 12 malam dia bilang mau twit galau. Makanya saya nungguin aja twit galaunya tersebut. Dan hasilnya. Cukup membuat galau.
*menulis di tengah hujan deras di kota Palembang*
Wah pernah gini juga toh koh hehehe
walaupun galau,gk nerti kenap kalo baca puisi2 hebat gini jadi inspiratif bgd..huehue
Kunjugin Web falsh saya juga yah, Tiger Flash
wah om deddy galau ni yah š haha
wow..keren banget puisinya…Ancol? buat aku keriangan untuk anak anakku…heee…
wow, super galau.. hehe
Galau gan… musim dingin
Hadooh…GALAU lagi. Aku yang sudah terkena galau seminggu. Menyedihkan.