Ada banyak obrolan yang terjadi sambil menikmati waktu makan siang bersama rekan-rekan kerja di kantor. Betul bukan? Kapan lagi punya waktu untuk kumpul bersama dan saling ngerumpi.
Seorang teman; sebut saja Pak De, mulai buka bahan rumpian. Kamu yang cewek, apa kamu bakalan tetap kerja kalau sudah punya anak? Sambil tetap menikmati makan siang saya, pertanyaan dari teman mulai dapat respon. Kompak mereka jawab kalau masih akan tetap bekerja. Alasannya: Lalu Pak De kembali bertanya. Sebagai seorang suami dan seorang papa kalau dia rela melepaskan pekerjaannya semata-mata demi anaknya. Asal apa yang telah dia dapatkan saat ini adalah the best. Sayangnya, sekarang dia belum menemukan yang the best sesuai kriteria teman. Dari senin sampai minggu. Dari pukul 8 pagi sampai 9 malam dia juga tetap harus bekerja. Sama seperti saya, saya juga merasakan hal ini. Capeknya bekerja 12 jam bahkan lebih setiap waktu. Hasil yang diperoleh juga belum mampu untuk kredit rumah atau mobil. |
Pak De menambahkan kalau sering kali dia pulang ke rumah dan melihat anaknya sudah tidur dengan pulas. Istrinya menjawab kalau si anak tadi menunggu papanya pulang, tapi lantaran pulangnya larut, si anak sudah tidur. Besok pagi waktu papanya berangkat kerja, dia sudah gak bisa melihat wajah papanya.
Miris tapi ini ada. Sampai Pak De sendiri gak tahu perkembangan anaknya sendiri, dia sering menangis sewaktu melihat foto-foto perkembangan anaknya. Tiap kali dia melihat foto anaknya, selalu ada hasrat dia ingin ada di dalam foto bersama anaknya. Saya jadi teringat ada sebuah cerita tentang seorang anak yang ingin membeli waktu ayahnya agar si ayah dapat bersama dengan dia. Cerita ini sudah banyak beredar di internet dengan berbagai versi penceritaan, tapi maknanya tetap sama. Tanpa kita sadarin, keluarga kita membutuhkan kasih sayang, komunikasi, perhatian dan kebersamaan. p.s : Ngerumpi nyookk.. |
[Ngerumpi] Bekerja untuk apa?
TINGGALKAN KOMENTAR
Deddy Huang
Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing EnthusiastWith expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.
Collaboration at deddy.huang@yahoo.com
Buat apa ijazah sarjana?
Well, ada hal-hal tertentu yang bisa dilakukan orang sarjana, dan tidak bisa dilakukan orang yang hanya lulusan SMA.
Sebagai contoh nyata yang kulihat sendiri, X memiliki latar belakang sarjana elektro. X bekerja sebagai tukang kayu saja
Namun, X selalu mantap dalam menukangi kayu, walaupun pekerajaannya tidak sesuai dengan ijazah nya. Sistematis, terukur, terkendali.
Berbeda dengan pekerja-pekerja lain yang hanya lulusan SMA. Kerjanya kadang-kadang kurang pas. Kadang ukurannya tidak seimbang, kadang salah potong, kadang salah pasang.
================================================
Begitu juga dengan ibu rumah tangga. Yang lulusan sarjana itu, cendrung rapih dan terorganisir. Yang hanya lulusan SMA, aduh, berantakan rumahnya 😆
================================================
Kesimpulan: Kalau memang ingin kuliah supaya bisa bekerja, jangan pernah masuk kuliah. Tapi, masuk saja ke kursus pekerjaan.
Kuliah itu adalah untuk membentuk diri kita agar kita memiliki mental sistematis, efisien, efektif, analitikal, problem-solver.
Memang betul banyak hal dalam kuliah yang tidak akan terpakai dalam pekerjaan. Tapi, mentalitas itu semua akan kita miliki (dan sangat membantu dalam berbagai pekerjaan, termasuk sekedar ibu rumah tangga)
mantap!!! saya beri jempol untuk komentar anda!!!
huks….dalem tu T__T
bener tuh… waktu ama anak harus dimanfaatin sebaik2nya karena waktu bener2 berjalan sangat cepat. ntar tau2 anak2 udah gede aja…
dan gua juga sejak punya anak lebih ngebanyak2in foto. bukan karena narsis. karena buat kenangannya itu lho… makanya gua jadi hobi koleksi foto. hehe.
Ikutan ah ngrumpinya… tapi ga mau ngomong kalo ga ada gorengan 🙂
Huang, ada award bertuah untuk dirimu di http://hajarhajir.wordpress.com/2010/04/08/bagi-bagi-award/
Orang-orang yang workaholic sebenarnya bekerja untuk keluarganya, tapi sayang waktu bersama keluarganya berkurang. Dilema memang.
Kalo aku seh santai-santai aja *secraa kerjanya emang santai*, kerja iya, waktu bersama keluarga juga tidak berkurang. Harus seimbang
waduh, kurang tahu saya bang. kenapa bisa ada backgroundnya ya?
apa mungkin bawaan dari themesnya?
Wah, tendang keluar, berarti dari sebelum pernikahan pun bibit kehancurannya sudah mulai disiapkan untuk ditanam tuh 😀
Nah, tinggal pribadi masing2 memilih mentingin keluarga apa mentingin pekerjaan. 😀
hahahahaha
laki-laki suka ngerumpi juga yah????
but, kadang aQ jg kepikiran (bahkan sampe skrg ga pacaran lagi) sebab aQ ga siap mengorbankan perasaan org2 yang aku sayang karena pekerjaan yang aQ senangi sekarang ^^