Walau cuaca masih gerimis dan angin kencang, kami tetap bergabung dengan “keramaian” kota Perth sambil menandai tempat-tempat yang bakal didatangi esoknya. Sebenarnya keliling malam di kota Perth asik loh, di kota ini masih banyak bangunan arsitektur Eropa dengan tembok-tembok lebar dan warna yang klasik. Kami sampai di Perth malam Minggu, seharusnya malam tersebut ramai berhubung hujan kebanyakan ruas jalan sepi.
Perth ini kota yang unik, kehidupan aktifitasnya dimulai dari pukul 11 pagi sampai 5 sore. Terus habis itu mereka pada kemana? Balik ke rumah masing-masing dan lebih memilih kumpul di rumah bersama keluarga. Kecuali anak-anak muda biasanya nongkrong di kafe atau bar. Dan tidak semua area juga ramai, hanya area-area tertentu yang memang terkenal ramai misalnya Hay Street atau Murray Street. Bahkan untuk toko sekelas butik pun jam 5 sudah tutup. Boring? Nanti dulu.
Berasa keren sekali lah di negara orang kita bisa bawa mobil sendiri. Apalagi negara serba mandiri mulai dari bayar parkir sendiri, tiba-tiba jadi taat rambu lalu lintas, jaga kebersihan dan diawasi kamera dimana-mana. Otomatis habit kita yang jelek-jelek bakal langsung berubah waktu di Perth. Kami pun keluar dari hotel, sempat terjadi kebingungan juga cara bayar parkir. Untunglah ketemu bule yang mau ajarin kita cara bayar parkir di mesin. Hahaha… dan alangkah kaget belum juga 3 jam parkir sudah bayar 11 AUD atau 110 ribu horang kaya ini pasti!
Mungkin Mbak Fina yang sedang menyetir mobil, mau bilang kalau bawa mobil di negara orang yang serba tertib bikin adrenaline naik. Refleks terjadi kalau lihat ada orang yang bawa mobilnya lelet pasti bawaan pengen disalip, opsi lain klakson. Barangkali kalau kalian nanti berkunjung ke Perth dengan menyewa mobil harus ekstra sabar kalau nekad tandanya sudah ada polisi yang menunggu untuk klakson 😆
Apalagi kalau jumpa lampu merah harus nurut. Pasti kaki gatel pengen injek gas pas lihat situasi kanan kiri jalan kosong padahal masih lampu merah. Marka jalan pun harus benar-benar teliti, kalau memang mau belok kanan, tidak bisa dadakan. Siap-siap lagi kalau ada polisi ganteng klakson kalian dari belakang. See, beda sekali dengan negara kita kan. Dalam hati, kayaknya saya harus tinggal di luar negeri biar jadi warga yang taat lalu lintas.
Walaupun di GPS peta Perth rapi dan informasi jelas, misal restoran terdekat, kantor polisi dan pom bensin terdekat. Ternyata kita juga perlu teliti untuk membaca GPS, terlebih jalur jalan yang bercabang, layer-nya tipis belum lagi kalau sinyal GPS tidak lancar kita bisa telat ambil jalur. Nah, akibat salah baca GPS kami pun masuk ke daerah Freeway yang ada plang 60 km.
“Eh ini maksudnya apa ya 60 km? Maksimal atau minimal gitu ya?”
“Keknya sih gak boleh lebih dari 60 km deh!”
“Ya udah diturunin kecepatannya. Amin aman.”
Begitu diturunkan kecepatannya, saya pun melihat ada plang yang kasih tahu kalau jalur yang dilewati adalah jalur yang punya pengawasan kamera. Pikir saya, wah ini keren banget jadi bisa tahu kejadian apa saja yang terjadi di jalan. Coba deh kalau akses NTMC Polri dari smartphone, pasti ada beberapa kamera yang tidak berfungsi.
“Tin.. tin..”
“Tin… tin…”
Noleh ke belakang, kami dikejar polisi!!!
“Mbak kita dikejer polisi dari belakang!”
Histeris. Panik.
“Coba kepinggir dulu dan nunggu apa sih polisi deketin kita.” Saya dan Denny yang duduk di belakang tidak berhenti untuk lihat ke arah belakang. Si mobil polisinya masih diam saja mungkin sekitar 5 menit. Kamu tahu waktu 5 menit itu buat saya udah menegangkan, apalagi nafas Denny sampai kedengaran.
Mati kau, baru pertama kali datang ke negera orang sudah ditilang polisi saja. Pikir berkali-kali apa sih yang sudah kita langgar pas bawa mobil. Tak berapa lama, si polisi berbadan tinggi dan tegap itu menghampiri pintu sopir.
“!@#!@$@#$!#@!”
“^@#$#!#!#!$”
Tahu artinya? Artinya, kita melanggar aturan kecepatan kendaraan stabil yaitu 60 km. Gara-gara tidak tahu marka jalan di luar negeri, mungkin bagi kita yang baru pertama kali nyetir di negara orang yang lebih teratur, sepakat akan berpikiran ini harus minimal 60 km. Klop deh, kita dikejar sama polisi Perth!
Kalian bisa menebak kira-kira selanjutnya si polisi bakalan melakukan apa?
Dia lalu mengeluarkan seperti alat penghisap asma kemudian alat itu diberikan ke mbak Fina sebagai driver mobil. Cukup menegangkan lihat mbak Fina harus hembuskan nafas ke dalam alat tersebut. Apalagi harus beberapa kali dilakukan karena alat sepertinya ada gangguan. Saat alat itu bekerja juga mengeluarkan bunyi biip biip, makin tinggi hembusannya makan suara biip semakin kencang. Alat yang diberikan ternyata untuk mengukur kadar alkohol apabila si pengemudi kebanyakan minum alkohol. Walau kita belum minum alkohol cuma kalau sudah berjumpa sama polisi kok rasanya deg-deg-an gitu. Apa ini rasanya jatuh cinta sama polisi? *eh*
Tak berapa lama, turun lagi rekan si polisi menghampiri mobil kami kemudian dia bertanya sama rekannya kenapa lama sekali. Entah ada angin apa, dia menyalakan lampu senter dan langsung mengarahkan ke arah belakang tepatnya kena ke saya dan Denny.
“You must pay 400 AUD, and you too 400 AUD! And you as the driver 800 AUD!”
APAAAA?!!! 1600 AUD atau sekitar 16 juta buat kena tilang. Tapi tilang kenapa pak? Sudah ketakutan dan menahan pipis.
“Why both of you do not use seat belt? And you have responsibility too.”
Alamakjang. Saya harus pegang erat-erat dolar Australia saya. Suasana mulai menegangkan. Saya yang tadinya mengeluarkan kamera untuk memotret pun mulai dimasukkan ke dalam tas. Setelah mbak Fina selesai meniup alat pengukur alkohol, kedua polisi tersebut tampak masih diskusi soal mau menilang kesalahan kami yang tidak menggunakan seat belt dan mengendarai mobil dibawah kecepatan 60 km. Semacam kena pasal tilang berlapis.
“Udah bro, kasih mereka lewat aja. Ini hari pertama mereka ke Perth. Apalagi ada blogger Palembang yang kece di belakang.” Kurang lebih seperti itu yang mereka ributkan dan kalimat terakhir itu cuma direkayasa saja 😆
Begitu dengar mereka mengizinkan kami untuk meneruskan perjalanan tanpa harus memberi kami denda sebesar 1600 AUD rasanya lega banget sekaligus kami punya pengalaman baru tentang lalu lintas di Perth. Saya langsung whatsapp Bunda FeyDown, si bunda Fey ini aku kenal lewat Kompasiana dan beliau termasuk aktifis scam yang sudah tinggal lama di Perth. Banyak do and don’t yang saya dapatkan sebelum berangkat ke Perth lewat beliau.
“Wah nasib mujur. Biasanya polisi Australia tidak pandang bulu kalau salah tetap salah,” balas bunda Fey lewat whatsapp.
Maklum saja, habit cara berkendaraan kita yang semerawut tentu harus adaptasi di negara orang lain yang lebih teratur. Tapi bukan berarti mbak Fina bawa mobilnya semerawut ya *piss mbak Fina*. Buat kalian yang mau mengendarai mobil ternyata ada aturan kecepatan kendaraan yang harus dipatuhi. Apabila lewat sekolah kecepatannya 40 km, komplek rumah 50 km, jalan tol 100 km. Sedangkan untuk parkir mobil ada markanya sendiri. Walaupun parkir di pinggir jalan, tetap ada plang yang harus dilihat. Misalnya P artinya kita hanya boleh parkir selama 1 jam saja. Berarti tinggal lihat angka dan huruf di plang, serta ada pula jam-jam yang boleh digunakan untuk parkir.
Perth juga termasuk negara yang menghargai orang disable sehingga ada parkir khusus bagi warganya yang perlu kebutuhan khusus semisal yang mengendarainnya adalah penyandang cacat kaki. Jangan kalian coba-coba menyerobot lahan parkir mereka atau parkir untuk taksi/bus.
Apa yang membuka cara pandang saya terhadap aparat polisi Perth dengan Indonesia adalah mereka ramah, tapi tetap tegas kalau memang kita salah. Dan polisi Perth masih bisa beri pengecualian terhadap turis. Tapi jangan coba-coba untuk “damai” dengan polisi Perth, bakal langsung kena denda. Terakhir, mereka ganteng! Pasti kalian bakalan betah dan pengen ditangkap sama pak polisi ganteng dari Perth
“Gue mau bikin salah lagi ah, biar ditilang sama polisi ganteng Perth!” seru mbak Fina.
[…] Pengalaman hari pertama kami tiba di Perth bikin spot jantung. Minimnya informasi mengenai rambu lalu lintas membuat kami sempat bingung mengartikan tiap rambut. Akhirnya kami hampir ditilang $1600 pada malam itu. Beruntung saat itu petugas polisi masih bisa memaklumi kelakukan kami. Cerita pengalaman kena tilang bisa kalian baca disini. […]
Deg-degan baca ceritamu ini sekaligus jadi teringat waktu bawa kendaraan di singapura. Namanya negara maju, semuanya tertib ya di jalan.. Untungnya sih aku ga kena tilang haha :p
Asik ga bawa kendaraan pas di singapore? Rambu-rambunya akurat?
Positif negatif ya dengan Indonesia. Positifnya polisi di sana ganteng. itu aja. :))
Hahaha.. Mau kena tilang juga Lana?
hahahahah untung ga jd bayar ya mas… masih rezeki :D.. aku inget suamiku kalo udh nyupir di negara org… memang beda2.. tp lama kelamaan jd biasa.. yg paling serem buat suamiku kalo nyupir di rusia.. apalagi saat winter, wuuuh, skill tinggi :D.. kalo negara2 eropa ga begitu aneh2… tapi pernah pas di Berlin, suamiku nyaris ga sabar krn ngelewatin jalan di mana ga boleh lbh dr 30 km/jam ;p, wkwkwk, dia yg dulunya suka balapan, stress hrs bawa mobil sepelan itu 😀
gua jadi inget cerita temen , baru tiga bulan di melbourne nyetir mobil melanggar lalu lintas dan temen semobil minuman beralkohol. bhay deh nasibnya langsung di balck list. untung ngga dideportasi
wih.. jadi dia gak boleh masuk ke Melbourne lagi gitu?
Wak.. njir. Baca judulnya aja sudah bikin sakit punggung.
BIsa beli iphone baru tuh kedenda segitu. Hahaha.
Haha bener banget beli iPhone 7+… untunglah polisinya ramah sama turis.
Suamiku 2 bln lalu jg brusan dr Australi tepatnya di Sidney mas.enak ya bisa jln2 k australi merasakan betapa disiplin &teraturnya mrk.sekaligus penghargaan mrk thd kaum disable.
Ikut jalan sama suami juga gak mba? Ambil hikmahnya saja buat kita lebih disiplin dan peduli sama hal2 umum gini.
Itulah kelebihan negara-negara yang udah maju ya. System mereka udah berjalan, semua udah tertib, aturan berjalan dan itu membuat warganya akhirnya jadi bisa tertib. Kapan negara kita begitu ya? Btw, rejeki banget tuh koh bisa lolos tilang, hahaha. Keringanan buat turis kayaknya 🙂
Yaaah kirain jadi bayar :p
Batal kita liburan kalo jadi bayar :)))