Sudah dua hari berada di Raja Ampat, lalu hari ini adalah hari ketiga. Saya hanya berharap waktu berjalan pelan agar bisa menikmati keindahan pulau di Timur Indonesia. Malam harinya setelah kami naik ke Puncak Wayag kami berkumpul di ruangan makan untuk saling bercerita keseruan yang telah kami lalui bersama. Naik ke tumpukan karst tanpa pengaman? Barangkali ini ide gila tapi memang begitulah yang terjadi untuk menjaga kelestarian alamnya.
Saya orang yang paling terakhir untuk tidur di antara rombongan lainnya. Mereka-mereka yang sepanjang hari membawa kami keliling Wayag tampak langsung mengaparkan diri di lantai ruangan tamu. Di mana pun bisa menjadi alas tidur. Saya sempat bertanya, apa tidak khawatir dengan nyamuk? Atau merasa kedinginan? Jawaban mereka sudah pasti kalian bisa menebak. Ya, betul. Sudah terbiasa.
Hah, pertanyaan yang seharusnya tidak saya tanyakan karena jawabannya sudah pasti. Namun, bagi kita yang baru pertama kali melihat pemandangan seperti ini sudah tentu akan merasa “unik”. Inilah keseruan dari traveling, sekali lagi saya belajar mendapatkan sudut pandang baru. Keluar dari zona nyaman lewat traveling menjadi salah satu cara mengisi agar hidup kita lebih berarti.
Bagaimana caranya, koh? Caranya cukup buang separuh isi gelas kita saja. Supaya kita bisa diisi dengan pengalaman baru.
Let’s begin our new story.


Homestay kami sangat sederhana. Hanya ada kipas angin putar, dengan penerangan lampu yang berkekuatan mesin genset. Musik malam penghantar tidur sudah pasti suara gelombang air yang menenangkan.
Sepasang burung putih selalu bertengger di atas pohon kelapa di depan. Mereka bagaikan pasangan yang terus kemana-mana bersama. Pagi ini cuaca sangat-sangat cerah. Udara segar masuk dalam rongga pernafasanku seperti detoks segala macam pikiran negatif. Inilah kenikmatan yang saya rasakan. Usy, juru masak di homestay sudah menyiapkan bekal makan siang kami selama di Raja Ampat. Dia selalu bangun tiap pukul 2 pagi lalu mulai memasak. Makanan yang sederhana tapi sangat nikmat. Sambal cabenya juara!
Menyusuri Perairan Teluk Kabui, Raja Ampat
Jadwal hari ini kami akan berkunjung ke Painemo, salah satu destinasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan saat ke Raja Ampat. Painemo bagaikan versi kecil dari Wayag. Jarak tempuh ke sana juga tak begitu lama, sekitar dua jam perjalanan lebih cepat menggunakan speedboat. Namun, sebelum ke Wayag, Kapten Noak bilang kita akan diajak berkeliling melihat batu unik di sekitar wilayah Teluk Kabui. Ada 3 jenis batu yaitu Batu Pensil, Batu Wajah, dan Batu Gua.


Beberapa kali saya melihat ada kapal layar yang ikut berlabuh di perairan Teluk Kabui. Ternyata kapal tersebut termasuk kapal wisata yang juga mengangkut wisatawan yang ingin on board selama di Waisai, Raja Ampat. Menurut Kapten Noak, mereka bisa datang beberapa minggu berada di dalam kapal tersebut. Saya langsung berpikir berapa biaya yang mereka keluarkan untuk perjalanan mereka ini.
Batu Pensil

Kawasan perairan Teluk Kabui ini terdiri dari batu-batu karang berbagai ukuran mulai dari kecil, sedang dan besar yang menyerupai labirin. Batu-batu itu kokoh seperti tembok megah dan kami berlabuh di antara celah-celah batu tersebut mengagumi dari bawah hingga atas. Laju kecepatan kapal mulai dibuat pelan agar kami bisa mengabadikan momen berlomba mencari latar indah. Tapi, hampir semua sisi di perairan Teluk Kabui ini memang indah sekali.
Cuaca sangat bersahabat. Langit merona biru pemandangan dengan awan-awan yang sangat menarik untuk difoto. Sisa gosong kulit bekas naik Puncak Wayag memberikan sensasi perih tersendiri agar tampak eksotis. Dari arah kejauhan saya sudah bisa melihat batu yang tampak berbeda dari batu-batu karang lainnya.
Batu ini berbentuk panjang lancip ke atas. Kalau dilihat memang seperti mata pensil, wajar kalau lokasi batu pensil ini paling mencolok dibandingan batu-batu lainnya. Di atas batu juga ditumbuhi oleh tanaman hijau. Sedangkan dari dermaga kita bisa melihat perairan hijau di sekitar Batu Pensil. Batu Pensil menjadi ikon di Teluk Kabui.




Ide gila pun muncul dari Bang Icad yang menantang kami untuk berfoto di batu sebelahnya yang hanya dihubungkan oleh sebalok kayu dengan lebar sekitar 10 cm. Kami tidak berani mengikuti dia yang sudah terlebih dahulu sampai di ujung batu karang. Tubuhnya yang tambun seolah sangat ringan untuk berjalan di balok kayu menyeberangi air. Kapten Noak kemudian memberikan sebatang bambu sebagai pegangan bagi kami yang takut tidak seimbang saat berjalan menyeberang mencapai batu besar tersebut. Fiuh, lumayan dibuat pacu adrenalin saat mau menyeberang kembali.
Batu Wajah

Kami tidak begitu lama berada di Batu Pensil, selain sengatan matahari sudah semakin kuat. Saat kami mau naik kembali ke speedboat, tiba-tiba kami diminta untuk melihat bentuk batu lagi. Lokasi batu ini berada di antara batu-batu lainnya. Tepatnya kalau kita sedang berada di Batu Pensil berarti Batu Wajah ini berada di depan kita. Ada dua buah batu berukuran sedang dan besar seperti saling berhadapan. Sekilas tampak seperti wajah orang laki dan perempuan. Tanpa berpikir lama, saya pun meminta tolong untuk difotokan bersama kedua batu tersebut.
Setelah mengamati kedua batu wajah, saya mulai berpikir ini memang dipahat atau terbentuk alami ya?
Batu Gua

Speedboat segera melaju kecepatannya meninggalkan pemandangan yang indah. Penglihatan saya teralihkan melihat Teluk Kabui dan mata saya sangat terpukau dengan gundukan batu-batu berjejer tersebut. Namun saya seperti melihat ada tengkorak kepala yang diletakkan di pinggir-pinggir batu. Tiba-tiba saya merasakan aura mistis di tempat ini. Dugaan saya mungkin gua-gua di sekitar digunakan masyarakat dulunya untuk mengubur orang yang telah meninggal dunia. Biarlah menjadi misteri Teluk Kabui.
Di tengah perjalanan menuju Painemo. Tiba-tiba Kapten Noak bertanya, “Kalian mau lihat batu gua?” tawar Kapten Noak.
Kami saling memandang satu sama lain. Batu gua? Maksudnya seperti apa ya. Batu berbentuk gua kah? Sejenak saya dibuat terkesima dengan penamaan-penamaan batu di tempat ini. Baru saja melihat batu pensil karena bentuknya seperti pensil. Sekarang di hadapan kami ada sebuah batu dengan celah lubang di tengahnya. Kemudian, orang di sekitar memberikan nama batu gua. Yeah, just simple like that!

Naluri turis tanpa dikomandoin segera mengeluarkan kamera untuk berfoto di “batu gua” hahaha…
Di tempat ini banyak terumbu karang yang tanpa perlu kita snorkeling pun sudah terlihat di permukaan. Perairan yang dangkal dan jernih membuat berbagai pemandangan bawah laut terlihat dengan jelas. Untuk menjaga kelestarian terumbu karang di tempat ini, Kapten Noak mematikan mesin speed boat lalu kami pun mulai menikmati perairan dangkal nan jernih ini.

Perairan Teluk Kabui memang indah. Keindahan dari teluk ini berasal dari gabungan warna air yang jernih serta gugusan-gugusan pulau karang yang ada di sekitarnya. Ini hanya sepotong kepingan yang saya lihat di Raja Ampat. Sepanjang perjalanan ditemani hamparan langit dan laut yang luas menembus cakrawala. Saya semakin yakin bahwa Raja Ampat memang layak diakui sebagai salah satu pulau indah di Indonesia.
Keindahan Raja Ampat tidak akan pernah habis untuk dijelajahi. Kapan lagi ya bisa ke Raja Ampat >.< Ajak saya lagi dong buat eksplorasi Indonesia Timur.. ya ya .. please…
***
– Pakaian dan alas kaki yang nyaman
– Bawa peralatan snorkeling dan baju renang
– Lindungi gadget seperti kamera dan ponsel dari percikan air laut
– Sayangi laut dengan tidak membuang sampah ke laut
– Jaga keaslian batu cukup nikmati dengan mata tanpa kalian coret-coret batu sebagai jejak kalian
– Sayangi saya demi kelestarian blog ini *eh* 😀

Dengan membaca laporan Om Deddy Huang, saya bisa mengenal Indonesia dari Sabang sampai Papua. Indonesia amat kaya budaya, adat istiadat tempat wisata, kerajinan, obyek wisata sejarah, dsb.
Sungguh kekayaan yang amat besar nilainya. Pertanyaanya, bagaimana bangsa ini mengembangkan kekayaan dalam banyak bidang itu bisa memajukan bangsa di masa depan.
Tidak hanya secara material tetapi juga dari segi spirual sehingga kita bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang besar dengan penuh nilai-nilai yang membahagiakan lahir dan batin.
Gilak cantiknya. Makanya tidak heran walau mahal untuk pergi ke Raja Ampat, tapi dibela-belain juga oleh sebagian orang. Batu pensil itu, pasti betah berlama-lama memotret di sana. Kapan aku ke Raja Ampat ya Allah?
airnya tenang gitu ya kohded? aslinya gitu juga enggak sih?
batu wajah, aku langsung googling gitu lho kohded
Waow… indah sekali… aku dulu pernah keluyuran ke Indonesia Timur tapi cuma sampai di Ambon saja, soalnya waktu itu transportasinya sulit didapat dan ongkosnya mahal amit… Sekarang lebih murah ya?
alhamdulillah bisa melihat keindahan raja ampat lewat tulisan ini, foto2nya juga cakep koh. semoga esok saya bisa berkunjung
saya pun pengen balik lagi ke Raja Ampat mas, semoga saja ada rejeki dan jalannya.
Kalau lihat fotonya, Batu Wajah gak begitu terlihat seperti wajah, ya.
Btw fotonya Bang Icad yg mulai mendayung itu saya kok suka sekali ya liatnya 🙂
Kalau dilihat dari samping kayak lihat hidung manusia sih mbak
asik bener. aku pengen balik ke Misool. eksplor budayanya. Raja ampat itu selain cakep alamnya, budayanya juga lho om.
Betul mas, Misool bagus banget apalagi kalau masuk ke kolam ubur-uburnya.
Karangnya benar-benar terjaga. Menyenangkan kalau bisa terjaga seperti itu.
Tapi pas kami balik dari Raja Ampat, gak berapa lama kan muncul berita kapal yang menabrak karang 🙁
Kapan ya, saya bisa ke Raja Ampat
Saya juga pengen balik lagi kang Ali. Semoga saja ada jalan balik ke Raja Ampat.
Raja ampat memang sang rajanya tanah papua.. tanah nya bisa bikin mata meleleh. Lautannya bisa buat hanyut. Pesona nya membuat kita merindu setengah mati..
Pengen deh ke raja ampat. Aku aja yg di ambon belum sempat ke raja ampat wkwkwkwk.
Mantao om Koh artikel bagus abis. 🙂
Impian banget bisa ke Raja Ampat huhuhu.
Asik beddd kayakny, ajak2 dong hhe
Raja Ampat ini memang terkenal banget ya keindahannya.
Paling suka dengan pemandangan Batu Pensil dan Batu Wajah-nya. 😀
Katanya tempat terakhir yang harus dilihat di Indonesia hehe
Wah keren koh, pengen banget ke raja ampat. Semoga kesampaian!
Nabung lagi… Aku juga pengen balik ke raja ampat
Raja Ampat penuh cerita ya Om. Aku baca artikel ini kok mupeng y Om Deddy.. Keren Om Deddy ?
Sama kayak lampung kali ya. Punya banyak pantai yg bagus.
Y Om. Tapi Pantai di Indonesia Timur lebih kece-kece
Keren om Koh.
Om koh aku pengen tanya nih. Om beli domain nya dimn? Terus aku pengen tuh upload template yg aku pengen paje buat blog aku caranya om?
akhhh selalu bikin baper oii.hahahaj
wah manteb banget ya. Perairan di raja ampat masih jernih banget. Batu pensilnya bagus tuh unik banget jadi pingin kesana nih koh deddy
waaah..Koh Deddy dah berulang kali ke Raja Ampat.. keren.. pengambilan gambarnya oke oke..
mohon doanya bisa kesana juga.. masuk di wish list..tapi belum tercapai..heheh
aku pun pengen balik lagi ke Raja Ampat.. Semoga saja ada rejeki balik ke sana :p aamiin.
Raja ampat, gak bosen saya baca artikel dan melihat foto ttg raja ampat ini…kapannn bisa kesana yaa..semogaaaa bisa kesanaaa..hikk
Aku pun juga gak bosen kalau 24 jam di perjalanan demi Raja Ampat :p