Tanpa ragu kusesap segelas kopi Robusta dari biji kopi lokal yang ada di Sumsel. Biji kopi Sumsel memang terkenal enak, cara pengelolaan dari petani kopi saat ini terbilang juga sempurna karena petani tidak memanen biji kopi mereka apabila belum merah. Menikmati semilir angin melegakan dahaga sambil memandang langit biru, lengkungan senyum tergambar dari wajah.
Saya tidak duduk sendirian, ada Joni yang ikut menemani karena kami baru saja membawa rombongan tur. Bisnis bersama yang kami rintis di bidang jasa pariwisata ini tak terasa sudah 7 minggu. Ide kami sederhana adalah bagaimana mengenalkan Palembang lewat sejarah, budaya dan khususnya kuliner di benak anak-anak muda dan juga orang asli Palembang. Usaha kami ini diberi nama Palembang Food Tours sebagai jasa tur tematik yang menyuguhkan pengalaman langsung untuk peserta. Kami sendiri baru mulai sebelum bulan puasa tahun 2019.
MENGUBAH WACANA MENJADI AKSI
Awalnya ide Joni mengajak saya diskusi membuat jasa tur tematik di Palembang. Tur tematik sebenarnya hal yang umum dilakukan di beberapa kota. Tujuannya agar mempermudah wisatawan yang datang ke suatu kota bisa mendapat arahan yang jelas sekaligus teman jalan. Bermodal dengan pengalaman kami berdua di bidang pariwisata, akhirnya saya bilang “Ayo kita coba, daripada hanya jadi wacana tanpa aksi!” seru saya pada sore itu di sebuah kedai kopi. Ada asa yang kami jaga walau sebenarnya tempat wisata di Palembang tidak begitu banyak, namun kami ingin memberi sesuatu yang beda.
Keinginan untuk mengenalkan kuliner Palembang sekaligus memberikan edukasi dan sejarah tempat yang dikunjungi adalah tujuan utama kami. Semua orang tahu bahwa kuliner Palembang adalah pempek. Hampir mudah menemukan tempat makan pempek di Palembang. Namun, Palembang ternyata bukan hanya pempek melainkan masih ada kuliner khas lainnya yang sudah terpinggirkan karena tergerus waktu. Satu per satu tempat kuliner khas yang kami tahu memiliki cerita dan keunikan makanan mulai dikumpulkan.
Kami ingin mengenalkan bahwa kuliner Palembang bukan hanya pempek saja. Dalam agenda, kami mengenalkan titik 0 KM Palembang, kemudian berjalan kaki masuk ke sebuah pasar tradisional di Palembang yang memiliki akulturasi budaya Cina, Arab, dan Palembang. Pasar tradisional memiliki peran sebagai pondasi dasar ekonomi kerakyatan, sehingga sayang untuk dilewatkan. Tur tematik kami ini membawa nuansa dari Ilir ke Ulu kota Palembang. Kami mengajak teman-teman baru dalam grup kecil untuk menikmati rijsttafel kuliner Palembang agar kami bisa intim dengan satu sama lain.
BERTEMU ORANG BARU MENAMBAH JARINGAN
Kami banyak belajar setiap minggu dari bisnis baru ini. Terutama mulai dari berkoordinasi dengan tempat makan karena kami harus memastikan makanan yang dipesan sesuai dengan jumlah peserta. Makanan yang kami pesan di tempat rumah makan tidak ada yang kami kurangi bahkan termasuk harga makanan. Sewaktu melihat teman-teman baru saya ini matanya berbinar melihat makanan dan tempat yang belum pernah mereka datangi, ada sisi emosional dalam diri saya.
Beberapa tempat makan yang kami ajak merupakan hidden gem dan memiliki potensi besar namun sedikit orang ketahui. Mulai dari mengenalkan tempat makan mi ayam yang sudah merintis sekitar 40 tahun di Palembang. Tempat makan ini tersembunyi di antara pertokoan. Sayang kalau tak ada yang mengenal tempat ini dengan makanan yang enak. Kemudian, kami mengajak ke salah satu pasar tradisional yang menjual bahan makanan segar dan terjamin kualitas. Saya kaget ketika ada salah satu peserta yang belum pernah melihat cara pemotongan ikan. Namun, melihat dia melihat sendiri pemandangan itu tentunya menjadi pengalaman baru untuknya.
Kami juga mengenalkan tradisi minum kopi dari budaya Melayu lewat kopitiam. Mengajak teman-teman baru saya untuk mencoba pengalaman baru minum kopi dengan suasana bangunan tua, di antara lalu lalang orang lokal di pasar. Suguhan kopi menggunakan kopi lokal Sumsel. Selepas menikmati minum kopi kami melanjutkan perjalanan dengan melihat pemandangan Jembatan Ampera dari sudut berbeda yaitu sekelompok orang berprofesi sebagai kuli panggul serta kumpulan perahu motor yang mengantar masyarakat Palembang yang tinggal di pinggir sungai.
Bagi orang yang sibuk dengan rutinitas tentunya melihat pemandangan seperti ini bukanlah hal biasa. Bahkan, Davie, anak dari salah satu peserta bertanya kenapa ada orang mengangkat barang-barang berat. Sebagai anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, dia mendapat wawasan baru mengenai profesi orang bekerja. Seketika rasa lelah kami sekejap hilang merasakan dampak positif dari kegiatan yang kami lakukan untuk pariwisata Palembang.
Apa kami tidak ada kendala lain? Tentu saja ada, misalnya peserta yang ghosting, mereka yang sudah mendaftar namun ketika kami hubungi ternyata tidak memberikan kabar. Namun jika kami hanya berfokus pada hal yang negatif tentu saja saya akan melewatkan hal yang positif. Seperti sejauh ini edukasi ke pemilik tempat makan jadi lebih enak. Mereka akhirnya mulai meningkatkan pelayanan dan kualitas makanan. Semoga hal ini tetap berjalan.
MENGENALKAN KULINER PALEMBANG KE MASYARAKAT
Setiap tahun, performa pariwisata menanjak, saat beberapa komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit terus merosot. Sektor pariwisata diharapkan menjadi salah satu alternatif, di samping industri manufaktur, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Bentuk wisata yang berpotensi dikembangkan, seperti Palembang yang memiliki potensi dari Sungai Musi. Palembang Food Tours yang mana kami juga ikut memanfaatkan Sungai Musi seperti mengajak peserta untuk berjalan kaki di atas Jembatan Ampera serta naik perahu getek dari para tukang kapal untuk mengantar kami menyeberang.
Bisnis yang sedang kami kembangkan memberi kontribusi tercipta konsumsi wisatawan. Hal itu menjadi pendorong pengembangan sarana dan prasarana dari pemilik tempat makan. Pelaku usaha tempat makan yang kami kunjungi perlahan ikut meningkatkan kualitas produk, layanan, dan pengelolaan demi kenyamanan. Prioritas tersebut dan peran serta pelaku usaha pariwisata diharapkan mampu mendongkrak perekonomian, khususÂnya sektor traveling.
Melihat potensi yang masih ada, kami mencoba mengemas permata-permata pariwisata di Palembang agar memiliki daya tarik. Secerca harapan kami, dengan upaya ini bisa turut berperan mendorong pengembangan industri kreatif Pariwisata khususnya Palembang yang berkualitas, membuka lapangan kerja, bahkan juga memperkenalkan Palembang dan budayanya pada masyarakat internasional.
Memang berapa harga paket kalau ingin ikutan Palembang Food Tours?
Saat ini kami baru ada 2 rute dengan jadwal berbeda. Pertama rute pagi yang akan berjalan dari Ilir ke Ulu. Kedua, rute sore yang akan berjalan dari Ulu ke Ilir. Dua rute ini setiap hari sabtu dengan kuota minimal 5 peserta.
Setiap peserta nantinya dapat merasakan experience sendiri sekaligus mencicipi kuliner yang dijumpai. Biaya food walking ini masih Rp 180.000. Informasi lebih lanjut kalian bisa hubungi Instagram @PalembangFoodTours atau Whatsapp +62 813-6717-7070. Kami sendiri juga berpikir mencari regenerasi local guide yang akhirnya membuka lapangan pekerjaan baru untuk anak-anak muda di pariwisata. Mohon doa agar projek Palembang Food Tours ini setiap minggunya terus melancong menemani para pemburu kuliner seperti slogan kami, “Perut Kenyang, Hati Senang!”
[…] ini yang saya terapkan untuk tur tematik yang saya kelola bernama Palembang Food Tours. Sepanjang tur, kami berjalan kaki menyusuri tempat-tempat tersembunyi sambil menemukan perspektif […]
Suksesss koko … — mogaaa bisa go internasional… karenaaa kuliner makanannn Palembang salah satu yg mengiurkan dan duniaa harus tahu ?
.
Semoga usahanya laris manis ya Koh. Ini ibaratnya copyannya Jakarta Food Tournya mba Ira nih di Jakarta 🙂
Semoga semakin banyak local guidenya, semakin banyak orang yg terdukasi dr sisi kuliner dan tempat2 sejarah ya koh.
Tunggu aku di kotamu.
Duh ini seru siih. Kayak yang di Jakarta. Apa ya namanya yang jalan-jalan rombongan ke klenteng petak 9 ituu. Seru banget sih, jadi benaran bisa liat dalemannya Palembang kayak apa. Soalnya selama ini kan tahunya ya pempek aja. Hohohoh.
iya di Jakarta, ada beberapa yang aku tahu seperti Jakarta Good Guide gitu mas.
wah theme blognya baru ya ded. Jadi pangling tapi keren karena lebih simple. Btw, ini bisa jadi rekomen nih Palembang Food Tours. Penasaran sama Pindang Musi Rawas hehehe.
iya, udah mau 3 bulan kali ya ganti tema, soalnya ganti hosting juga.
Kalau ke Palembang berkabar aja, Zul.