BerandaSerba SerbiKopi Sumedang, Kopi Lokal Berjaya di Pasar Global

Kopi Sumedang, Kopi Lokal Berjaya di Pasar Global

Author

Date

Category

Minum kopi menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Hanya dulunya kopi dikonsumsi orang tua saja, kini berbeda dengan saat ini yang hampir semua kalangan menyukai minum kopi.

Perubahan besar yang dirasakan dalam beberapa tahun ini. Berdasarkan International Coffee Organization (ICO) pada tahun 2017, pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia mengalami peningkatan signifikan. Banyak faktor yang menyebabkan naik minat minum kopi ini, salah satunya kopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia.

pertumbuhan kopi indonesia
Pertumbuhan konsumsi kopi Indonesia (sumber : databoks)

Namun, sayangnya peningkatan konsumsi kopi ini pun belum terlalu dirasakan oleh para petani kopi yang ada di Indonesia. Padahal biji kopi lokal Indonesia yang lebih dikenal sebagai kopi specialty adalah penggerak ekonomi kreatif bagi para petani.

Indikasi Geografis

Apakah kualitas biji kopi kita buruk? Tentu tidak.

Biji kopi lokal yang tersebar di Indonesia juga memiliki kualitas yang bersaing. Contohnya seperti kopi Sumedang yang sempat ikut pameran kopi terbesar di Afrika. Kesempatan ini tentunya menjadi ajang mengenalkan Kopi Sumedang di Pasar Global.

indikasi geografis
Tentang indikasi geografis

Bagi pecinta kopi tentu sudah tahu reputasi kopi Indonesia. Beberapa nama daerah seperti Aceh, Flores, dan Toraja adalah bukti kalau biji kopi yang dimiliki berkualitas. Cita rasa kopi Indonesia sudah diakui secara global.

Beberapa provinsi di Indonesia sudah mendapatkan pengakuan indikasi geografis. Hal ini dikarenakan indikasi geografis kopi adalah penting karena menguntungkan ke pihak-pihak ekonomi kreatif seperti petani dan pelaku bisnis.

Sesuai UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (UU No. 20 Tahun 2016). Indikasi geografis merupakan suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu produk yang menitikberatkan pada faktor lingkungan geografis untuk meningkatkan nilai jual produk. Faktor lingkungan geografis tersebut dapat berupa faktor alam, faktor manusia bersifat teknis dan kombinasi dari faktor alam dan manusia. Tanda ini yang nantinya akan terus melekat pada barang.

Jenis Arabika dan Robusta

Setiap produk kopi yang telah memperoleh sertifikat indikasi geografis akan mendapatkan perlindungan hukum yang kuat. Masing-masing provinsi kini memiliki indikasi geografis dengan harapan ekonomi kreatif untuk daerah setempat pun naik. Sama halnya dengan Kabupaten Sumedang yang bukan hanya dikenal dengan Tahu dan Ubi Cilembu saja.

Padahal secara demografi, sektor pertanian di Kabupaten Sumedang berpotensi besar untuk dikembangkan. Sumedang memiliki struktur tanah yang baik, subur dan cukup tinggi. Potensi besar ini dapat mendorong peningkatan kesejahteraan petani lokal. Salah satu komoditas potensial untuk dikembangkan adalah kopi.

beda kopi arabika dan robusta
Beda biji kopi Arabika dan Robusta

Di Indonesia, ada dua jenis kopi yang populer di kalangan masyarakat penikmatnya yakni Arabika dan Robusta. Dua jenis kopi ini sekilas mirip tapi tidak dan memiliki karakter unik.

Biji kopi robusta cenderung lebih bulat dengan ukuran lebih kecil. Sedangkan biji kopi arabika berbentuk lonjong dengan ukuran lebih besar. Bentuk daun yang dihasilkan juga berbeda, pohon arabika bentuknya lebih lebar dan besar dibandingkan dengan Robusta. Namun, menanam kopi juga disesuaikan dengan kontur tanah. Untuk robusta sendiri di tanam mulai dari 400 mdpl (meter di atas permukaan laut) sampai 900 mdpl sedangkan untuk arabika dari mulai 1200 mdpl sampai 2000 mdpl, maka tak heran kalau Sumedang lebih banyak ditanam kopi jenis arabika karena kontur tanah.

Bicara tentang rasa kopi, biji kopi robusta biasanya memiliki rasa asam yang lebih kuat dan cenderung memiliki aroma kacang-kacangan. Bandingkan biji kopi arabika mempunyai karakter rasa yang lebih kaya.

Cerita Kopi Sumedang

Ada istilah single origin yang merujuk pada identifikasi suatu daerah asal kopi tersebut dibudidayakan. Istilah ini lahir dengan kebiasaan ngopi orang-orang yang ingin tahu lebih banyak informasi tentang kopinya secara mendetail. Sama seperti Kopi Sumedang, kopi lokal yang berjaya di pasar global.

Berdasarkan literatur mengenai sejarah masuknya kopi di Indonesia, Jawa memiliki peran penting dalam persebaran kopi Indonesia. Pada tahun 1696, Belanda atas nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) mendarat di Batavia (sekarang Jakarta) membawa kopi arabika dari Malabar, India. Kiranya inilah kopi pertama yang ditanam di Indonesia.

kopi sumedang terbaik
Fakta kopi Sumedang terbaik

Salah satu daerah penghasil kopi yang punya nilai sejarah yang besar bagi Indonesia adalah Priangan, Jawa Barat. Wilayah ini Priangan secara tradisional mencakup Kabupaten Ciamis, Garut, Sumedang, Cimahi, Bandung, Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Tanah Priangan atau dikenal pula dengan parahyangan sangat subur karena merupakan daerah vulkanis yang dibentuk dari gunung-gunung berapi.

Oleh karena kesuburan tanahnya, maka digunakan Belanda untuk melancarkan Sistem Tanam Paksa. Belanda mulai membudidayakan kopi arabika pertama yang mereka bawa dari Malabar.

Hingga saat ini Kopi Arabika Sumedang masih kalah pamor dari saudara-saudaranya seperti Kopi Gayo Aceh dan Kopi Toraja. Padahal Kabupaten Sumedang adalah salah satu dari empat sentral penghasil kopi arabika di Jawa Barat.

Potensi Kopi Sumedang

Sejak perkebunan kopi didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Sumedang.

Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Sumedang sempat menjadi salah satu daerah pemasok kopi di Pulau Jawa dan mencapai puncak kejayaannya pada Tahun 1880-an. Salah satu buktinya adalah nama lingkungan di Kelurahan Kotakulon ada yang bernama Gudang Kopi yang konon dahulu digunakan sebagai lokasi penampungan kopi. Bahkan bekas rel kereta api di wilayah Tanjungsari dan Jatinangor dipercaya sebagai sarana untuk mengangkut kopi dari Sumedang.

Setahun rata-rata kurang dari 300 ton produksi kopi yang dihasilkan masyarakat Sumedang. Luas tanaman kopi yang ada di Kabupaten Sumedang sendiri sekitar 3.200 hektar yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Sumedang.

biji kopi sumedang
Coba tebak, biji kopi arabika atau robusta?

Dengan didominasi oleh kopi jenis Arabika dan Robusta, pengembangan tanaman kopi Sumedang tersebar di enam kecamatan yakni di Kecamatan Rancakalong, Sumedang Selatan, Tanjungmedar, Wado, Cisitu dan Sukasari. 

Luas area Kopi Arabika di Kabupaten Sumedang seluas 1.641 hektar dengan nilai produksi bahan mentah (cherry) sebesar 1.862,86 ton dan nilai produksi hasil olah (green bean) sebesar 372,57 ton. Sedangkan luas areal Kopi Robusta seluas 1.009 hektar dengan nilai produksi bahan mentah (cherry) sebesar 1.257,89 ton dan nilai produksi hasil olah (green bean) sebesar 251,58 ton.

Bisa dibayangkan peluang bagi petani kopi Sumedang dalam mengemas hasil kebun lebih bernilai ekonomis.

Sumedang Miliki Biji Kopi Terbaik

Produksi kopi yang dihasilkan masyarakat Sumedang, sekitar 95% produksi kopi Sumedang dijual petani secara gelondongan ke luar daerah hingga mancanegara. Harga jual yang bisa lebih tinggi apabila petani melakukan proses roasting maka harga kopi bisa lebih tinggi.

Sementara harga kopi termahal yang dijual di wilayah Sumedang adalah Kopi Wine olahan petani kaki Gunung Manglayang. Harga bijinya mencapai 200 ribu perkilo. Sementara produk siap seduhnya seharga 40 ribu per 100 gram atau 400 ribu perkilonya.

biji kopi sumedang
Biji kopi pilihan

Keterlibatan petani hanya sampai proses panen juga perlu diperhatikan. Jika saja petani dilibatkan sampai dengan tahap Green Bean, maka tentu saja keuntungan bagi petani akan lebih besar.

Sebagai gambaran persentase pada kopi sebesar 20% setiap kilonya. Untuk mendapatkan satu kilo green bean membutuhkan 5 kg petik cherry. Jika 5 kg cherry seharga Rp 30.000 dan satu kilogram green bean seharga Rp 60.000 maka terdapat tambahan nilai sebesar Rp 30.000.

Perhitungan nilai ekonomis seperti ini yang masih harus diedukasi kembali. Tujuannya agar petani pun bisa sejahtera.

Pemilihan Biji Kopi

Seiring perkembangan, budaya minum kopi pun mengalami perubahan. Orang-orang mulai kritis dan ingin mendapatkan cita rasa yang otentik. Kopi bukan sekadar minuman pelepas dahaga, melainkan juga mencari tahu asal usulnya. Asal usul tersebut meliputi daerah tempat di mana kopinya ditanam, dipetik, serta bagaimana proses pengolahannya.

Proses untuk secangkir kopi sudah pasti menggunakan biji kopi pilihan. Ada dua jenis biji kopi yang bisa dipanen. Kerap kali petani melakukan petik pelangi yang artinya biji kopi belum merah maka sudah dipetik, kemudian dicampur dengan biji kopi merah. Hal ini menyebabkan cita rasa kopi juga berbeda. Berbeda apabila petani melakukan petik merah yang memang citarasa sudah tidak diragukan.

Perbedaan harga biji kopi pelangi dan petik merah bisa selisih terlampau jauh. Serta harga kopi Arabika lebih tinggi dibandingkan Robusta.

Karena petani minim dalam ilmu pertanian serta proyeksi harga jual, beberapa petani lebih memilih petik pelangi karena lama menunggu waktu sampai panen petik merah. Sehingga petani bisa langsung menjualnya ke tengkulak. Hal ini jelas merugikan bagi petani karena seharusnya mereka bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak.

Proses Kopi

penggorengan biji kopi
Biji kopi melewati proses penggorengan di awal

Selesai mendapatkan biji kopi pilihan yang siap diolah. Maka proses biji kopi selanjutnya adalah pemanggangan biji kopi pilihan. Setelah biji kopi dikeringkan, biji kopi akan mengeluarkan warna kehijauan. Dari sinilah kita mengenal nama Green Beans atau biji kopi hijau. Pada tahap ini, biji kopi tidak mempunyai aroma atau rasa yang khas. Aroma dan rasa akan muncul setelah melewati proses pemanggangan atau roasting. Proses ini akan menentukan karakter, aroma dan cita rasa kopi.

Proses roasting merupakan momen yang cukup menegangkan sebab kita harus menjaga suhu dan waktu saat dipanggang. Setelah selesai roasting biji kopi tersebut akan menjadi roasted bean.

cara roasting biji kopi
Dipanggang menggunakan kayu bakar
aroma biji kopi
Selesai dipanggang akan mengeluarkan aroma kuat
biji kopi
Didinginkan terlebih dahulu sesuai suhu udara

Setelah suhu pada biji kopi mulai menurun, baru biji kopi dimasukkan ke mesin penggiling dan diproses hingga halus. Proses ini dinamakan dengan grinding.

Kalau proses menggiling biji kopi juga akan menghasilkan cita rasa kopi yang berbeda. Mesin grinder akan menghaluskan gilingan yang kasar benar-benar halus. Sedangkan, biji kopi yang sudah halus akan langsung diambil dan diproses hingga tahap pengemasan untuk siap dijual.

Pemasaran Digital Kopi Sumedang

kopi sumedang bubuk
Kopi bubuk yang sudah siap dikemas untuk dijual

Aroma kopi ketika dipanggang bagi saya menenangkan. Menyeruak masuk ke hidung tanpa izin, apalagi kalau sedang memanggang biji kopi Arabika.

Sama seperti daerah lain, Kopi Sumedang juga memiliki ciri khasnya. Wilayah Jawa Barat terdapat 13 gunung yang berpotensi dijadikan lahan perkebunan kopi di Jawa Barat salah satunya adalah Gunung Manglayang yang termasuk di wilayah Kabupaten Sumedang. Ada beberapa wilayah di Kota Sumedang yang berpotensi dijadikan perkebunan kopi salah satunya wilayah Rancakalong.

Pernah pada tahun 2015 Kopi Sumedang sempat diperkenalkan oleh pemerintah Jawa Barat dalam sebuah pameran kuliner. Namun disayangkan tidak didukung oleh identitas visual yang baik, serta promosi yang menarik. Hal tersebut menyebabkan Kopi Sumedang belum dikenal oleh masyarakat luas.

Padahal untuk saat ini pengaruh digital marketing atau pemasaran secara digital sangat berpengaruh dan memiliki nilai jangkauan yang luas. Bagi konsumen yang ingin membeli terkadang menginginkan selain kemasan apik untuk oleh-oleh.

Pemetaan digital marketing bisa dimulai dari logo, konten pemasaran hingga perluasan demografi pasar.

Memajukan Kopi Sumedang, Memajukan Pendapatan Daerah

Pertumbuhan penikmat kopi di kalangan usia 18-24 tahun naik dari 34% menjadi 48% dan kalangan usia 25-39 tahun naik dari 51% menjadi 60%. Artinya penikmat kopi adalah kalangan remaja dan dewasa. Belum lagi kemasan kedai kopi yang membuat betah dengan fasilitas, seperti interior dan suasana yang nyaman, serta harga produk yang relatif murah.

Peluang ini tentunya bisa membuat warga Sumedang menjadi kreatif untuk mengenalkan kopi single origin milik mereka untuk menjadi minuman sehari-hari. Bukti nyata Kopi Sumedang sudah pernah dipamerkan di beberapa acara skala internasional.

Memajukan ekonomi kreatif di Kabupaten Sumedang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Sejalan dengan visi Pemkab ingin bangkitkan kembali kejayaan Kopi Sumedang, maka semua pihak baik dari pejabat setempat dan masyarakat Sumedang adalah yang bisa memajukan ekonomi kreatif.

Pemerintah kabupaten bisa memberi stimulus dalam mendukung industri pengolahan kopi, khususnya untuk UKM. Dengan begitu, kopi yang asli berasal dari berbagai daerah di Indonesia, akan lebih mudah dikenal hingga mancanegara. Kegiatan ekspor pun akan meningkat. Dengan begitu kopi asli Sumedang bisa diproduksi, diolah, dan dinikmati oleh masyarakat Sumedang itu sendiri.

Para petani harus ada yang membina dan mengarahkan dan memberikan kesempatan kepada mereka. Termasuk mengajarkan mereka bagaimana cara pemasaran.

Kopi Menjadi Nadi Bagi Orang Sumedang

Mengampanyekan kepada masyarakat di Sumedang untuk minum kopi asli. Bisa dilakukan mulai pembelian kopi asli yang dihasilkan petani. Di lingkungan instansi mulai membiasakan minum kopi asli. Dari kebiasaan seperti ini bisa memotivasi masyarakat untuk mencetak wiraswasta kopi dan membuka peluang dalam usaha kedai kopi asli. Dengan begitu kopi asli Sumedang bisa diproduksi, diolah, dan dinikmati oleh masyarakat Sumedang itu sendiri

jual kopi sumedang
Menikmati sececap kopi hitam yang nikmat dan harum.

Interaksi hubungan yang bersifat dinamis yang mempertemukan individu dengan individu dan kelompok dengan kelompok. Hubungan yang terjalin tersebut menjadi semacam pola interaksi yang memiliki tujuan yang sama dan diwujudkan dengan suatu tindakan.

Sehingga tidak ada petani kopi yang merasa sakit hati saat melihat harga kopi yang dia nikmati di kedai kopi harganya lebih tinggi. Mengingat rendahnya harga yang mereka jual ke tengkulak.

Semakin meningkatnya industri kopi menjadi bagian dari gaya hidup. Sangat memunginkan nantinya Kabupaten Sumedang akan lebih dikenal. Apalagi Pemkab Sumedang menetapkan 7 Oktober sebagai Hari Kopi Sumedang. Perkembangan industri kopi Sumedang memiliki potensi ekonomi kreatif.

Jika saya mendapatkan kesempatan mengunjungi Kabupaten Sumedang, tentunya senang bisa ikut mempromosikan Sumedang dan pastinya mencicipi kopi Sumedang yang nikmat.

***

Deddy Huang
Deddy Huanghttps://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

25 KOMENTAR

  1. Wah iya nih koh, kalo dulu kayaknya emang kopi itu hanya dikonsumsi untuk orang tua saja, tapi sekarang malah kopi digemari oleh anak muda. Kayak asik enjoy gitu nge-cafe pesanannya kopi. Mantap dah.

    Tapi, kalo saya jarang minum kopi, pas mau bergadang hal urgent saja baru minum. Soalnya kalo minum kopi, pasti besoknya lambung saya agak kurang enak gitu hehe

  2. Baru ke Sumedang ya, Koh. Aku tahunya tahu sumedang doang, baru tahu kalau ada kopi sumedang disebut kopi terbaik. Saat memabca tulisan ini, aroma kopi serasa menguar dari dalam tulisan. Beda banget kalau yang nulisnya maestro.

  3. Saya suka kopi. Rupanya Sumedang ini tak hanya “Tahu”nya yang enak, kopinya juga juara. Saya suka taglinenya “Kopi lokal yang berjaya di Pasar Global”. Sumsel perlu belajar dari Sumedang ini tentang pengembangan kopinya.

  4. Tak hanya “Tahu”nya yang juara, kopinya lebih keren lagi. Kopi lokal berjaya di pasar global itu tagline yang keren. Rasanya patut ditiru Sumsel nih bagaimana pengembangan Kopi Sumedang ini.

  5. Ternyata kopi banyak macamnya ya . Terus terang jadi penasaran mencicipi semua jenis kopi. Robusta, arabika, pelangi, apa beda rasanya bakal bisa diidentifikasi dengan lidah tidak penyuka kopi seperti saya? Karena selama ini, yang terasa hanya pahit saja.

  6. Pernah kebayang sih pengen ngurus indikasi geografis kopi di sini. Padahal salah satu assessor terkenalnya putra asli Sumsel loh.

  7. Cerita kopi Sumedang ini menarik. Selama ini kupikir Sumedang cuma sekedar tahu aja. Sepertinya, ada banyak yang bisa dikulik dari Sumedang. Aku jadi berkhayal untuk datang ke Sumedang, ngemil tahu sambil minum kopi di warung kopi di kaki gunung di Sumedang

  8. Kalau Robusta masih bisalah diri ini menerima citarasanya, tapi untuk Arabika sepertinya harus berpikir 4 kali. Kalau di Kalimantan Barat malah adanya Liberika.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru