Talk less, listen more…
Mungkin langkah ini yang sulit. Sulit karena untuk berbicara yang sedikit mungkin masih dapat dilakukan, tapi kalau untuk mendengar yang lebih? apa kamu sendiri bisa??
Mendengar yang kayak apa? bukan mendengar ya cuma ah ya oh.. cuma supaya si orang itu cepat kelarin curhatannya. Tapi mendengar yang memang kita ikutin permasalahan dia, sampai bisa curhat ber-episode-episode mendengar kelanjutan curhatan dia. Tapi apa tuh orang juga memahami perasaan kita?
Jujur aku capek! Capek untuk berpikir memberi solusi. Tapi orang kadang juga angin lalu, ya sudahlah.. itu hidupmu. Urus saja hidupmu itu. Aku juga sudah capek toh waktu aku mau curhat kadang orang juga cuma ah oh ah oh..
Oh ya satu lagi..
Ada juga rasa kesal dengan satu orang, seorang pak tua yang terlalu berlebihan dalam berkomentar. Membawa-bawa agama untuk memberi komentar akan sesuatu. Sehingga dari komentarnya tersebut kita merasa terpojokkan dari apa kita tulis. Dasar rasis dan kafir!
Cuma, tenang aku nggak akan termakan oleh komentar si pak tua. Buat apa di-pusing-in sama jenis komentar sampah seperti itu, pertama dia emang gak level sama saya *niru Cathrine Wilson.. hahaha.. gw suka gaya-nya! Level!*
p.s : Gak ada orang yang baik di dunia ini!
kritikan tajam tidak selalu untuk menjatuhkan kredibilitas kita, melainkan bisa saja untuk memperbaiki kita 😀
oalah, linknya salah! ini yang bener 🙂
ada apa kok marah-marah om? mendengar itu ada level-levelnya lho om, ada di blog saya. *malah promosi* 😆
curhat yang sekedar nyampah tanpa bermaksud nyari solusi memang kadang bikin kuping merah om, capek dengernya.
pa cabar bang
salam hangat selalu
saya masih cukup baik lho, mas huang :D:D
tenang sajah…yang sabar yang akhirnya menang…:D
be strong ya
iya ya…bener juga ya
dengan banyak mendengar kita akan lebih bijak dalam bersikap dan setidaknya itu pelajaran kehidupan gratis…