Trololololo… trilililili… hag hag hag…
What a amazing grace?
Lusa lalu, HRD kantor saya datang menemui saya untuk meminta tolong membantu mengajar di kantor cabang. Perjalanan dua jam menggunakan jasa travel dari Palembang ke Prabumulih. Entah apa yang mendorong saya untuk mengiyakan tawarannya saat itu, apa ini loyalitas atau lololitas?
Dipikirkan saya saat itu, asik bisa ambil waktu luang liburan sembari kerja :mrgreen:.
Kota Prabumulih itu…
Ini kali kedua saya menginjak kota Prabumulih, kali pertamanya saat itu hanya numpang lewat menuju kota Pagar Alam. Menurut kacamata saya, Prabumulih adalah kota di sepanjang jalan lurus. Maksudnya, hanya di sepanjang jalan situlah aktivitas masyarakat berjalan. Saya agak kaget ternyata biaya hidup di kota ini lebih mahal daripada Palembang. Misalnya nasi ikan yang biasanya saya beli seharga IDR 6000 sampai IDR 7000, di Prabumulih bisa IDR 9000 sampai IDR 15000.
Sewaktu sampai di kantor cabang, saya sudah harus bersiap untuk mengajar.
Saya ditanya sama siswa, gimana pendapat bapak tentang Prabumulih? Prabumulih itu kota kentang alias kota kena tanggung. Saya udah tanya sama siswa-siswa disini, mereka kesulitan untuk cari tempat hiburan di kota yang hanya berjarak 2 jam dari Palembang. Mirip jarak tempuh dari Jakarta ke Bandung. Kenapa saya bilang kota tanggung, mau buka lahan bisnis juga agak sulit. Mereka lebih milih untuk ke Palembang yang bisa ditempuh satu hari saja bolak-balik.
Saya menikmati tiga hari di Prabumulih
Kemarin waktu istirahat, saya keluar sebentar untuk berjalan kaki. Tujuan saya ke sebuah distro baju karena waktu sampai di Prabumulih saya ada lihat distro itu, cuma masalahnya saya gak tahu lokasi persis distro itu dimana. Berhubung jalan Prabumulih cuma jalan lurus, makanya saya berjalan kaki lurus ikutin protokol jalan. Cukup jauh juga saya berjalan makanya saya putuskan balik lagi ke kantor karena gak menemukan lokasi distro itu.
Malamnya, waktu saya balik ke hotel untuk istirahat. Saya keluar sebentar untuk beli makanan di mini market. Oalahh… ternyata distro itu ada di dekat hotel. Untung saya gak berjalan kaki sampai ke ujung, bisa jadi saya balik ke hotel dan gak kerja. Jarak dari kantor ke hotel kurang lebih 600 meter.
Memang sebelum berangkat ke cabang, saya udah tanya sama temen yang minggu lalu udah bertugas. Dari dia saya cukup dapat informasi do and don’t. Saya gak berharap lebih, karena apa? Di sini saya belajar tentang kekurangan. Maka mau gak mau saya harus belajar tentang bagaimana merasa tercukupi dari kekurangan itu.
p.s : Maaf, saya gak ada skinsut tempat karena gak bawa kamera.
biaya hidup lebih maha mungkin karena di prabumulih banyak tinggal karyawa PT.TEL yang biasanya makmur2, sama kaya di Pangkalan Kerinci Riau, biaya hidup lebih mahal dari Pekanbaru, why…karena kerinci didomonasi karyawan PT.RAPP yang gajinya gd2. Apalagi kalau habis penilaian tahunan, wuih tiap bulan april harga2 jadi naik, bayam seikat bisa 3000 ato lebih.
kapan2 foto lagi dong makan-makannya.
Wah jadi penasaran seperti apa sih kotanya…. 😀
setiap perjalanan ke daerah manapun pasti ada hikmahnya
minimal pengalaman pasti dapat 🙂
ooo pantes ga update beberapa hari ini 🙂
jadi ada kelebihannya gak di prabumulih dibanding palembang? mungkin ada makanan khas nya yang enak atau gimana?
Wah kebetulan banget nih.. Tadi siang baru saja saya ke Prabumulih, ke kantornya Pertaimina.. Sekarang nginenpnya di Palembang.. BEsok baru pulang ke Jakarta.. 🙂
biaya hidupnya lebih mahal. kok bisa y??
kapan-kapan kalo ke Palembang mampir ke Prabumulih aahh. btw, Prabumulih itu semacam kota yang tanggung gak kena imbasnya Palembang? gitu bukan?
Kerja apa jalan-jalan hayoo… 😆