Satu minggu sebelum acara dimulai, saya sudah mendaftarkan diri untuk ikutin gathering yang diadakan keluarga Kompasiana di Ballroom Aryaduta Hotel, Palembang. Rasa penasaran saya akhirnya terjawab tadi malam sewaktu bertemu langsung dengan Mas Pepih Nugraha dan Iskandar Zulkarnaen dari Kompasiana.
Tepat jam 7 malam, Palembang diguyur hujan lebat. Saya dan Ilham, teman saya terjebak di parkiran Palembang Square Mall. Saat itu saya berinisiatif memakai jasa ojek payung dari anak kecil. Idenya saya yang memegang payung dari belakang sambil mencari tempat parkiran. Sumpah ini pengalaman pertama yang terjadi malam itu, puluhan mata orang melihat kita sedang berpayungan berdua di atas motor sambil anak kecil itu membuntutin kita dari belakang. Bukan apa, kita juga tidak mungkin mengikut sertakan anak kecil tersebut di atas motor. Basah tubuh diguyur oleh hujan tak perlu ditebak karena lokasi pertama yang kita tuju adalah toilet hotel. Setelah itu barulah kita siap masuk ke dalam ballroom.
Ballroom Aryaduta disulap sedemikian rupa sampai saya bingung sendiri dimana lokasi gathering Kompasiana. Acara gathering ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Kompas Fair yang mengadakan pameran buku-buku dari beberapa penerbit utama. Tentunya ini kesempatan langkah untuk pencinta buku dan membaca karena bisa mendapatkan buku-buku dengan harga diskon berkisar 15% – 50 %.
My Name is Huang
Setelah mengisi registrasi dan mendapat goodie bag berupa seperangkat alat sholat tulis (pena dan notes) dan kaos saya langsung duduk sambil menyapa teman-teman di komunitas blog wongkito. Acara tadi malam bisa saya katakan kopdar saya bersama teman-teman wongkito. Rasanya seru dan unik saja ketika ketemu sama mereka, ada yang perutnya makin membuncit, ada juga yang baru memasang gigi kawat, dan sebagainya.
We want more
Topik diskusi yang lontarkan oleh kompasianer, sebutan untuk pencinta kompasiana tampak semakin memanas sewaktu pertanyaan tentang perlindungan penulis. Dulunya menulis adalah kegiatan yang mengasikkan, tidak peduli kamu lulusan dari sarjana apa atau kamu yang belum sarjana yang penting kamu bisa menulis. Itu satu poin yang saya pegang dari guru Bahasa Indonesia saya sewaktu SMA. Dari situlah saya mulai menulis dari sudut pandang pengalaman saya pribadi, apa yang saya lihat dan alami saya mulai susun kata per kata hingga terbentuk sebuah tulisan.
 Â
Belakangan, saya mulai rada was-was untuk menulis sesuatu. Mengingat Indonesia belakangan ini seru dengan isu RPM konten lah, UU ITE lah dan lah lah lainnya yang mana kalau kamu tidak suka dengan tulisan saya atau tulisan saya menyinggung pihak-pihak tertentu maka akan ada hukumnya. Namun, setelah saya pikir sepulang dari gathering, kenapa saya harus takut untuk menulis? As long as tulisan saya dapat dipertanggungjawabkan maka saya bebas untuk menulis.
Â
Seperti yang diharapkan oleh Kompasiana bahwa tulisan yang mereka inginkan adalah tulisan yang bermanfaat dan bukan ecek-ecek seperti kata mas Iskandar kemarin. Maka diharapkan akan adanya Citizen Jurnalism yang berfungsi sebagai cikal bakal wartawan dan Kompasiana merupakan wadah untuk menampung semuanya itu.
Ekspektasi yang berlainan kutub
Saya bertanya sama mas Pepih, apa yang membedakan Kompasiana dengan blogdetak dan dag dug dig duer. Ternyata yang membedakan adalah bahwa Kompasiana bukanlah web agregator yang hanya menampilkan update-an terbaru dari member. Misi yang ingin dibawa oleh Kompasiana adalah menghasilkan semangat citizen jurnalism sesuai bidangnya dan tidak menyangkal kalau suatu saat Palembang dapat menjadi kontributor artikel untuk berita di Kompas.
Tampaknya terjadi perbedaan tentang ekspektasi antara Kompasiana dan peserta gathering. Ekspektasi yang diharapkan peserta adalah mereka mendapatkan suatu ilmu misal tentang bagaiaman rules menulis di Kompasiana, bagaimana menulis sebuah artikel dengan cepat, dan sebagainya.
Sebuah perjumpaan yang manis dan terimakasih
Tak terasa sesi waktu habis dan gathering ditutup dengan acara foto bersama. Semua makhluk sudah kembali ke habitatnya masing-masing. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul 9.30 PM, saya dan teman juga mau pulang. Bulan pada malam itu menunjukkan wujud yang penuh dan terang. Berjalan keluar dari hotel, kita berpapasan dengan Mas Pepih dan Iskandar. Keduanya mengajak untuk makan bersama, lalu saya rekomendasikan tempat makan yang masih buka malam itu dan jaraknya dekat dari hotel.
Last but not least…
Semoga akan ada perjumpaan kembali dengan Kompasiana di Palembang.
Salam hangat,
Huang
Semoga budaya menulis bisa makin berkembang.
igh, g ngajak ngajak..
lain kali ikut dong bang,,
saya tau sekali rumah makannya itu, hihi..
[…] Dimuat di harian Kompas. Saat itu sedang ada acara Kompasiana yang hadir di Palembang. Tulisan selengkapnya bisa dibaca disini. […]
halo salam kenal yah 😀
kebetulan lagi mampir n sekalian blogwalking nih. saya sendiri belum pernah ikut acara gathering semacamnya. ingin coba jadinya sekali-sekali 😀
salam kenal dan sukses selalu yah 😀
Huang punya blog jg d kompasiana yah?
hore saya keliatan di foto yg terakhit ituh 😆
walau bagaimana tetap harus hati2 menulis, blog ini kan ruang publik. ingat kalau yeiyy sudah diingatkan
Mantab. 🙂
Yap, selama tulisan kita masih bisa dipertanggungjawabkan, ga usah takut. 😆
Kayanya blog kompasiana itu kurang aksesibel ya? Kalau bukan member sama kayanya ga bisa bisa ikut menuangkan ide.
mari kita semua nge-blog hehehehe