BerandaTravelingIndonesiaTulehu, Kampung Sepak Bola Pencetak Pemain Timnas Indonesia

Tulehu, Kampung Sepak Bola Pencetak Pemain Timnas Indonesia

Author

Date

Category

Bang Edwin menepati janjinya untuk menemani saya keliling kota Ambon. Menjemput di Hotel Santika Premiere Ambon dengan motor bebeknya kami menuju ke arah timur Ambon yaitu Kampung Sepak Bola Tulehu. Dulunya tak ada yang tahu dengan kampung Tulehu, sampai cerita orang-orang sana diangkat ke film Cahaya dari Timur Beta Maluku yang diproduseri oleh Glenn Fredly.

Saya merasa sangat beruntung bisa berkunjung ke Kampung Tulehu dan Ambon.

Petunjuk jalan menuju Tulehu sudah saya pasangkan lewat Google Map. Bang Erwin sehari-hari berprofesi sebagai ojek pengkolan. Dia sangat informatif dalam menjelaskan tempat yang akan saya datangi. Motor bebeknya melaju dengan kecepatan 40km/jam saja. Diam-diam saya mengintip dari spion kaca, dia tengah menikmati rokok yang dia dihisap.

Naik Motor Menuju Kampung Tulehu

desa tulehu
Berhenti sejenak berfoto di depan Tugu Tulehu. Penanda sudah masuk ke Kecamatan Salahutu

“Bang udah mau gerimis, kita masih jauh?” seru saya ketika merasakan rintik menepuk tangannya.

“Masih, tapi kita nanti bisa menepi dulu sebentar kalau mau.”

Lampu sein kedap kedip ke arah kiri. Lalu lintas tampak lenggang, kebanyakan orang berkendara menggunakan motor. Perlahan motor pun menepi ke sebuah warung kecil yang sepi. Saya segera melepaskan helm yang dipakai. Cukup lega juga kepala setelah helm dilepas. Senyum tergambar dari pemilik warung, saya lantas meminta izin untuk berteduh sejenak.

peta kota ambon
Perjalanan kurang lebih 30 menit dari kota Ambon

Mata saya melirik Bang Erwin yang sedang merogoh sakunya mengeluarkan bungkus rokok yang kosong isinya. Kode itu segera saya tangkap dan menyodorkan selembar uang 20 ribuan meminta mild putih pada abang pemilik warung.

“Nih bang, biar hangat badan.” Sodorku sebungkus rokok padanya. Dia menyambut dengan girang dan segera membuka.

Mencium aroma petrichor sangatlah menyenangkan. Saya tidak tahu sedang berada di daerah mana, sepanjang ruas jalan hanya hampakan laut dan semak tumbuhan tinggi. Rasanya saya berada di luar kota Ambon. Dan keraguan saya ditangkap oleh Bang Erwin.

Persaudaraan ala Maluku

Pernah kalian merasakan desir hangat merayap di dalam dada ketika berjalan ke tempat baru dan menemukan suasana penuh damai dan aman?

Itu yang saya rasakan selama berkeliling dengan motor sama Bang Erwin.

“Bang, itu motor diparkir di depan tak apa-apa? Amankah?” seru saya kaget melihat langsung pemandangan yang tak lazim saya lihat.

“Aman. Sudah biasa kalau di sini.”

Pela Gandong merupakan budaya ala Maluku ini memiliki makna mendalam bagi seluruh orang Maluku sejak kerusuhan antar agama. Pela sebagai perjanjian persaudaraan antara satu negeri dengan negeri lain yang berada di pulau lain dan kadang menganut agama yang berbeda. Sedangkan Gandong memiliki makna kata saudara.

Sebuah konsep hidup yang secara sederhana diartikan sebagai Ale Rasa Beta Rasa. Kamu punya rasa, saya juga rasa. Pela dan Gandong menjadi pranata sosial yang berkembang sebagai suatu perekat hubungan sosial di antara umat Islam dan Kristen setelah pasca konflik Maluku tahun 1999.

Ale : Kamu

Beta : Saya

Konflik Agama, Sepak Bola dan Tulehu

warga kampung tulehu
Jalanan masuk kampung warga Tulehu

Tak disangka kalau konflik yang pernah terjadi di Maluku antar etnis Islam dan Kristen cukup meninggalkan luka mendalam bagi orang Maluku.

Jika melihat lebih dalam. Bisa jadi konflik Maluku bukanlah konflik agama, karena kalau itu konflik agama bisa jadi lebih buruk. Ada banyak orang Islam yang menyelamatkan orang Kristen dan sebaliknya dalam konflik. Agama seharusnya menjadi tatanan ideal. Namun, mungkin konflik ini bisa terjadi ketika masing-masing pihak salah dalam interpretasi. Sehingga dengan berbagai alasan untuk mempertahankan agama masing-masing. Banyak hasutan, namun tak sedikit juga seruan perdamaian dan persekutuan sebagai wujud dari berbagai perbedaan dalam menafsirkan ajaran agama.

Saat kebhinekaan sedang diuji, ternyata sepak bola jua yang mengharmoniskan perbedaan antar agama. Tulehu, sebuah desa di Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Jalur ini juga menghubungkan pulau-pulau lainnya di Kota Ambon, karena disini juga ada Pelabuhan Tulehu.

pelabuhan tulehu
Pelabuhan yang selalu ramai penumpang dari berbagai daerah di Ambon.

Dalam film Cahaya dari Timur, ada sosok Sani Tawainella yang berasal dari Tulehu. Dia mengajak anak-anak Tulehu buat berlatih sepak bola. Kampung Tulehu sebelumnya tidak banyak yang tahu, selain karena posisinya cukup jauh dari Kota Ambon juga kehidupan sosial budaya masih ketinggalan. Menurut cerita yang saya dengar, Tulehu termasuk yang terkena imbas konflik berkepanjangan di Ambon.

Niat Sani Tawainella melatih anak-anak bermain bola agar mereka tidak terpuruk dalam kenangan buruk kerusuhan. Siapa sangka membuat anak-anak Tulehu berhasil memenangkan kejuaraan U-15 di Jakarta dan membuat magis bagi kerukunan antar agama di Ambon pada saat itu. Oleh karena kisah nyata itulah yang membuat saya harus menginjakkan kaki ke Tulehu ketika datang ke Ambon.

Semangat Menancap di Lapangan Bola Tulehu

lapangan bola tulehu
Lapangan yang menjadi saksi tempat lahirnya pesepakbola terbaik Indonesia

Motor kami sudah memasuki perkampungan warga lokal, Bang Erwin berujar kalau semoga kami tidak telat karena biasanya anak-anak Tulehu sudah selesai latihan sepak bola.

Rumah warga kebanyakan berbentuk rumah kayu dengan teras yang luas. Saling berjarak antar rumah lainnya. Sesekali saya melihat ada semacam tanda salib besar di depan rumah warga, namun ada juga bangunan masjid dan gereja. Anak-anak bermain kejar-kejaran tanpa peduli orang tua mereka berteriak keras agar berhati-hati.

Roda ban motor pun berhenti di sebuah lapangan hijau. Kumpulan sapi-sapi sudah berdiam di bawah pohon menyantap rumput.

“Nah sudah tiba kita,” ajak Bang Edwin. Saya berjalan di sampingnya dan melihat pemandangan sekitar. Anak-anak sedang berlatih sepak bola dengan semangat. Kostum yang mereka pakai bagaikan kebanggaan sendiri untuk mereka. Dari arah jauh saya melihat ada seorang yang terus memantau dengan peluit menggantung di lehernya.

lapangan Taremball Matawaru
Lapangan Taremball Matawaru

Sungguh saya tak berani untuk mengganggu latihan mereka saat itu. Mengamati dari jauh anak-anak bermain bola dengan fokus. Latihan yang dilakukan cukup banyak pola. Saya melihat ada satu anak yang datang terlambat untuk latihan, oleh pelatih dia mendapat hukuman untuk melakukan push up sebelum pemanasan. Lengkap sekali suguhan pemandangan yang saya lihat.

Sepak Bola Darahku

anak desa tulehu
Mereka nantinya akan menjadi pemain sepak bola terkenal mewakili Maluku dan Indonesia

Tak jauh dari tempat saya berdiri, persis di belakang panggung stadion bertuliskan Taremball Matawaru. Lapangan ini pasti selalu penuh oleh warga untuk menonton anak-anak mereka sedang bertanding. Saya pun menghampiri anak-anak kecil dekat kursi penonton.

“Adek.. nanti mau jadi pemain bola juga ya?” tanya saya.

“Iya om!” serunya dengan cepat. Jika ditanya mengenai cita-cita, kebanyakan anak Tulehu akan menjawab ingin menjadi seorang pesepak bola profesional. Di sana juga banyak sekolah-sekolah sepak bola yang didirikan agar dapat memfasilitasi para anak dari kampung sepak bola tersebut. Belum lagi keadaan alam Tulehu juga mendukung dalam pembentukan fisik anak muda di sana untuk menjadi seorang pesepak bola profesional.

desa tulehu
Aksi cekatan dalam menggiring bola
desa tulehu
Pemanasan lari keliling lapangan sebelum bertanding
timnas indonesia
Sepak bola menyatukan masyarakat Maluku

Ternyata ada  tradisi yang unik di Tulehu, yaitu anak-anak sejak sudah dikenalkan dengan suasana yang ada di lapangan hijau. Jadi bukanlah hal yang aneh jika anak Tulehu sudah sangat akrab dengan sepak bola. Kemahiran anak-anak Tulehu dalam bermain bola ternyata bukan hanya berasal dari bakat alami, namun mereka juga sudah dididik sejak kecil untuk mencintai sepak bola.

Sayangnya saya tidak berlama-lama di Kampung Tulehu. Padahal damai sekali bisa melihat pemandangan anak-anak sedang berlatih sepak bola di sore hari.

Biar Damai Berkibar Bagai Bendera

desa tulehu
Dibalik pemain hebat, ada pelatih di belakang mereka

Lapangan sepak bola Tulehu menjadi saksi bisu melihat bagaimana semangat anak-anak berlatih sepak bola setiap petang. Sepak bola telah mengubah pandangan masyarakat setempat dalam melihat agama, suku, dan ras.

Kampung sepak bola Tulehu bukan sekedar kampung dengan penduduk yang gemar olahraga sepak bola saja. Nama-nama Hendra Bayauw, Hasyim Kipuw, Dani Lestaluhu, Abdul Lestaluhu, Alfin Tuasalamony (meninggal dunia pada November 2019 karena infeksi otak), Rizky Pellu dan Imran Nahumarury membuat Tulehu dikenal banyak orang.

Sekarang, tak seorang pun tak mengenal Tulehu, tempat lahirnya pemain sepak bola berbakat dari Maluku. Meski terdengar klise, sepak bola mungkin jadi jalan keluar untuk sebagian (jika bukan banyak) orang. Sebagai hiburan setelah satu pekan penuh memerah peluh untuk menghasilkan uang.

Perlahan Kampung Tulehu menghilang dari pandangan saya. Motor bebek melaju ke arah kota Ambon. Senang sekali melihat wajah Tulehu yang damai.

Semoga saya bisa kembali ke Ambon lagi.

***

Cara Pergi ke Kampung Tulehu

Dari Kota Ambon, dapat diakses dengan beberapa jenis transportasi seperti menggunakan ojek, angkutan kota atau menyewa mobil. Setiap transportasi memiliki tarif yang berbeda. Jadi sesuaikan saja dengan budget kamu.

Deddy Huang
Deddy Huanghttps://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

19 KOMENTAR

  1. […] Tulehu, Kampung Sepak Bola Pencetak Pemain Timnas Indonesia […]

  2. […] via Tulehu, Kampung Sepak Bola Pencetak Pemain Timnas Indonesia — Peregrination […]

  3. Terharu bacanya, semoga kelak makin banyak anak Tulehu yang bisa membawa timnas Indonesia jadi tim yang membanggakan prestasinya ya…

  4. Salah satunya yang kemarin timnas U-19 bukan ya? soalnya ada yang dari maluku juga, tapi aku lupa daerah mana gitu hahaha… Buset perjalanannya emang mayan banget ya. tapi kebayar banget ya dengan desa cantik ini …

  5. ah, Ambon.. memang menyenangkan sekali kota itu.. persodaraannya begitu kental.. dan pemandangannya duuh duuh…

    kalo dari peta, sepertinya tidak begitu jauh, hanya 25 KM saja ya, ternyata.. ?

  6. kalo pergi ke tempat yang baru pertama kali dan merasakan suasana yang nyaman, hangat, rasanya kayak dirumah. Meskipun saat itu jauh ribuan kilometer dari rumah, dan ini yang bikin saya betah kalo traveling.

    kampung tulehu muncul di film dan timeline temen-temen traveler, bikin saya juga penasaran untuk berkunjung kesana.
    Nggak nyangka ternyata kampung tulehu memiliki anak anak yang berpotensi untuk berprestasi di bidang olahraga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru