Siang terik. Rasa haus dan lapar sudah nggak ketolong lagi. Mobil Panther biru metalik-pun berhenti di jalan dokter Sutomo tepat rumah praktek dokter Susanti, spesialis kecantikan. Aku dan mama keluar dari mobil menuju rumah dokter, sementara kakakku menunggu di dalam mobil. Tenang aku bukan mau mengurus masalah kecantikanku (kalau boleh disebutkan tepatnya kegantenganku. Ha-Ha…), tapi menemani mama membeli bedak dan pelembab.
Udah lama juga aku nggak kontrol masalah kuliat wajahku, akhir-akhir ini agak bergelambir disekitar leher. Biasanya disuntik supaya kencang kembali. Dan sepertinya si dokter lagi enggan buat melakukan tindakan suntik sama aku, masalahnya sepele sih karena dia nggak pakai baju dinasnya. Penampilan bu dokter kaos bekerah dan celana pendek yang santai, jauh dari kesan seorang dokter kecantikan. Walaupun aku akui kulitnya emang bersinar, yaa wajar toh dia dokter kecantikan bukan dokter gigi!
Ya ya ya… aku bisa mengerti situasi si bu dokter, karena aku juga kadang melakukannya saat aku sudah ganti seragam kerjaku tiba-tiba ada siswa yang datang dan ingin melakukan konsultasi. Ada alasannya kenapa itu terjadi, dengan atau tanpa memakai seragam itu tanggung jawabnya udah berbeda. Seragam itu sesuatu yang sifatnya wajib dengan tanggung jawab yang dia bawa, sementara kalau dia udah menanggalkan seragam tandanya dia “melepas” tanggung jawabnya tersebut.
Biasanya siang hari jalan Sutomo sepi sama lalu lalang kendaraan, tapi entah kenapa banyak mobil yang seliweran dan parkir di samping rumah bu dokter. Oh ternyata ada rumah makan baru: Bumbu Desa. Penasaran sama cita rasa masakannya, aku dan mama coba masuk ke dalam sekalian sudah waktunya makan siang.
DORONG. Semua orang juga tahu kalau tulisan di pintu itu untuk di dorong. Bukan di TARIK.
“Selamat siang…” sapa seorang cowok berpenampilan abang dengan balutan celana batik gombrang, kemeja hitam, lalu pakai penutup kepala.
Konsep #bumbudesa sedikit mengadopsi food court. Pertama, bilang sama abang penyambut tamu untuk reserve meja. Kedua, antri buat pesan makanan sambil sebutin nomor meja yang udah kita reserve pas awal. Ketiga, pesan minuman langsung dari bartendernya. Keempat, baru kali ini ada tempat makan (restoran) yang kasih free charge lalapan dan teh tawar. Bagi aku ini satu konsep yang baru hadir di Palembang.
Menu yang ditawarkan emang “kampungan” sesuai motto mereka TETAP KAMI YANG KAMPUNGAN. Ayam goreng, tumis urab, tumis daun ubi, sayur asem, cumi. Oh yaa… aku nggak lihat ada ikan atau kerang. Sayang banget kalau rumah makan itu nggak ada dua menu yang aku sebutin tadi.
Ada rupa ada harga. Makanan “kampungan” tentu harganya juga nggak “kampungan” lah tapi ekonomis. Tenang cita rasa makanan ini nggak kampungan kok. Daripada kamu penasaran, makanya mampir dan cobain sendiri gimana rasanya #bumbudesa. Lokasinya di daerah Kambang Iwak, kalau kalian nggak tahu dimana jalan dokter Sutomo itu.
p.s : Selamat ber-wisata kuliner 🙂
p.s :
Setelah aku posting tentang #bumbudesa, beberapa orang tanya harga yang aku bilang murah itu kayak gimana:
1 Tumis Daun Singkong Teri = Rp 4500
1 Urab = Rp 4.400
2 Ayam Cabe Hijau = Rp 18.800
2 Jus Strawberry = Rp 18.000
2 Nasi Putih = Rp 5.000
Total = Rp 50.700 plus PPN 10% jadinya Rp 55.770
So… menurutku harganya ekonomis, kalau kelihatan mahal itu mungkin karena ada minus jus.
aq pengen reserve tempat utk buka puasa..
gimana crnya..
ad telp yg bs d hub g y?
“Udah lama juga aku nggak kontrol masalah kuliat wajahku, akhir-akhir ini agak bergelambir disekitar leher.”
ini subjeknya siapa, huang? mama atau dirimu?
emang bisa ya menghilangkan itu di leher? mantabs nih 🙂
dari dokter kecantikan yan9 meman9 cantik akhirnya ke makanan
hwaaaa..huaaaaann99…pickna bikin lapeerrrrrrrrrrr
ne bumbu desa yan9 dimana?
Dr.sutomo mana seeh 🙄
tiap mau makan bumbu desa yan9 dibo9or penuh terus,nda keba9ian parkir ju9a,belum kesampean neeh 😦
serius ada Bumbu Desa di Bogor. coba aja cari di sepanjang jalan Pajajaran. deket-deket restoran Papa Ron’s.
ups, lagi puasa ngomongin restoran kok gimanaa gituu ya?
enak banget bumbu desa. KEsan sederhana namun rasanya manatap banget dah…punya selera sendiri di mulut. Asyik banget.ngalahi fastfood tuh dan seafood tuh
salam mampir ke blog kami