Berani jutekin gue…
Sebagai konsumen aku bisa jadi konsumen yang cerewet dalam membeli suatu barang. Barang yang aku pengen tentunya berkualitas dan harga yang terjangkau (murah). Faktor lain biasanya aku lihat dari sisi pelayanannya, aku bisa saja membeli barang itu dengan harga yang sedikit mahal dari toko lain karena pelayanan yang dia beri itu memuaskan aku.
Contohnya kemarin siang aku coba cari kondom (baca :Â sarung karet) untuk hapeku. Beberapa counter sudah aku masukin dan bertanya tapi aku rasa harganya mahal untuk sebuah kondom. Sayangnya tak tik tawar menawar kurang mempan, makanya sulit dapat sesuai dengan budget di dompet.
Ada satu counter yang bikin aku kecewa sama pelayanannya. Kecewa sama mbak-mbak yang juteknya minta aku tabok. Mulai dari cara dia bicara, ambil barang, sampai tawar menawar semuanya jutek. Otakku berpikir untuk memberi pelajaran ke dia. Aku sengaja menyuruh dia ambilkan beberapa kondom lain dan coba di ponselku. Setelah itu aku tinggalkan begitu saja dan bilang nggak ada yang cocok. Sekilas aku lihat mukanya makin jutek. Masa bodoh dan kupikir bosnya harus menegurnya kalau nggak dijamin omzet penjualan bakalan turun.
Masalah customer service selalu jadi topik yang bikin aku gregetan, makanya kemarin judul skripsiku bahas tentang customer service. Seharusnya pengelola lebih menyadari pentingnya etika dan sikap yang baik terhadap konsumen. Memang kalau untuk toko kelas kecil, masalah customer service jarang diterapkan. Apalagi kalau berprinsip : mau beli silahkan, nggak mau ya silahkan pergi. Dijamin besok-besok nggak ada yang mau datang ke toko kamu lagi.
Mulutnya konsumen itu kan ibaratnya virus. Sekali kena virus nggak berapa lama infeksinya langsung menyebar. Belum lagi kalau si konsumen ini aktif di dunia maya, dia dapat segera membentuk opini publik tentang sesuatu dan mencari dukungan-dukungan.
Ada baiknya pendekatan customer service ke arah : if you were in my shoes. Jika kamu berada di posisi aku, apa kamu mau dapat perlakuan yang serupa?
p.s : Masa harga satu buah kondom dipatok 30 ribu? Muahaaaall…
komentar kedua saya,
Yaah semua orang juga kesal apabila diperlakukan begitu pada masa kini, yang mana konsumer adalah raja 😀
tapi kalo saya jadi anda, saya mungkin akan berpikir 2x untuk “memberikan pelajaran kepada dia”. Mengapa begitu?
Tidak akan ada asap apabila tidak ada api. Mbak counter tersebut jutek, pasti ada sebabnya, tidak mungkin tidak ada. Bisa jadi karena:
– Boss nya galak (digaji murah, tidak dikasih liburan, sering bentak-bentak anak buahnya, dsb)
– Faktor diri sendiri (lagi datang bulan, lagi stress, lagi terkena penyakit berat, baru diputus pacar, dapat IP rendah dari kuliah, dll.)
– Faktor keluarga (masalah finansial, terlilit hutang, pernikahan, finasial yang bermasalah)
– Dan berbagai faktor lain.
Justru malah saya akan kasihan sama mbak-mbak itu.
Nah, sekarang bagaimana apabila pertanyaan anda, dibalikkan ke diri anda sendiri?
Jika bro sendiri ada di posisi dia (dengan berbagai masalah yang menekan sehingga membuat anda stress) apakah anda sendiri masih bisa memperlakukan konsumer sebaik-baiknya? Masih bisa kah tersenyum?
ini ada link yang membantu inspirasi : http://afi-stenia.blogspot.com/2009/02/filosofi-truk-sampah.html
Ini komentar pertama saya ya:
yah itu bedanya di Indonesia dengan di tempat saya.
Di tempat saya: Hampir semua barang bisa dikembalikan dalam 30 hari. Bisa dikembalikan uang nya 100%, atau one-on-one replacement.
Di Indonesia: “barang yang sudah dibeli, tidak dapat dikembalikan 😆 ”
Di tempat saya: Justru orang indonesia cukup laku jadi pekerja, karena mau dibayar murah tapi kerjanya tidak kenal lelah.
mungkin mbaknya itu udah bete dari rumahnya kali.. , trus dibawa2 ke tempat kerja .. jadi, kamu deh yg kena imbasnya heheheheh
😉
bukan pengalaman pribadi kan?
mas dadi apakabar?…ahahay tadinnya bri kira kondom beneran lowh mas 🙂
bagaikan virus..masa seeh… 😛
dimana tuw huang ?
saya tertipu!!!
aya juga sebal klo ketemu pelayan yg jutek, bikin saya mls kembali kesana
wuah, sereeemmm…
mbak-mbaknya lagi ada masalah kali om…
customer service kan manusia juga, punya rasa punya hati
jangan samakan dengan pisau belati 😀
hueheuheue
gw kirain kondom yang satunya lagi 😆
emank sih kadang kadang yang ngelayanin pelanggan banyak yang gtu..
hahaha emang selalu ada aja yang begitu. mungkin karena gajinya berasa kurang kali ya. jadinya kerjanya asal2an…