Tadi aku berdiskusi sama teman. Topik tentang sistem pendidikan di Taiwan, karena dia lulusan sekolah bisnis di Taiwan. Aku tertarik dengan sistem orientasi siswa barunya, lebih manusiawi dan fun. Beda sekali dengan Indonesia yang kesannya “peloncoan”.
Setidaknya dalam peloncoan ada beberapa poin yang terlihat jelas:
- Masih ada senioritas yang mana junior harus sibuk mencari tanda-tangan si senior.
- Menggunakan pita warna-warni lalu dikepang di rambut.
- Menggunakan kantong plastik yang dianggap sebagai “tas”.
- Membawa celengan tanah liat.
- Jika memungkinkan menyuruh junior melakukan push up kalau melakukan kesalahan.
- (silahkan diisi sendiri).
Poin-poin yang di atas ini berbeda dengan yang temanku cerita. Semuanya nggak ada. Walaupun bentuknya orientasi siswa, tapi ini lebih ke arah keakraban ke sesama. Sebutan senior dan junior hanya sebatas etika agar saling menghormatin.
Sistem kelas di Taiwan berbentuk tingkatan, misalnya ada tingkatan 1, 2, 3, dan 4. Kamu yang baru masuk tentu berada di tingkatan 1. Sementara siswa di tingkatan 2,3, dan 4 yang berkewajiban untuk memberi acara pengenalan tentang orientasi. Biasanya mereka bersifat study tour untuk pengenalan tentang kota Taiwan itu sendiri. Namun yang uniknya adalah mereka yang berada di tingkatannya masing-masing ini memiliki pendamping dari tingkatan di atasnya. Misalnya aku sedang di tingkatan 2, maka aku berkewajiban untuk mendampingin 1 atau beberapa siswa di tingkatan 1. Tujuannya agar siswa di tingkatan 1 nggak merasa kesulitan masalah koneksi seperti meminjam buku-buku pelajaran atau bertemu dengan dosen atau asisten dosennya. Sementara yang di tingkatan 2 juga sama menjadi pengawasan anak di tingkatan 3.
Untuk menambah ikatan kebersamaan, biasanya mereka mengadakan acara makan bersama yang diadakan oleh siswa tingkatan paling atas itu. Misal aku di tingkatan 2, maka aku harus mentraktir siswa yang di tingkatan 1. Tapi aku juga akan mendapat traktiran makan dari tingkatan 3 dan seterusnya.
Menarik bukan?
p.s : Gimana sama masa ospek kamu dulu?
Ospek tidak selamanya dlkukan kkrasan . . .tnp kkrasan pun kita bisa mnjdkan mhasswa baru mnjd lbh mandiri,kreativ dan inovatif . . .
ingat, kehidupan mahasiswa itu berbeda dengan kehidupan sekolah menengah. tingkat kematangan seorang mahasiswa baru dapat diukur dan digembleng melalui masa orientasi. namun, perpeloncoan yang melibatkan kekerasan fisik tidak harus terjadi, sebab hal itu justru akan menimbulkan dendam dan permusuhan kepada angkatan atasnya.
kematangan orang gak bakal terbentuk cuman dari acara macam ospek. Dan kesuksesan sebagai mahasiswa tidak bisa dilihat dari cara dia menjalani ospek. ane udah sering liat, orang2 yang tahan sama ospek, tapi begitu masuk dunia kerja tetep saja goyah sama persaingan kerja. mental orang itu terbentuk dari pembelajaran atas kesalahan yang terjadi, dan tentu saja kesalahan tersebut berhubungan dengan bidang yang dijalani.
di kampus USA sepertinya tidak ada ospek (sok tahu banget nih hahaha 😛 )
1pe·lon·co Jw 1 v pengenalan dan penghayatan situasi lingkungan baru dng mengendapkan (mengikis) tata pikiran yg dimiliki sebelumnya; 2 a gundul tidak berambut (tt kepala);
me·me·lon·co v 1 menjadikan seseorang tabah dan terlatih serta mengenal dan menghayati situasi di lingkungan baru dng penggemblengan: para mahasiswa senior sedang ~ mahasiswa baru; 2 menggunduli (tt rambut di kepala);
per·pe·lon·co·an n perihal pelonco: rencananya ~ itu akan berlangsung selama tiga hari [sumber; kbbi daring]
kalo mengutip jenis perpeloncoan yang kamu sebutkan;
1. Masih ada senioritas yang mana junior harus sibuk mencari tanda-tangan si senior >> menurut saya ini bukan senioritas, melainkan agar si mahasiswa baru dapat mengenal kakak tingkatnya.
2. # Menggunakan pita warna-warni lalu dikepang di rambut. # Menggunakan kantong plastik yang dianggap sebagai “tas”. # Membawa celengan tanah liat >> ketika saya mengikuti masa orientasi kampus dulu, lebih parah dari itu. namun saya (dan kawan-kawan seangkatan) justru bangga. mengapa? karena bagi kami, untuk menembus spmb merupakan suatu prestasi, dan ‘dipermalukan’ seperti itu tidak ada apa-apanya, toh kami sekarang berstatus MAHASISWA.
3. Jika memungkinkan menyuruh junior melakukan push up kalau melakukan kesalahan >> oh, ini perlu! siapapun, kalau melakukan kesalahan tentu harus dihukum, bukan? dan kesalahan itu tentu ada tingkat toleransinya.
ingat, kehidupan mahasiswa itu berbeda dengan kehidupan sekolah menengah. tingkat kematangan seorang mahasiswa baru dapat diukur dan digembleng melalui masa orientasi. namun, perpeloncoan yang melibatkan kekerasan fisik tidak harus terjadi, sebab hal itu justru akan menimbulkan dendam dan permusuhan kepada angkatan atasnya.
*duh, jadi kangen masa-masa kuliah dulu*
menarik banget.. kayaknya sistem itu cukup seru
gua juga gak pernah setuju ama ospek. tapi herannya walaupun udah banyak korban kok ya tetep aja ada ya… aneh bin ajaib!
1pe·lon·co Jw 1 v pengenalan dan penghayatan situasi lingkungan baru dng mengendapkan (mengikis) tata pikiran yg dimiliki sebelumnya; 2 a gundul tidak berambut (tt kepala);
me·me·lon·co v 1 menjadikan seseorang tabah dan terlatih serta mengenal dan menghayati situasi di lingkungan baru dng penggemblengan: para mahasiswa senior sedang ~ mahasiswa baru; 2 menggunduli (tt rambut di kepala);
per·pe·lon·co·an n perihal pelonco: rencananya ~ itu akan berlangsung selama tiga hari [sumber; kbbi daring]
kalo mengutip jenis perpeloncoan yang kamu sebutkan;
1. Masih ada senioritas yang mana junior harus sibuk mencari tanda-tangan si senior >> menurut saya ini bukan senioritas, melainkan agar si mahasiswa baru dapat mengenal kakak tingkatnya.
2. # Menggunakan pita warna-warni lalu dikepang di rambut. # Menggunakan kantong plastik yang dianggap sebagai “tas”. # Membawa celengan tanah liat >> ketika saya mengikuti masa orientasi kampus dulu, lebih parah dari itu. namun saya (dan kawan-kawan seangkatan) justru bangga. mengapa? karena bagi kami, untuk menembus spmb merupakan suatu prestasi, dan ‘dipermalukan’ seperti itu tidak ada apa-apanya, toh kami sekarang berstatus MAHASISWA.
3. Jika memungkinkan menyuruh junior melakukan push up kalau melakukan kesalahan >> oh, ini perlu! siapapun, kalau melakukan kesalahan tentu harus dihukum, bukan? dan kesalahan itu tentu ada tingkat toleransinya.
ingat, kehidupan mahasiswa itu berbeda dengan kehidupan sekolah menengah. tingkat kematangan seorang mahasiswa baru dapat diukur dan digembleng melalui masa orientasi. namun, perpeloncoan yang melibatkan kekerasan fisik tidak harus terjadi, sebab hal itu justru akan menimbulkan dendam dan permusuhan kepada angkatan atasnya.
*duh, jadi kangen masa-masa kuliah dulu*
Hhm,m…saya pun sebenarnya mendambakan Ospek yang lebih manusiawi dan berwawasan pengetahuan serta kemandirian. Lha masalahnya, Wong Dosennya saja pro yang perploncoan ee Mas…Jadi yaa 🙁
Ini ada uneg2 saya mengenai PPI di Kampus STKS Bandung http://bocahbancar.wordpress.com/2009/08/05/ppi/
Jaman sy dulu juga tidak terlalu jauh beda, senioritas masih mendominasi..
Sepertinya silabi OSPEK perlu dikaji ulang ditiap kampus.
Mencontoh kampus di Taiwan bagus juga tuh.
Sukses dgn kuliahnya! 🙂
Pisss 😀
Wah indahnya jika kampus atau sekolah di Indonsia seperti ini. Sepertinya bangsa yang ramah (ciri khas Indonesia) sudah beralih kebangsa lain