BerandaCulinaryPempek, Menjual Kebanggaan Tradisi Indonesia

Pempek, Menjual Kebanggaan Tradisi Indonesia

Author

Date

Category

Dalam penerbangan pesawat Garuda GA 117 dari Jakarta menuju Surabaya. Kira-kira memakan waktu 1 jam penerbangan untuk sampai ke bandara Djuanda. Penerbangan sore itu ternyata kurang bersahabat dengan cuaca. Disertain gerimis dan kabut menutup pemandanganku dari sisi dalam kaca jendela pesawat.

“Kopi? Teh? Jus?” tawar seorang pramugari. Senyum yang menawan.
“Teh,” pintaku sambil member senyuman ke arah pramugari. Lanjutku, “Cece?” sambil menoleh ke arah bangku samping. Cece itu sebutan untuk anak perempuan yang umurnya lebih tua menurut adat Thionghoa.

Dua cangkir teh dalam gelas plastik. Hangat. Lumayan untuk menghangatkan suasana yang dingin. Dengan erat kedua tanganku meremas gelas plastik dan menghirup seteguk. Aliran teh-pun mulai menjalar turun ke kerongkonganku.

“Pernah kepikiran ga pengen jadi orang Indonesia, ce? Atau terlahir di Palembang?” tanyaku. Ce Levi mengernyit keningnya sambil tetap memegang gelas plastiknya.
“Dek, aku bersyukur bisa lahir di Indonesia dan tinggal di Palembang,” jawabnya. Seolah tahu arah pertanyaanku selanjutnya. Dia melanjutkan, “Pertama, Indonesia itu kaya sama sumber alam dan budaya. Kedua, tinggal di Palembang itu ga seburuk yang kamu bayangin dek. Coba kamu lihat Bengkulu yang kadang kena gempa, Aceh yang kena Tsunami, Jakarta yang macet. Nah Palembang? Dan semoga nggak terjadi bencana yang wah.”

Aku berkontemplasi sejenak.

Hingga liburan sudah usai…

Dua minggu berada di kota orang. Saatnya untuk pulang ke Palembang. Dalam pesawat terbang, aku merasa ada yang sangat aku kangenin. Pikir sejenak. Ternyata aku kangen pempek!

bb-pempek

“Ce, aku udah ga sabar nyampe Palembang. Aku udah kangen pempek!” seruku.
“Iya sama! Kangen juga makan pempek!”

Produk pempek sudah jadi makanan khas kota Palembang. Aku pernah nonton sinetron ada dialog Pretty Asmara dengan gayanya yang tambun dan rambut kriwil bilang sama keponakannya.

“Mbak, saya mau rantau ke Palembang.”
“Hah! Buat apa? Mau jadi jurangan pempek lu?” pupil mata Pretty langsung merekah waktu dengar kata Palembang. Hahaha.. bahkan Pretty Asmarapun mengakui kalau pempek itu makanan khas kota Palembang.

Waktu di Surabaya dan Jakarta kemarin coba makan pempek di food court. Ada tulisan: PEMPEK PALEMBANG. Penasaran sama rasa pempeknya, kita coba pesan dan makan. Ternyata rasanya masih kalah tanding dengan buatan orang asli Palembang. Kita kompak sama-sama bilang kalau cita rasa yang beda. Dari sisi rasa pempeknya, aroma, dan cuko.

Aku googling dan akhirnya menemukan resep pempek:

bb-pem

ADONAN DASAR PEMPEK

Bahan:

* 500 gram daging ikan tenggiri atau ikan gabus (pilih yang betul-betul segar)
* 10 sendok makan air es
* 2 1/2 sendok makan tepung terigu
* 150 gram tepung kanji
* 2 sendok teh garam
* 1/2 sendok teh vetsin

Cara membuat:

* Haluskan ikan dengan saringan sampai lembut.
adonan1

adonan2
* Masukkan air es, vetsin, dan garam. Tambahkan tepung terigu dan kanji aduk hingga tercampur rata.
adonan3

adonan4
* Bentuk adonan sesuai dengan jenis pempek
adonan5

adonan6

TIPS:

  • Makin segar ikan, makin baik hasil pempek yang Anda buat. Usahakan menyimpannya dalam lemari pendingin atau freezer.
  • Banyak variasi resep pempek yang ada. Yang patut diingat, semakin banyak cairan (air), makin banyak kanji yang harus ditambahkan. Biasanya, hasilnya jadi makin keras.
  • Bila Anda kesulitan membentuk pempek, lumuri tangan Anda dengan minyak, jangan dengan tepung kanji, karena makin lama makin banyak tepungnya membuat adonan menjadi keras.
  • Menggoreng pempek selalu di dalam minyak panas agar pempek tidak merekat di dasar wajan. Baik sekali kalau Anda menggunakan wajan dengan bahan teflon. Menggoreng pempek sebaiknya tidak terlalu lama agar tidak pecah dan meletus.

 

CUKO PEMPEK

bb-cuko

Bahan:

* 250 gram gula merah, disisir
* 50 gram asam jawa
* 2 sendok teh cuka
* 750 ml air
* 5 siung bawang putih, cincang halus
* 2 sendok makan ebi dihaluskan
* 20 buah cabai rawit, dihaluskan
* 1 sendok makan tongcai, cincang halus
* 1 sendok teh garam

Cara membuat:

* Didihkan gula merah, asam jawa, air, dan cuka lalu saring.
* Masukkan bawang putih, ebi, cabai rawit, garam, dan tongcai.
* Didihkan kembali lalu angkat.

Bingung tongcai itu apa?

tongcai

Tongcai adalah sejenis sayuran yang diasinkan dan biasanya terbuat dari lobak.

Okey..

Entah dari mana aku pernah dengar ada yang mengatakan orang Palembang kreatif dalam hal kreasi jenis makanan. Dari bahan dasar ikan bisa dijadikan berbagai macam jenis pempek. Jenis pempek yang mulai dari pempek kapal selam (telur ayam yang dibungkus sama adonan pempek lalu direbus dan digoreng). Selain itu ada pempek lenjer yang tengahnya dibelah lalu ditambah kecap manis dan ebi, pempek bulat (adaan), pempek kulit ikan, pempek pistel (isi irisan pepaya), pempek telur kecil, dan pempek keriting. Betul kan? Satu olahan bisa dapat mendapatkan berbagai macam jenis.

Ada satu jenis pempek lagi yang disebut pempek dos. Ide pempek dos ini muncul melihat penggunaan ikan yang semakin meningkat juga mengakibatkan harganya menjadi lebih mahal. Kalau mengurangi komposisi bahan tentu juga cita rasa pempek akan menurun. Pempek dos terbuat dari tepung kanji yang ditambahkan penyedap rasa, tanpa campuran ikan. Hasilnya nanti bisa direbus dulu baru nanti diolah lagi dengan cara menggoreng. Rasanya tetap sama enaknya dengan pempek yang berbahan dasar ikan.

Sekarang ini persentase pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Melihat sudah banyak hotel dan restoran juga menghidangkan pempek sambil menunggu datangnya pesanan. Ditambah kios yang menjual oleh-oleh khas Palembang yang ada di bandara Palembang. Tentunya keadaan perekonomian akan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Walaupun resep pempek Palembang telah banyak “bocor” di internet, tapi jangan takut. Pempek Palembang tetap jadi ciri khas kota Palembang. Backpacker domestik atau mancanegara yang belum mencoba pempek dan pedasnya cuko waktu berkunjung maka bisa dibilang belum sah menginjak kota Palembang. Sama kayak Tari Pendet yang mana semua orang sudah tahu, bahkan wisatawan asing pun tahu kalau Tari Pendet itu asli budaya Bali! Sampai negara tetangga malah mengakui kalau itu budaya mereka?!

Kalau dijabarkan setidaknya ada 32 daftar klaim budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, dan dieksploitasi secara komersial sama oknum warga negara asing atau negara lain. Kalau kamu merasa ada budaya Indonesia yang lain juga diklaim sama orang lain, jangan sengan untuk melaporkan dengan mengirim email ke alamat office [at] budaya-indonesia.org.

Sangat disayangkan saat pemerintah sedang berusaha mengklaim balik budaya Indonesia yang telah disalahgunakan, kita sebagai rakyat Indonesia tidak mendukung gerakan Indonesia Unite. Indonesia Bersatu. Indonesia Unite adalah sebuah gerakan, sebuah pernyataan sikap bahwa bangsa Indonesia bersatu. Kami Tidak Takut!

bb-iu

Aku bangga menjadi bangsa Indonesia:

Rasa bangga untuk mengibarkan bendera merah putih

Rasa bangga untuk menggunakan produk lokal

Rasa bangga untuk lebih menyimpan pundi Rupiah

Rasa bangga untuk berkuliner di Indonesia

Rasa bangga untuk berwisata di Indonesia

Rasa bangga untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan menghapal Pancasila

Rasa memerlukan pembenahan diri untuk kehidupan lebih baik!

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

2 KOMENTAR

  1. hmm… kayanya enak yah.. maklum di tempat saya di kalimantan enggak ada yang jual empek2.. eh sekarang merantau ke semarang buat kuliah baru satu kali doank itu saja di beliin mantan dan bertahun” yang lalu. ah jadi penasaran hmmm.. mungkin beda rasanya dengan yg asli yah om.hehe

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru