Sunyi Tak Berarti Kesepian
Tidak ada siapa-siapa lagi di ruangan tamu, hanya ada saya berdua dengan mbak Dian. Obrolan kami seolah memiliki frekuensi yang sama tentang bagaimana lewat tulisan kita dapat menaikan pamor pariwisata Indonesia. Barangkali yang kita lakukan kecil dan sederhana namun apabila dilakukan secara konsisten suatu saat kita akan melihat hasilnya. Suara saya yang sudah hampir menghilang karena batuk berkepanjangan ternyata membuat saya terus menghabiskan air minum. Padahal yang seharusnya saya lakukan adalah segera beristirahat. Tapi, tipikal orang seperti saya yang senang bercerita menuntaskan rasa penasaran saya mencari tahu apa hal yang baru sudah pasti ini bukanlah waktu yang tepat untuk tidur.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam, sama sekali tidak ada lagi tanda-tanda keberadaan orang di pulau ini. Semuanya masuk ke dalam bilik ruang. Hembusan angin semakin kencang, membuat kami akhirnya mengakhiri obrolan malam dan kembali ke kamar masing-masing. Saya memutuskan malam itu tidur di luar tepatnya ruang tamu karena begitu melihat isi kamar rasanya tak tega menyempil di antara Yayan, Mas Aries dan Mas Arif yang sudah terlebih dahulu menuju “Pulau Kapuk” dengan nada-nada saling bersautan.
Entah kenapa tidak biasanya mata ini terasa sulit untuk memejamkan mata sejenak. Beristirahat. Bunyi deruan ombak mengenai dermaga masih dapat saya dengarkan dalam keadaan sunyi. Sunyi bukan berarti kesepian. Padahal jarak dari rumah dan dermaga cukup jauh. Kalau sudah seperti ini, biasanya saya hanya berharap waktu cepat berlalu menuju subuh. Ya, subuh adalah waktu terbaik di saat semua orang sedang asyik bergumul dengan selimut hangat tapi akan ada orang rajin yang akan menjalankan ibadah subuh. Setidaknya saya tidak merasa sendirian.
Waktu tidurku sepertinya cukup kacau karena setiap jam selalu terbangun, seolah mendengar suara bisikan. Ketika tidur saya terjaga, ternyata istri Bang Jon baru balik dan dia memberitahu kalau listrik genset akan dimatikan sampai esok pagi. Saya melirik sekilas sekitar pukul 11 malam, untunglah semua baterai kamera dan ponsel sudah terisi penuh. Pilihan tidur di luar sepertinya membuat saya berhalusinasi ditambah lolongan anjing di samping jendela membuat saya makin penuh tanda tanya. Beruntung bunyi alarm segera membangunkan mereka yang sudah tertidur pulas. Satu per satu mereka keluar dari kamar dan saya merasakan sekeliling udara normal kembali. Berbeda seperti yang saya rasakan sebelumnya saat tengah malam.
Bagaikan Menanti Suatu Harapan
Pagi ini kami datang dengan harapan dapat menyaksikan matahari terbit. Hanya satu kata yang dapat membuat kami segera bergerak cepat keluar menuju pantai Pulau Pisang yaitu “Peh!”. Kosakata bahasa Palembang yang membuat kami langsung mengerti dan memahami makna kata tersebut. Saya segera meraih totebag dan berjalan ke arah bibir pantai. Tahukah kalian kalau the best make up itu adalah saat baru bangun tidur pagi hari. Di sana lah kita dapat melihat wujud asli seseorang yang tadinya pintar melukis alis mata dan berdandan, ternyata pagi ini mereka semua tampil apa adanya. Saya tersenyum melihat penampilan kami masing-masing.
Kami pun duduk di kapal jukung milik warga. Tiba-tiba Yayan kembali lagi bersuara, “Ded.. ded.. itu anjingnyo melok nah.. jangan ajak ke sini yee..” segera saya melirik ke arah belakang. Kali ini saya bahkan lebih dekat dengan dirinya, duduk di sampingnya sambal mengelus kepala si anjing. Anjing ini memiliki tubuh yang kokoh dengan bulu yang terawat. Kadang matanya tertutup menikmati tiap elusan yang saya lakukan dari kepala hingga lehernya. Tampaknya dia menyukai perlakuan manja yang diberikan oleh saya dengan mengibaskan ekor belakangnya.
Saya mengambil potongan kayu yang ada di sekitar kemudian melempar jauh. Ternyata dia sigap segera berlari mengejar dan mencari potongan kayu yang sudah tadi dibuang lalu kembali datang mendekati arah saya. Beberapa kali saya lakukan sampai saya menghentikannya. Sepertinya memang ada chemistry antara saya dengan dia sejak pertama kali datang. Sampai kami pun bertanya kenapa hanya saya yang didekati oleh dia? Apa kita pernah berjumpa sebelumnya?
Udara pagi memang menyegarkan pikiran, setidaknya untuk udara Pulau Pisang yang masih jauh dari polusi. Perlahan-lahan masuk ke dalam rongga paru-paru naik ke atas membersihkan apa sudah ternoda. Ini adalah oksigen murni. Seberapa banyak harus saya hirup pagi hari ini? Sejenak saya melupakan melihat matahari terbit, karena awan masih pekat menutupi kesempatan kami untuk menikmati pagi. Namun, nikmat pagi sejatinya sudah kami nikmati tanpa harus menantikan kilau matahari terbit yaitu kebersamaan dan udara yang sejuk.
Pandangan saya terusik melihat kesendirian Mas Aries berada di atas dermaga yang sudah bersiap dengan tripod dan kamera menantikan sunrise dari dermaga. Kali ini saya ingin melihat lebih dekat kondisi dermaga yang sudah rusak berlubang besar. Pantatku ingin segera menjatuhkan diri duduk di pinggir dermaga menikmati apa yang disuguhkan pagi ini sembari melanjutkan bacaan buku yang saya bawa untuk menghabiskan waktu kosong. Suasana Pulau Pisang sangat strategis, Gunung Pugung seolah sangat dekat dengan jarakku. Kabut tipis masih menyelimuti di sekitar.
Sebentar, apa kalian pernah merasakan seolah beban yang ada di pundak kalian sejenak berkurang setelah duduk berdiam diri menikmati pemandangan yang ada di depan kalian? Ufuk sudah menunjukkan sinarnya walau bukan keemasan karena awan masih berusaha menutupi sinarnya. Namun, saya tidak mau menggerutu atau menodai pagiku karena saya tahu apabila berjodoh maka akan ditunjukkan. Sebaliknya, saya terus melanjutkan membaca sesekali melirik Mas Aries yang terus mengatur kamera untuk mendapatkan foto terbaiknya.
Kuberi Nama “Ogik”
Saya merasakan kehadiran seseorang di belakang, dia mengambil posisi persis di sampingku dengan posisi badannya yang tegap. Saya melirik ke samping menghentikan sejenak bacaan buku “Hidup Itu Sederhana” dari Desi Anwar. Lirikkan mataku terus tertuju pada anjing ini. Heran kenapa dia bisa setenang begitu dengan orang baru seperti saya. Lalu saya mulai mengajaknya berkata-kata : “Kamu kenapa sih ikutin aku terus? Tuh di sana masih banyak teman-teman yang lain.”
Dia hanya memalingkan wajahnya sejenak ke kiri lalu menunduk ke bawah. Sejak awal datang dia sudah masuk dalam frame foto saya dengan posisi seperti saya adalah tuannya. Dia pun tak pernah menggonggong apabila berdekatan. Tapi yang saya tahu dia adalah anjing yang pintar untuk berpose, tanpa saya sadari ternyata Mas Aries menangkap momen saat saya sedang bersama dengan si anjing. Indah sekali kami dalam satu frame.
“Kamu aku kasih nama Ogik ya? Suka?” Dia pun segera menjulurkan lidahnya dan menegakan badannya. Sekilas saya melihat sinar matanya seolah ada tatapan optimis dalam dirinya yang membuat saya tertular aura pesonanya. Memesona itu adalah ketika kita dilirik oleh orang karena suatu reaksi yang kita lakukan secara sederhana. Sehingga membuat orang lain akan terpukau bahkan senang berada di dekatnya. Tampaknya aura saya berhasil membuat Ogik memesona terhadapku. Sempat saya mengira apa dia merasakan kesepian sebab seharian mengeliingi Pulau Pisang saya hanya melihat satu anjing, sisanya gerombolan kambing.
Langit sudah semakin cerah membuat kami bergegas kembali ke dalam rumah untuk bersiap diri kembali ke Krui. Ogik terus mengikutiku dari belakang menuju ke rumah Bang Jon. Pagi ini saya mendapatkan teman baru di Pulau Pisang. Kalian tentu bertanya kenapa saya memberi dia nama Ogik, sebab dulu saya pernah memiliki seekor anjing dan nama Ogik selalu melekat sewaktu saya melihat sosok anjing yang pintar.
Kapal jukung kami telah siap untuk mengangkut kami kembali ke Krui. Satu per satu mulai naik ke atas kapal yang telah dinyalakan mesinnya. Arus air laut pagi ini lebih kencang, perlahan kami mulai meninggalkan Pulau Pisang yang telah memberikan kenangan indah di tiap benak masing-masing. Saya tak lupa berpamitan dengan Ogik meninggalkan dia di rumah Bang Jon. Sepertinya Ogik menyadari kalau saya akan berpamitan. Lagaknya seperti biasa membalikkan badan seolah tidak ingin disapa namun dia tetap ingin masuk dalam frame foto bersama kami di depan rumah Bang Jon. Anjing pintar!
Berjumpa Gerombolan Lumba-Lumba Di tengah Laut
Sewaktu perjalanan kembali ke Krui, kami dikagetkan dengan bayangan yang melompat-lompat dari dalam air. Kami semua yang berada di atas kapal jukung berteriak histeris seketika!
“Lihat! Lihat! Itu lumba-lumba!… whoaaaa….”
“Buruan fotoin… rekam video.”
Rombongan lumba-lumba itu jumlahnya lebih dari 10 ekor, mereka bergerombolan bahkan ada yang berada di dekat kapal kami kemudian dia meloncat. Beberapa kali saya gagal mendapatkan foto lumba-lumba akhirnya memutuskan untuk menikmati saja perjalanan kembali ke Krui. Sejatinya ada momen yang memang tidak bisa saya tangkap lewat kamera sisanya menikmati dan menuliskan kembali apa yang saya rasakan. Bertemu dengan lumba-lumba seolah bonus perjalanan kami agar kami terus mengenang cerita manis saat itu.
Lumba-lumba di Pesisir Barat menjadi ikon baru pariwisata setempat. Sungguh membuat saya makin ingin berkeliling Bandar Lampung dari tiap sudut. Semoga saja ada kesempatan untuk kembali ke Lampung dan bercerita kembali di deddyhuang.com.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, ada suatu perasaan yang sudah kurasakan sejak pertama kali datang. Menginjakkan kaki menyentuh pasir putih. Apalagi setelah berjalan kaki melihat saat ke masjid sambil melihat suasana perkampungan warga di Pulau Pisang. Saya suka suasana tenang dan teduh. Perasaan inilah yang saya ingin saya ungkapkan sedari tadi, namun sulit sekali menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan eksotisme Pulau Pisang dengan segala potensi wisata indah yang dimiliki oleh Pesisir Barat, Lampung.
Kalau kalian berkunjung ke Pulau Pisang, semoga berjumpa dengan Ogik. Pintaku selfie-lah dengan dia dan kirimkan fotonya untukku. Sampaikan salam rinduku dengan dia. Banyak teman yang bilang untuk membawa Ogik pulang, namun hatiku berkata tidak Ogik harus di Pulau Pisang agar ada alasan untukku kembali lagi ke Pulau Pisang menikmati syahdu dan tenangnya pulau tersebut. (DH).
Tips & Budget Berkunjung ke Pulau Pisang
Saya termasuk senang buat mix-match pakaian dan perlengkapan saat traveling. Bagi saya ada suatu rasa yang sulit diungkapkan. Namun kalian pasti pernah mengalami hal yang sama. Entah kenapa tiap traveling hasrat ingin belanja selalu sulit dibendung, tapi kalau masih ada barang yang masih bisa digunakan yang dipakai saja. Kecuali seperti membeli pakaian baru agar tampil maksimal 😀
Selain kalian juga mempersiapkan kebutuhan barang pribadi selama traveling sudah pasti menyiapkan budget selama liburan. Berikut rincian gambaran budget yang dihabiskan selama di Pulau Piasng.
- Kalian dapat menggunakan mobil travel dari Bandar Lampung ke Krui dengan harga Rp 100.000,-.
- Sewa kapal jukung ke Pulau Pisang dari Pelabuhan Kuala Stabas sekitar Rp 25.000,-/orang untuk sekali jalan namun harus menunggu kapal sampai penuh penumpang sekitar 10 – 15 orang. Apabila kalian datang dengan rombongan dapat menyewa kapal jukung dengan biaya Rp 600.000,-/kapal (PP). Sudah termasuk bonus mencari ikan lumba-lumba di pagi harinya.
- Homestay Bang Jon menyewakan kamar dengan biaya sewa Rp 200.000,-/orang/malam dan sudah termasuk 3 kali makan (sarapan, makan siang, dan makan malam).
- Sewa motor untuk berkeliling di Pulau Pisang Rp 60.000,-/motor.
- Pastikan membawa sunblock SPF minimal 30.
- Selalu bawa baterai cadangan dan powerbank.
- Bawa perlengkapan mandi sendiri.
- Pulau Pisang kurang cocok untuk snorkling karena ombaknya kencang. Kalau untuk surfing masih memungkinkan.
- Contact person : Aries Pratama (082186839738) bagi kalian yang membutuhkan orang lokal untuk menyediakan paket perjalanan ke Krui dan Pulau Pisang.
Terimakasih kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Bandar Lampung yang mengajak saya untuk menikmati Pesona Krui 2017. Cari tahu tentang Pesisir Barat, Krui lewat Instagram @kruitourism dan tagar #PesonaKrui #IjaMitKrui
Baca cerita sebelumnya : Jelajah Pesona Pulau Pisang, Krui (Bagian 1)
Baca cerita keseruan teman perjalanan saya selama di Pulau Pisang!
- Annie Nugraha : Hatiku Tertambat di Pulau Pisang
- Dian Radiata : Pulau Pisang Lampung
- Haryadi Yansyah : 24 Jam Bermanjah di Pulau Pisang
- Katerina : Jelajah Keindahan Pulau Pisang Pesisir Barat
[…] Selain itu kami pun juga mampir ke Pulau Pisang yang dikenal memiliki laut yang biru pekat dan lumba-lumba saat kita sedang ingin menyeberang di pagi […]
[…] selalu ada alasan bagiku untuk kembali, menjenguk Ogik […]
Pingin ikutan juga saya !!
pasti bisa hilangin rasa streess di depan PC !!
apa lagi banyak teman blogger disana …wowww gak sabaran aku !!
Semoga nanti bisa ke Krui ya mas.
Wah seru sekali lihat lumba-lumba. Dulu ke kiluan gak sempet liat lumba-lumba 🙁
Lumba-lumba itu seperti jodoh. Kalau memang jodoh ya ketemu kak 😀
Sepakat
[…] dunia. Hanya saja potensi wisata alamnya belum tereksplorasi. Namun, kalian dapat membaca tulisanku sebelumnya mengenai pulau yang tenang dan teduh […]
Makasih mas untuk tips dan bugetnya,
Izin save nomer orang lokalnya ya 🙂
Iya silahkan, kalau ke Krui bisa menghubungi Mas Aries 🙂
wuahhh ada dolphin, pingin lihat dolphin berenang dari dekat gitu di laut lepas jugaaa
Bucket list satu udah dicoret.. sisanya mau lihat pengalaman yang laen hehe
Jadi kepingin main ke Pulau Pisang nih, Thanks juga dah ngasih Tips & Budget Berkunjung sangat bermanfaat nih ..
Ayo lah mas, mumpung lagi ada Festival Krui 2017 nih..
Pas ke Lampung kemarin belum ada yang cerita tentang Pulau Pisang. Ogik lucu ya? Kok bisa ada anjing tak bertuan akur gitu sama orang asing. Sempat makan seruit ga? Menurutku itu makanan terenak di Lampung.
Udah pernah lihat dari kejauhan . . LAMPUNG memang bangga punya pulau ini
Kunbal gan
Masa, lihat pas di mana nih mas aang?
Waktu lihat foto-foto para blogger di IG tentang Pulau Pisang ini saya pikir di Kalimantan. Dan saya baru ngeh kalau yang di Kalimantan Tengah itu bukan Pulau Pisang tapi Pulang Pisau. Hehehe…
Wih nama nya hampir mirip ya mbak.
Lampung memang mempesona tak hanya keripik pisang coklatnya yang indah ditenggorokan namun pulau pisangnya juga 😀
Pesona Indonesia di Lampung ok sangat ya. semoga kesampaian kesana tahun ini
Aamiin. Semoga saja bisa berkunjung ke salah satu destinasi ya mas.
Nitip sama Aries kalau ke Pulpis lagi suruh fotoin Ogik 😀
Dia kayaknya lebih sering ke sana bawa tamu hehe
Pulaunya cantik banget, semoga suatu hari nanti bisa ke Pulau Pisang 🙂
Btw, waktu aku kecil sekitar SD deh, punya anjing kampung seperti Ogik itu, tapi bulunya hitam. Persis Ogik. Dekat banget sama aku dan adik/kakak, kalau berangkat sekolah gitu, dia yang semangat nganterin sampai gang dekat rumah. Katanya, anjing tahu mana orang yang tulus sama dia 😀
Lebih tepatnya tenang dan enak buat refreshing mbak Indah. Kata teman saya yang pencinta anjing juga bilang yang sama, katanya dia tahu dengan siapa mau dia deketin hehe..
Itu dermaganya horor juga ya, hehe. Anyway br nyadar Koh Deddy langsing euy:D
Makanya agak hati-hati mbak pas di dermaga. Cuma ini jadi keunikan sendiri kayak jadi ikon Pulau Pisang.
Dermaga tua itu malah tampak eksotis ya
Foto ala2 prewed juga kayaknya bakal cakep tuh disana
Btw itu si Ogik tau aja ya mana yang cocok jadi sahabat hehehe
Iya emang sering dipakai sama orang buat foto pre wed mbak Arni.
Ogik itu dia anjing yang penurut kalau kubilang.
Rekomendasi merk sunbocknya dooonnkk 😀
Oh ya, udah berkirim kabar dengan Ogik belum sepulangnya dari sana? 😀
Macem-macem mbak April, dari Vaseline yang paling murah, atau Nivea atau bisa juga Banana Boat.
Aku suka foto yang jejak kaki di pasir. Kok kepikiran ngefoto kaya gitu. Kreatiiff.
Aku suka foto jejak kaki, soalnya nandain aku udah pernah ke mana aja, Gesi.
ternyata Lampung punya pulau cantik juga hihihi
Sumatera memang belum terlalu banyak yang saya tahu, hanya sempat ke Jambi dan Riau saja. itupun karena urusan kerjaan
Aku juga belum pernah ke Sumatera bagian atasnya. Kepengen aja nanti bisa ke sana Daeng.
iyaaak. meski cowok, jangan lupa sunblock. btw pas di palembang aku lupa banget ga bawa, untung ga gosong pas balik
Aku baru beli sunblock lagi yang SPF nya tinggi buat ke Tidore nanti. Belajar dari pengalaman dan gak mau baliknya jadi gosong hehe..
nama pulaunya lucu ya koh, kirain pisang tadi apaan, eh
btw aku samo cak yayan, phobia sm doggy
Alangkah manjanya feri masa samo doggy bae takut…
kamarnya lumayan koh..
boleh deh kapan2 mlipir kesana..
Siapkan waktu dan tenaga mas 😀
Kecantikan Krui Lampung Barat banyak digelar travel blogger. Menikmati postingan ini semakin ingin ikut mencicipnya. Foto2 dermaganya kereen banget. Salam kenal ya bung Deddy Huang
Syukurlah kalau kamu ikut menikmati Pesona Krui dari tulisanku ini. Makasih ya sudah berkunjung. Salam kenal kembali 🙂
pantainya bersih apalagi pantainya berpasir putih .. lebih gimana gitu ..
semakin banyak blogger yang menginformasikan pulau ini .. mudah2-an semakin tekenal dan semakin banyak yang tertark untuk datang ke pulau ini .. apalagi ada tips2 praktisnya untuk mencapai sini
Sudah dikenal orang cuma emang belum ramai. Semoga saja tidak menjadi lokasi yang mainstream, bakal kasihan untuk menjaga kebersihannya.
Sorry ya Ogik, bukannya gak mau berakrab ria, tapi aku beneran takut kegigit. Trauma pas kecil dikejar-kejar anjing soalnya hehehe
Baru tahu aku Yan, kalau awak pernah digigit anjing 😀
Baiklah, Ntar berbagi SPF creamnya ya …… ini aku selalu lupa. hahahah
Tulisa kamu mengalir dengan detail yang mudah dicerna hingga membawa pemirsa kedalamnya. Sukaaaaaa
Kecuali kalau kamu mau punya kulit eksotis sih gak perlu pake sunblock mbak Zulfa 😀
Terima kasih pujiannya untuk tulisanku mbak 🙂
Ogik jadi bintang utama di tulisan ke-2. Hidup Ogik!!!
Yesss… gek yuk Annie jadi bintang selanjutnyo :))
Om Deddy gak dapat sunrise ya. Ah padahal disana bagus banget lho Om sunrise nya..
Lah kirain dapat Gadis Pesisir Om, tahu nya si Ogik.. hehehe ??
Belum berjodoh saja sama sunset dan sunrise. Tapi aku dapat ketenangan selama di sana 😀
Berarti Om Deddy disuruh balik lagi kesana.. hehehe
Disana sangat tenang dan nyaman Om
Selalu menggugah utk terus menulis..
Semoga terus semangat untuk menulis yaa om.
si ogik lucu…dan sadar kamera juga wkwkwk
Dia bisa jadi model ala-ala 😀