BerandaTravelingIndonesiaMenikmati Kebersamaan di Cobo, Tidore

Menikmati Kebersamaan di Cobo, Tidore

Author

Date

Category

“Bangun! bangun.. ntar kita kesiangan,” seru suara dari pintu luar kamar homestay kami di Seroja.

Hoam.. rasanya gravitasi kasur lebih kuat daripada panggilan suara dari luar. Malam pertama di Tidore udah kami lewati dengan berjumpa dengan warga lokal di Gurabunga. Merasakan kehangatan sambutan mereka seolah memberi kami selimut menutupi rasa dingin sekujur badan. Gurabunga makin malam terasa makin dingin karena berada di kaki Gunung Matubu.

Baca juga : Gurabunga, Mengenal Tradisi Masyarakat Pegunungan Tidore

penginapan seroja
Penginapan Seroja, Tidore

Saya melirik Yayan yang tengah asik tertidur dengan suara bassnya. Pasti semalam kami saling beradu suara dengan nada Baritone saya dalam hal tidur. Mataku pun melirik ke arah kanan melihat Rifky dan Mas Eko yang juga dalam kondisi pulas. Kasur single ini ternyata muat ditiduri oleh dua orang yang masing-masing dua bertubuh tambun, dan dua lagi langsing antara saya dan Rifky. Ruangan kamar di Seroja layaknya kamar rumahan pada umumnya.

Tidore memang pulau kecil namun memiliki pemandangan yang asri. Dari belakang rumah, kita bisa melihat hamparan luas laut dan langsung berbatasan dengan Halmahera. Bagiku yang tinggal di perkotaan jauh dari alam, kegiatan melihat matahari terbit adalah momen yang sangat spesial bagi saya. Rasanya sangat betah untuk berdiri atau duduk beberapa jam hanya untuk merasakan sengatan hangat sinar menyentuh kulit.

sunrise tidore
Capture the sunrise. Photo by Rifky “papanpelangi”

Dari arah belakangku ada suara yang memanggil namaku, “Deddy… buruan..” saya segera beranjak ke arah suara di seberang sambil memegang tali kamera dan mengambil dry bag keluar dari Seroja. Tips bagi kalian yang ingin bermain air, selalu sediakan dry bag sebab itu akan sangat terbantu untuk melindungi perangkat elektronik atau barang yang di dalamnya. Satu per satu kami masuk ke dalam mobil kuning pinjaman pemerintahan setempat yang mengantarkan rombongan ke Pelabuhan Rum, gerbang masuk menuju Tidore.

Segarnya Snorkeling di Tanjung Konde

pelabuhan rum tidore
Gerbang masuk ke Tidore melalui Pelabuhan Rum.

Pelabuhan Rum selalu penuh dengan warga-warga lokal setiap waktu. Pemandangan motor di angkut ke atas perahu sudah biasa sebab rata-rata masyarakat Tidore juga ada yang bekerja di Ternate. Sebagian mereka memilih pulang pergi karena menyeberang ke Ternate atau sebaliknya hanya perlu waktu sekitar 10 menit saja.

Indonesia Timur menjadi salah satu destinasi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri, termasuk Tidore. Perairan biru seolah menyatu dengan langit biru apabila kita melihat langsung pemandangan yang menakjubkan ini. Saya tak berhenti berdecak mengagumi keindahan lukisan yang saya lihat di depan mata.

laut halmahera
Duduk di bibir perahu menikmati perairan di Tidore
tanjung konde
Tanjung Konde
tanjung konde
Air yang bening membuat kita bisa langsung lihat karang

“Kita sudah sampai,” teriak Kak Gathmir dari ujung kapal. Serentak kami yang sedang duduk bercengkrama di bibir kapal menikmati makanan khas Tidore langsung bersiap diri untuk menikmati air lautnya Tidore di Tanjung Konde.

Tanjung Konde termasuk salah satu kawasan snorkeling yang memiliki keunikan karang berupa lempengan piring. Perahu kami tidak bisa lebih dekat karena jarak antara karang dan pantat perahu sudah sangat dekat. Sehingga apabila kami lebih dekat, maka khawatirnya kaki kami akan menyentuh karang-karang tajam. Belum lagi dari tempat kita berdiri, kita bisa langsung melihat keindahan Pulau Maitara yang ada di lembaran uang seribu rupiah kita.

Saat itu saya sedang tidak membawa peralatan snorkeling soalnya memang saya belum punya. Akhirnya saya memang harus bergantian meminjam sama Mas Dwi dan Yuk Annie yang kebetulan mereka punya sepatu dan masker snorkeling. Ini merupakan pengalaman kali kedua saya snorkeling, masih rada kikuk begitu masuk ke dalam air laut. Tekanan airnya cukup terasa sehingga membuat tubuh saya terhanyut, saya bukanlah perenang handal. Berenang di dekat perahu akhirnya menjadi pilihanku serta teman-teman yang lain.

Liwetan di Cobo

Cobo
Sisi lain Cobo yang berhadapan langsung dengan laut.

Kami masih memiliki waktu hingga sore, sebab malam nanti merupakan acara Ake Dango yang menjadi malam sakral dalam rangkaian Hari Jati Tidore ke-909. Mobil pun mulai bergerak ke suatu tempat bernama Cobo. Letaknya berada persis di pinggir laut dengan pemandangan yang indah.

Kalau saya bilang Cobo ini sangat cocok disulap menjadi suatu resort karena memiliki perkarangan yang luas. Hanya tinggal dipoles sedikit saja maka tempat ini bisa menjadi salah satu resort yang menarik di Tidore.

Mbak Rien tertidur pulas tanpa sadar sedang diusili oleh kita
bakar ikan
Juru masak kali ini tetap dipegang sama Bams.

Cuaca siang memang membuat badan kami lebih cepat merasa lelah. Kak Gatmir dan Rifky mulai memasang hammock di antara perpohonan. Ada sebuah bangunan seperti rumah yang tidak terpakai. Kami duduk lesehan sambil menunggu Bams dan lainnya menyiapkan makan siang untuk kami semua. Ada Yayan dan Mbak Tati yang asyik tiduran di lantai. Sedangkan Mbak Rien sudah terlebih dahulu menjatuhkan badannya beralas kain. Dia memang cepat sekali tertidur, bahkan kalau ada orang yang mengganggunya pun dia tidak sadar.

Angin siang bertiup sepoi seolah ingin menantangku untuk segera ikut tertidur dengan teman-teman lainnya. Namun, belum saja saya tertidur ternyata ada mobil yang masuk ke dalam perkarangan, Bams datang membawa makan siang yang banyak. Siang ini kami akan lesehan sambil membakar ikan beserta sambal dabu-dabu yang nikmat kiamat.

liwetan
Menu sederhana tapi nikmat sekali
lesehan di cobo
Kenikmatan hakiki makan bersama
Minum air kelapa muda nan segar

Ikan-ikan segar yang dibawa oleh Bams sudah siap untuk dibakar. Mata ini memberikan tatapan tajam seolah mengintai mana saja ikan yang akan saya santap. Masing-masing pun juga sudah tidak sabar menanti ikan bakar yang aroma wanginya menusuk ke hidung. Makan siang kami sangat sederhana, hanya ikan bakar dan ketupat. Entah kenapa terasa nikmat dan kenyang sekali. Barangkali karena kami makan bersama tanpa ada rasa malu-malu lagi. Ah.. nikmatnya.

Momen seperti ini bagiku mungkin jarang akan terjadi sebab saya pun tidak tahu kapan akan mengulang momen ini kembali.

Deddy Huang
Deddy Huanghttps://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

20 KOMENTAR

  1. Aih, foto juru pijet berkacama itu akhirnya jadi konsumsi publik. Hahahaha. Dan bapak-bapak lagi ngupas kepala itu please deh 😀

    Btw, lomba yang menarik. Kategorinya banyak banget, jadi peluang menang bisa lebih besar. Cuma kok jurinya Koh Deddy ya, jadi malu mau ikutan 😀

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru