Jogja yang telah mengalami modernisasi, begitulah yang saya pikirkan sewaktu menatap landscape kota dari balkon luar kamar Hotel 101 Yogyakarta yang berada di jalan protokol kota Jogja. Tugu Jogja adalah landmark kota yang menjadi keharusan bagi tiap wisatawan berkunjung harus menapakkan kaki berkeliling serta berpose dengan latar belakang tugu.
Bangunan-bangunan tinggi di sekitar kota memang belum banyak, namun satu hal yang saya suka dari kawasan ini adalah tata kota yang teratur dan rapi, kecuali kebersihan di pinggir jalan yang masih minim pengawasan.
Saya sudah bersiap diri, selesai mandi dan keluar dari ruang kenyamanan bernama kamar mandi. Tak ada yang lebih menyenangkan apabila waktu staycation hotel saya sangat senang berada di kamar mandi dengan semburan shower kencang seolah sedang memijat belakang pundak saya yang letih membawa ransel seharian. Rileksasi sederhana, tak bisa saya bayangkan apabila kamar hotel ini memiliki bathup akan berapa lama lagi saya berendam di dalam.
βPakai Batik?β tanyaku pada Yayan yang sehari sebelum berangkat dia berpesan agar saya tak lupa membawa batik. Sudah lama juga saya tak menggenakan batik sejak dua tahun sudah tidak menjadi pekerja kantoran lagi. Satu per satu kancing baju saya kenakan dan menatap ke layar kaca yang besar. βBajunya kekecilan ya, atau aku yang gendut?β gumamku.
Kami lalu turun ke lobby, sudah banyak peserta lain yang bersiap diri termasuk panitia dengan outer kain lurik yang menggemaskan sekali. Saya suka kain Indonesia, kain kita memiliki motif dan corak yang begitu banyak. Bahkan negara tetangga kita, Malaysia belum memiliki koleksi kain sebegitu banyak seperti milik kita. Saya tahu karena dua minggu sebelumnya saya pun baru pulang fam trip ke Kuala Lumpur dan diajak melihat ke Museum Senikome, Genting. Maka banggalah menggenakan kain Indonesia. Semoga saja akan ada Hari Kain Nasional setelah Hari Batik Nasional beberapa waktu lalu.
Menjadi Tamu HUT 261 Jogja
Jogja merupakan kawasan Daerah Istimewa dengan ibukota Yogyakarta tengah bersolek dalam memperingati Hari Jadi Kota ke-261. Usia yang terbilang muda dibanding kota kelahiran saya, Palembang. Namun, saya tak meragukan ke-jawa-aan yang kental pada Jogja. Budaya yang masih dijaga walau telah mengalami modernisasi.
Dalam selebrasi acara HUT 261 Jogja, ruas-ruas jalan protokol telah mengalami kepadatan bahkan kemacetan sebagai dampaknya. Acara yang menjadi agenda tahunan tiap tanggal 7 Oktober bagi warga Yogyakarta ini sepertinya tak ingin dilewatkan begitu saja bagi mereka yang cinta akan Jogja. Saya merasa diberkati dapat menjadi bagian melihat sekaligus meliput acara.
Puncak peringatan acara dilakukan arak-arakan βWayang Jogja Night Carnivalβ seperti sebuah bentuk kebersamaan bagi warga masyarakat. Beruntung kami mendapat tanda pengenal sebagai media dan posisi yang cukup strategis bagi kami untuk mendapatkan gambar terbaik.
Area Wayang Jogja Night Carnival 2017 di sekitar Tugu Jogja mulai diseterilkan oleh kendaraan karena padatnya masyarakat berbondong-bondong ingin menyaksikan Wayang Jogja Night Carnival yang menampilkan aksi peserta dari 14 kecamatan. Acara ini dilangsungkan di sepanjang jalan Sudirman hingga jalan Mangkubumi Yogyakarta mulai pukul 18.00- 22.00 WIB.
Menikmati Parade Wayang dari 14 Kecamatan Yogyakarta
Saya kagum dengan hadirnya para pemangku kepentingan kota seperti datangnya Walikota Yogyakarta,Β Drs. H. Haryadi Suyuti serta acara tersebut diresmikan langsung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X yang secara simbolik dibuka dengan pemukulan gong.
Di tengah ketenangan mendengarkan Sultan HB X bertutur, saya menangkap pesan beliau akan Jogja βKota Jogja ini tidak sekadar layak huni bagi para pensiunan saja, tapi juga memberikan kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh warga,β tutur Sultan disambut tepuk tangan riuh. Selain itu, pada kesempatan tersebut, juga di-launching batik khas kota Yogyakarta, yakni motif batik ceplok segara amarta.
Duduk lesehan beralas lantai jalan, kami menikmati jalannya parade karnaval. Walau diberi fasilitas VIP yang lebih nyaman, tapi naluri kami lebih memilih duduk di lantai jalan agar lebih nyaman dan bisa mendapat momen terbaik.
Tak banyak tokoh pewayangan Jawa yang saya ketahui. Namun nama tokoh seperti Nakula-Sadewa sangat familiar di telinga saya. Lainnya masih ada tokoh wayang Antasena, Bathara Guru, Wisanggeni, Drupadi, Bhisma, Karno, Puntodewa, Sugriwa-Subali, Sukasrana-Sumantri, Suwida, Kumbokarna, Bathari Dhurga, danΒ Petruk Ratu.
Mereka yang menampilkan tokoh pewayangan ini mulai mendandani diri dari kostum, properti pertunjukkan, hingga atraksi seninya disesuaikan dengan tokoh wayang yang ditunjuk. Dua yang saya ingin tanyakan, butuh berapa lama mereka mempersiapkan diri, kemudian butuh berapa lama mereka membersihkan diri dari glitter dan cat lukis yang menempel pada kulit mereka
Acara selebrasi bagi warga Yogyakarta ini ditutup dengan letusan kembang api dan musik DJ. Saat itu juga semua masyarakat langsung menyerbu ke titik tugu putih yang katanya menjadi sumbu imajiner antara Keraton Yogyakarta ke arah utara hingga Gunung Merapi. Mereka layaknya sedang menikmati iringan musik sekaligus meleburkan diri.
Dalam benak saya, acara selebrasi seharusnya berjalan formal dari awal hingga akhir. Apalagi tamu agung seperti Sultan dan Walikota Yogyakarta adalah orang yang patut dihormati sekaligus menjaga pembawaan diri. Namun, tidak untuk malam ini saya menyaksikan langsung bagaimana Walikota Yogyakarta menjadi operator musik DJ ditemani seorang DJ perempuan.
Saya speechless. Tak ada kata-kata yang dapat saya utarakan lagi lewat tulisan ini. Walau baru pertama kali datang ke Kota Jogja, pengalaman yang saya rasakan menambah wawasan.
Wayang Jogja Night Carnival 2017 ini merupakan puncak dari ultah Yogyakarta. Melalui acara ini saya melihat ada bermacam makna positif yang dapat kita petik. Sesuai tema βBersama Membangun Yogyakartaβ saya sangat respek pada pemegang kepentingan kota yang ikut turun ke bawah berbaur pada masyarakatnya.
Malam itu saya mendapat kesempatan belajar fotografi bersama Koh Karnadi dengan kamera yang saya gunakan, Olympus OMD E-M10 Mark II. Ilmu dan praktek langsung memang lebih afdol.Β Thanks ya koh!
Jogja memang menyambut kedatangan saya dengan baik. Andaikan saja waktu bisa lebih lama lagi di Jogja, saya ingin berkeliling tiap sisi kota sekaligus menemukan hal-hal unik lainnya ditemani kamu. Iya kamu!
Jogja Welcomes You!
Terima kasih Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta telah mengundang saya.
Baca juga :Β Ketika Jogja Memanggilku Datang
Wah seru sekali bisa lihat Wayang Jogja Night Carnival
[…] kesempatan ini saya diajak melihat rangkaian festival HUT Kota Jogja ke-216 yang berjalan dengan semarak. Saya bersama rombongan blogger lain diundang oleh Dinas Pariwisata […]
[…] kedua bulan Oktober ini saya mengunjungi Kota Yogyakarta, tepatnya saat perayaan HUT kota ke-261. Pengalaman pertama kali ke Jogja kemarin memang saya belum puas sebab belum banyak mengeksplore […]
woaah ternyata ini toh festival yang booming banget di sosmed kemarin.
Parah sih yang dateng rame bangt ampe bejubel gitu.
andai ada aku disana π
Jogja tak pernah haabis ide buat menyihir pelancong. Walau belum pernah tinggal di sana, tapi beberapa kali ke Jogja emang bikin susah mupon. Wayang carnival asyik banget, apalagi Sultan sampai ikut turun ke lapangan langsung dan membaur. Keren. Thanks foto-fotonya Koh, serasa ikut pawai
Makasih mas Rudi π Semoga bisa explore Jogja lagi..
Sejak walikota yang sekarang mengganti konsep Jogja Java Carnival menjadi Wayang Jogja Night Carnival saya malah belum pernah nonton. Kayaknya seru juga.
Dan kita belum sempat kopdar ya mbak Elisa π
Wahh saya belum pernah lihat karnaval di jogja nih..
foto2 karnaval malam gitu susah gak sih??
Tantangannya kemarin waktu saya foto itu karena objeknya bergerak jadi sering dapat foto yang kabur/blur. Kemudian cahaya yang minim karena mengandalkan cahaya dari lampu tembak.
Terakhir kali ke Jogja aku ngerasanya Palembang dan Jogja sama-sama Panas! hahaha. Tapi suasana Jogja tetap khas tak tergantikan sih, terutama kalau ke Malioboro, makan sate klatak, atau melihat jalanan kota Jogja Jumat Malam dimana banyak anak-anak pelajar keliling kota sambil naik sepeda. Aku dan Suami sempat berfikir kalau sudah pensiun salah satu kota yang pingin kami jadikan tempat tinggal adalah Jogja! π
Anyhow, acaranya memang kelihatan keren dan ngeblend sekali antara masyarakat, pemerintah dan unsur kebudayaan. Apalagi pake musik dj di ruangan terbuka gitu whaaaa mupeeeng π
Wah, mau pensiun pindah Jogja? menarik. Aku kira opsi lain di Bali.
Yup, acara ini emang ngeblend dari pemerintah atas ke bawah nyatu. Beda dengan yang kita rasakan di .. :))
Serunya yang ikut merayakan HUT Jogja langsung di tempatnya. Semoga besok-besok pas ada kegiatan di Lombok, si kokoh diundang juga yaa ^_^
Aamiin. Semoga Lombok memanggilku datang juga.
Jogja udah jadi Kota Hotel, koh. Dalam beberapa tahun terakhir, udah puluhan hotel baru berdiri di Jogja.
Ya, setuju Jogja sekarang agak kotor. Percayalah, dulu Jogja bersih. Sekarang tempat-tempat wisata mainstream (Jalan Malioboro dan sekitarnya) berserak sampah karena wisatawan dan warga yang nggak bertanggung jawab.
Ayolah ke Jogja, temenin aku jalan Nugi!
Semoga waktunya pas!
Koh, kalau kelamaan di bawah shower, hati-hati masuk angin, hehe.
Acaranya keren banget. Foto-fotonya juga keren dan cantik. Padahal diambilnya malam, dan saya yakin soal cahaya pasti jadi tantangan. Tapi di gambar-gambar postingan ini, cantik dan mulus semua. Gelapnya malam juga tampak halus banget. Padahal mereka sedang ada di tengah keriuhan Yogya yang denyutnya sedang kencang malam itu. Dan saya setuju, sudut pandang terbaik adalah ketika ngemper, hehe. Beruntungnya kalian bisa meliput, hehe…
Betul, makanya aku pada malam itu beruntung bisa kursus kilat untuk foto pas malam hari minim cahaya. Hasilnya jadi jernih.
Bersyukur aku diundang sama panitianya hehe…
Acaranya seru banget koh, tapi sayangnya pas ultah Yogyakarta tidak berkunjung kesana. Walaupun jarak dari kampung halaman ke Tugu Yogyakarta hanya memakan waktu 45menit.
Wuih, seru ya acara ulang tahun Kota Jogja kali ini. Digelar di Tugu pula, makin kerasa banget nuansa Jogja-nya. Selamat menikmati Jogja, Koh. Itu sebenernya ada Ai anak Tidore lagi di Jogja sampe tgl 13 nanti.
Wah, aku gak dapat info kalau Ai lagi di Tidore mas Eko.
Dari Palembang ke Jogja, kece deh koh ded, jogja kota istimewa
Besok dari Palembang ke Bogor π
Untuk selebrasi ini saya ga sempet meliputnya, andaikata kmrn ngliput bisa ketemu ni sama Koko Deddy.
Wah.. btw dua minggu lagi saya kembali ke Jogja lagi mas.. semoga bisa jumpa ya..
[…] Baca juga :Β Wayang Jogja Night Carnival 2017, Malam Puncak HUT 261 Yogyakarta […]
Jogja oh Jogja, usiamu kini tak muda lg. Kapankah aku bs ksana??
Semoga segera terlaksana ya mas..
Koko baru pertama kali ke Jogja ya? Syukurlah. Panitia famtrip cakep. Milih blogger luar Jawa untuk jadi peserta famtrip. Klo peserta Jawa mah udah gak kehitung ke Yogyakarta haha. Jadi kesannya mungkin biasa aja sih. Beda klo blogger luar Jawa yang jarang-jarang ke Jogja. Ah tapi Jogja gak ada matinya kok, aku tahun baruan mau ke Jogja ah π
Iya sinyo, baru pertama kali datang. Kalau yang di jawa kayaknya transportnya lebih gampang kan untuk pindah kota. Semoga planningnya lancar ya, sinyo.
Wah serunya ikutan event hut jogja ini. Acaranya sangat meriah serta bnyak bgt penampilan adat daerah jawanya lagi.
bagi saya yang baru pertama kali lihat, sangat terhibur dengan pertunjukkannya hehe..
Seru banget, jadi ingin merasakan hal yang sama π
Aku pengen merasakan Sail Sabang, Bai π itu indah banget lihat Sabang.