Tak biasanya Yayan meneleponku selepas mahgrib, panggilan pertama terputus langsung. Saya mengira dia hanya salah menekan telepon via whatsapp. Sehingga tak menggubris panggilan teleponnya dan kembali melanjutkan kesibukkanku di acara yang sedari pagi saya ikut membantu.
Ponselku berbunyi kembali, ada panggilan dari Yayan kembali. “Yo, Yan?” suaraku dari ujung telepon sambal menutup telinga sebelah sebab saya sedang berada di lingkungan cukup bising.
“Ded, kau biso dak nyusul ke Jogja besok? Gantiin Gio.” seru Yayan dari ujung telepon sana. Sepintas saya melirik jarum jam di pergelangan tangan. Gio, salah satu travel blogger yang juga saya kenal namun belum pernah berjumpa. Jadwal traveling-nya sedang padat karena lagi berada di Pulau Kei. Akhirnya, atas dasar referensi saya pun menggantikan posisi dia.
“Biso, Yan,” jawabku singkat dan waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Yayan menyambungkan telepon ke seseorang yang menjadi penanggung jawab acara famtrip ke Jogja ini.
“Halo mas Deddy…” intonasi suara lembut khas pria Jogja. Obrolan kami berlangsung cepat dan hanya ada pertanyaan mau atau tidak. Tentu saja saya langsung menjawab iya sebab berkunjung ke Jogja masuk dalam bucket list yang diidamkan. Akhirnya saya pulang ke rumah namun sejenak mampir ke barber shop untuk merapikan rambut yang sudah mulai berantakan.
Saya segera mengambil backpack untuk memasukkan beberapa lembar baju saja sebab fam trip ini tidak lama. Serta saya menyiapkan peralatan kamera untuk keperluan dokumentasi. Tiket pesawat ke Jogja sudah berhasil saya issued pada detik terakhir. Saya cukup bangga dengan kecepatan saya dalam hal packing dan memesan tiket pesawat. Bhuakakaka…
Dua Jam di Atas Udara
Untungnya saat ini sudah ada direct flight Palembang ke Yogyakarta dengan jarak tempuh sekitar 2 jam. Saya selalu suka penerbangan pagi, walau harus bejibakun dengan kurangnya tidur demi mengejar penerbangan pagi. Posisi duduk favorit saya sudah pasti di dekat jendela apabila sedang berangkat sendiri. Tetapi, kalau sedang ada teman ya duduk di baris mana saja bebas. Sebab, mengobrol sama teman sebelah juga asyik bukan?
Suara pramugari lewat mikrofon sempat membuat saya tergelitik saat mereka mencoba memberikan informasi sebelum terbang dengan bahasa Palembang. Satu hal sederhana yang dalam merebut brand awareness dalam ilmu manajemen yang saya pelajari. Bagi sebagian orang tentu ada ketakutan tersendiri saat naik pesawat, termasuk saya. Ketakutan saya hanya kalau ada turbulensi di atas yang bisa membuat pesawat bergoyang keras. Jujur, itu menakutkan sekali.
Ting. Kapten pesawat pagi itu memberi kabar kalau penerbangan di atas 36.000 kaki sebentar lagi pesawat akan tiba di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Hatiku mulai menggebu-gebu ingin segera melihat kota Jogja yang sedari dulu saya punya keinginan mengunjungi Kota Pelajar ini.
Kopdar Bersama Blogger Jogja
Yayan sudah terlebih dahulu berkeliling Jogja, bunyi pesan Whatsapp darinya berkata sedang di Candi Prambanan baru kemudian akan balik ke hotel. Saya sendiri masih dalam perjalanan menuju hotel setelah dijemput oleh Pak Vito dari Dinas Pariwisata Yogyakarta.
Kami pun janji meeting point di Raminten yang berada di Kotabaru dari titik kumpulnya tak jauh dari Hotel 101 Yogyakarta tempat saya bermalam. Saya sudah menghubungi beberapa teman blogger Jogja untuk dapat berjumpa mereka di waktu yang memang terbatas. Inilah hal yang saya suka dari dunia blogger, saya bisa berjumpa dengan teman-teman yang tadinya kita kenal lewat dunia maya dari berbagai kota di Indonesia.
Kopdar atau Kopi Darat adalah istilah yang sering kami gunakan saat ingin berjumpa dengan teman blogger yang baru pertama kali bertemu. Momen yang membuat saya bersemangat sebab kami bisa berjumpa satu sama lain, kalau bukan karena acara lantas kapan lagi?
Raminten termasuk tempat makan yang dikenal banyak dan banyak dikunjungi oleh orang. Suasananya seperti pencampuran antara Jawa dan Bali, mungkin bagi kalian yang kurang begitu suka dengan aroma dupa atau wewangian saat menyantap makanan akan kurang nyaman saat berada di Raminten.
Saya khilaf dengan menu makanan di Raminten, tidak sadar memesan makanan yang ternyata porsi bisa untuk dua orang tapi dengan harga yang sangat ramah di kantong. Dalam hati, ah Jogja bisa saja menarik hatiku mulai dari kuliner.
Satu per satu teman-teman blogger Jogja pun datang. Mulai dari Oom Yahya, Mas Afit, Priyo, Mbak Prima (Manda), Prima Hapsari, dan Dian Farida. Termasuk Nana yang sudah dua bulan ini merantau ke Jogja melanjutkan studi S2 nya di UGM. Kami (saya, Yayan dan Nana) seperti kopdar blogger Palembang di Jogja entahlah, bagi saya ada rasa senang bisa berjumpa teman lama ataupun baru.
Perjumpaan singkat ini harus berpisah, saya dan Yayan juga harus kembali ke hotel untuk mengikuti acara malam fam trip. Namun, kami sempat mengunjungi ke pasar buku yang ada di kampus UGM bersama Manda dan Nana.
Makan Malam Bersama di Hotel Phoenix Yogyakarta
Acara malam ramah tamah berlangsung di Hotel Phoenix yang berada tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Hotel berarsitektur tempo dulu ini memiliki hal-hal yang mengejutkan saya saat saya iseng bertanya pada public relation-nya. Hotel Phoenix Yogyakarta ini memiliki sejarah panjang kalau dari informasi yang saya dapat. Mulai dari berdiri sejak 1918, kemudian berubah nama menjadi Spledid pada tahun 1930. Hotel ini kembali berubah nama saat pendudukan Jepang pada tahun 1942. Setelah Jepang menyerah hotel ini kembali ke tangan Indonesia.
Termasuk almarhum Presiden Pertama Indonesia yaitu Soekarno sempat menginap di hotel ini di kamar 201. Saya bertanya ini oleh sebab rasa penasaran saya ingin showing isi kamar yang berkesan kuno ini. Benar saja kalau ternyata menurut dia interior di dalamnya juga beraksen tempo dulu.
Bangunan hotel ini terdiri dari beberapa blok. Bangunan tertua yang terdapat di paling depan digunakan sebagai lobby, sedangkan kamar berjumlah 144 berada di bagian belakang dengan bangunan yang sedikit lebih muda. Antara bangunan lobby dan kamar dipisahkan taman kecil dengan air mancur di tengahnya. Restoran ditempatkan di belakang resepsionis dan sebagian mengambil tempat terbuka di taman. Hal yang unik untuk mencapai kamar hotel harus melewati pintu yang sepertinya masih asli terlihat dari gagang pintunya berornamen burung Phoenix.
Informasi tambahan yang saya dapat, setelah dilakukan renovasi pada 1993, hotel ini resmi berganti nama menjadi Hotel Phoenix Heritage. Selanjutnya pada 2003, manajemen hotel ini dikelola oleh Accor Group sehingga terjadi perubahan pengelolaan dengan renovasi besar-besaran pada hotel ini. Pada 14 Mei 2004, nama Hotel Phoenix Heritage diubah menjadi Grand Mercure hingga 29 Maret 2009. Pada 30 Maret 2009, nama hotel Grand Mercure kembali menjadi The Phoenix Yogyakarta hingga sekarang.
Obrolan singkat antara saya dan PR hotel tersebut membuat saya makin penasaran merasakan sensasi bermalam di hotel tersebut.
“Dan kalian sedang duduk di bawah pohon yang persis pada waktu itu ditanam oleh Soekarno,” seketika kami langsung melirik ke belakang melihat tingginya pohon. Semoga saja lain waktu bisa staycation, benar bukan?
Makan malam kami berlangsung sederhana dan lancar. Iringan musik gamelan menemani sepanjang acara. Saya menduga gamelan entah itu musiknya saja atau ada orang yang memainkan menjadi satu kekhasan yang wajib ditampilkan di suatu acara. Nuansa Jawa yang kental serta lembut baru saya rasakan. Rasa penasaran membuncah membayangkan akan serunya rangkaian acara selama di Jogja ini.
Menikmati Suasana Malam Alun-Alun Kota Jogja
Sudah pukul 9 malam, para tamu pun melipir berjalan kaki menuju Hotel 101 tempat kami bermalam. Bagi saya yang gemar jalan, apalagi bersama teman-teman lainnya sudah pasti kami tak ingin berdiam di dalam kamar saja. Walaupun tahu kondisi badan sedang sempoyongan letih.
“Kita kemana nih?” suaraku membuka obrolan.
Kami berlima, Koh Karnadi (@karnadilim), Lenny (@lenny.diary), Mbak Ayu (@karinaayub) dan Yayan (@omnduut) sepertinya masih memiliki sisa tenaga untuk menikmati malam di kota Jogja sebelum besoknya akan padat acara fam trip.
Sepertinya oleh kesamaan tujuan yaitu berbaur pada warga lokal, Lenny dan Koh Karnadi mengajak ke alun-alun kota untuk melihat keramaian di sana. Bermodal memesan transportasi online, kami pun langsung kabur bersama.
Alun-alun kota sama seperti alun-alun di tiap kota yang pernah saya datangi. Warga lokal yang datang untuk bersantai menikmati malam bersama keluarga atau sendirian. Hal yang unik dari alun-alun ini adalah kita dapat menyewa kereta hias dengan lampu warna-warni mengelilingi dua putaran alun-alun.
Lalu, ada sebuah pohon besar yang konon kalau kita berjalan lurus sambil menutup mata dari satu titik ke titik ujung maka ada permohonan yang barangkali dapat terwujud. Ya, mitos masyarakat seperti ini mungkin bagi sebagian orang ada yang percaya, ada pula yang tidak. Kalian mau coba?
Di waktu yang sama, saya ada janji pada beberapa teman blogger Jogja seperti Mas Hannif yang akan mengajak Aji Sukma, Nasrullah Sitam, Mbak Julianti, Aqied serta Nana. Mereka sudah berada di Café Cokelat Dalem. Namun, sepertinya pertemuan kami belum berhasil untuk kopdar. Semoga saja di kesempatan berikutnya kalau saya datang kembali ke Jogja bisa berjumpa dengan para penggiat pariwisata yang menggaungkan kota mereka, Yogyakarta.
Well, tulisan ini sebagai pembuka bagi kalian yang ingin mengikuti perjalanan saya selama di Jogja 4 hari 3 malam. Saya akan menggali sisi #JogjaIstimewa pada acara fam trip yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.
Welcome to Yogyakarta!
Terima kasih Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta telah mengundang saya.
Baca juga : Wayang Jogja Night Carnival 2017, Malam Puncak HUT 261 Yogyakarta
[…] baru tiga kali datang ke Yogyakarta, kota budaya ini tak pernah membosankan untuk dikunjungi. Setiap kunjungan selalu meninggalkan […]
[…] acara, kami juga diajak menikmati objek wisata lainnya yang ada di Jogja seperti berkunjung ke Taman Sari, Kota Gede dan bermain air di Tube Caving Gunung […]
[…] saat pertama kali saya datang ke Jogja. Rasa penasaran yang hanya bisa diobati dengan cara datang kembali lagi. Dua kali saya kembali ke Jogja, dua kali pula saya bermalam di tempat yang nyaman yaitu The 101 […]
Waaah seru ya ke Jogja.. Ssst, saya belum pernah ke Jogjakarta sik.. hiks
Selamat datang di Jogja, semoga ga cuma muter2 di Kota Jogja saja tapi sampai ke Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul, hehe…
masih keinget terakhir ke jogja kapan waktu itu.. euh seru banget rasanya….. tapi sayang belum sempat jalan2 ke mana mana koh.. blm pernah juga sih kopdar sama temen2 blogger di jogja…
e jogja tuh hawa2nya kayak bali… gtw kenapa. apa karena aku gak ke pusat kotanya ya koh. wkwkw.kalo ke mall paling udah bosen. meski gak bosen juga si… e gimana si
wah asik… aku juga pengen ni sekali2 kumpul sama blogger2…
semoga kita bisa berjumpa ya mas..
Iya mas…
Seru ya bisa ketemu para blogger, apalagi tempatnya keren banget, Jogja.
Semoga ada kesempatan juga buat main ke Palembang dan ketemu Koh Huang 🙂
Iya, bisa sekaligus kopdar dan sharing ilmu hehe..
Semoga bisa jumpa sama kamu ya mas.. tapi jangan di Palembang, pleaseeeee :))
Wuihh..asyik yaa sudah ada ada direct flight Palembang-Jogja, gak tahu nih Lombok-Jogja udah ada apa belum. Belum pernah ke Jogja juga soalnya. Cuma selama ini anak-anak Lombok yang sekolah di Jogja kebanyakan lebih sering pakai bis sih..
Aku juga belum pernah ke Lombok mbak 😀 iya semoga saja flight nya selalu ada dan ramai jadi kalau sepi kan flight nya ditutup 😀
Btw itu ada egrang, bisa naik egrang gak Koh ? hehehe
Hahaha.. aku belum bisa mas Amir 😀
[…] Baca juga : Ketika Jogja Memanggilku Datang […]
Akupun takjub banget ama hrg makanan di raminten itu. Msh ada yaa nasi kucing yg hrg 1000, hahahahaha.. Ga tau deh skr msh ada ga tuh.. Aku sampe mikir wkt itu mas, ini ada profitnya ga sih ownernya :p. Kok murahnua kebangetaannn :p
Ohhh berarti hotel phoenix ini bukan under accor group lg ya mas?
Asyik bgt bisa ketemu mas nasirullah sitam, mba ima,… Aku jg pgn ih ketemuan ama mereka.. Tiap k jogja slalu aja buru2, jd jrg bisa ketemuan
Kalau sama mas Sitam aku belum sempat ketemu mbak Fanny, moga next trip bisa jumpa dia hehe..
Raminten recommended lah untuk mengenyangkan perut :p
Aku aja nggak tahu ada kesempatan ini, hahaha
Nanti semoga kita jumpa di famtrip lain 😀
Amin
Berjumpa teman itu selalu menyenangkan ya. Apalagi ketemu Sahabat Pena zaman now. Penasaran juga sama hotel Phoenix, pernah lewat tapi ga pernah masuk. sejarahnya menarik ternyata
Sejarahnya menarik, kadang pikir spooky tapi penasaran juga 😀
jogja itu dulu berasa kampungku, sekarang kami pura-pura ga kenal wkkwkw
hahaha…
Seru banget yaa, dulu ke Yogya 2 tahun yang lalu. Kapan ya Yogya memanggilku datang.
Kalau tiket udah ditangan sih mbak, pasti Jogja juga manggil 😀
koh yaampun kayanya acaranya seru banget ya bisa kumpul sama temen” blogger. Aku ngikutin terus loh insta story koko sama kak lenny. kan kan aku jadi pengen balik ke Joga lagi deeh
Hehehe… terima kasih mbak udah mau ikutin IG storiesku kemarin :p
Saya udh 3x ke Jogja, emang butuh lebih sekali biar bisa jelajah lebih banyak. Semoga bisa kembali ke Jogja, Koh 🙂 selamat ya travel wishlistnya udah kecoret 1 🙂
Jelajah satu kota emang pengen bisa semuanya didatangi hehe..
Yogyakarta ini emang nyenengin! Buat saya, jam di sana serasa lebih lambat 5 jam di banding di Bandung 😀 selamat travel bucketlistnya udah kecoret 1 nih, Koh 🙂
Masih belum tuntas untuk keliling Jogja 😀
Jogja, kota kenanganku nih. Di sini impianku sejak kecil tercapai, di sini juga kenalan sama istri. 10 tahun tinggal di sini, setiap incinya masih kuingat jelas sekalipun sekarang sudah banyak berubah. Tiap ke sini selalu saja lagunya Katon Bagaskara seolah jadi backsound di memori ?
Kayaknya membekas banget ya Jogja pada ingatanmu. Hidup nomaden emang beri arti tersendiri.
Yogya selalu kurinduuu. Rasanya pengen balik lagi deeeh.
Itu suasana gatheringnya bagus banget. Cuma kalo suruh nginep aku takut ahhh hahaha.
Iya suasana gatheringnya mendukunglah. Aku pun penasaran pengen staycation di hotel itu mbak..
ahh, aku merindukan suasana di jogja lagi jadinya..kangen liat koleksi batik dan bersantai di alun2
Aku belum lihat koleksi batik 🙁
Halo Ko Deddy, pembukaan cerita yang menarik!
Jogja kayanya selalu jadi kota yang ngangenin ya buat semua orang. Saya juga suka stay di sana, semoga ada kesempatan buat explore di sana lagi.
Ahiya, salam kenal ko.
Makasih buat sharingnya & ditunggu cerita-cerita selanjutnya 🙂
Hehe.. buatku belum mbak, karena belum aku explore lebih jauh tentang kota ini. Tapi nuansanya sudah aku dapat. Semoga saja next aku balik ke Jogja bisa lebih leluasa buat keliling Jogja.
Oh gitu, tapi nuansanya bikin kita mau balik lagi ya ?
Semoga segera kembali ya Koh (harapan buat saya juga) hihi
wah ada ku dalam cerita plus foto2nya juga, gimana ded betah kan di jogja?
Pasti, masa aku hilangkan dirimu dalam catatan perjalananku 😀
Aku perlu explore Jogja lagi, Na .. mohon bimbingan.
Hahaha cepet ye la kelar nulisnya
[…] Baca juga : Ketika Jogja Memanggilku Datang […]
aakk seru kan di Jogja? anyway aku malah nggak tahu ada pohon yang ditanam presiden Soekarno di Phoenix. hehe
Masih belum banyak explore mbak karena acaranya memang padat. Semoga dalam waktu dekat aku balik lagi ke Jogja 😀
Turbulensi itu seru loh, apalagi jika enak-enak tidur trus anjlok
“ALLAHUAKBAR”
Bless jantung rasanye..
Akhirnyaaaa ke Jogja juga 😀
Iya… kalau jodoh memang tak bisa dilawan.
Wah, baru pembukaan ya Koh ternyata. Oke deh, semoga bisa mengikuti kisah Koh Deddy selanjutnya di Jogja. Pasti menyenangkan, nih 🙂
Iya nanti bertahap mbak.. ini masih mau tulis draftnya hehe..
Pasti pake Express Air nih. Aku juga geli-geli denger pengumuman Bahasa Palembang sama Bahasa Jawa pas ke Jogja September kemarin. Tapi bolehlah dia, beda dengan yang lain. Jogja emang istimewa sih 🙂
Iya betul pake Xpress Air ada yang direct kan. Baguslah mereka bisa bikin kita jadi perhatian sama hal-hal kecil gitu mbak.
kece bana bana iniii….ke Jogja sempat potong rambut emang artis pasti ini…. eh aku pernah bermalam di penginapan kecil dekat hotel yang gagang pintunya burung phoenix itu lho kayaknya..hhmm…sebagai penyuka buku, kampung buku nya aku suka…
Biar makin ganteng lah aku bang Indra 😀 abis udah kriwil-kriwil kemarin.
Wah beruntung kali bang bisa bermalam di hotel berbintang seperti Phoenix ini.
Pas omndut telpon itu kami lagi kumpul sama omndut di Kedai heheheheh. Sayang belum bisa bersua dengan kokoh. Jangan kapok senggol kami kalau main di Jogja lagi ya. 🙂
Dua minggu lagi aku kembali ke Jogja mas dan akan merepotkan kalian.
Penasaran dengan tulisan berikutnya.. penasaran dengan apa kata pendatang tentang kota tercinta ??
Tulisan selanjutnya sudah dipublish mbak 😀
Ini sih Kopdar BLUS Regional Jogja Koh, qiqiqiqi… Perasaan pada kenal yang lagi welfian. 😉
Haha kan nanti kita wefian lagi pas di jakarta, Bang.
Seru ya…ditunggu lanjutannya.. jogja memang selalu memikat hati ?
Siap mbak…
ya ampun sedih ga ketemu :(((
Next aku kabarin ya Gesi, aku kemarin kira kamu lagi di Jakarta sama Adit.
Jogja selalu ngangenin! Zaman aku masih kuliah di Bandung dulu, mayan sering main ke Jogja. Tapi udah lama banget ngga ke sana lagi. Terakhir ya pas Merapi batuk-batuk parah dan nyaris ga bisa pulang karena bandara besoknya ditutup. Raminten memang asik ya, Koh. Pelayannya masih pakai kemben gitu kah?.
Bandung pun juga ngangenin mbak Molly hahaha…
Iya, pelayannya pakai kemben, aku kira tadinya itu pengunjung juga ternyata emang ciri khas mereka pakai kemben. Cekatan pula.
Hahaha Bandung dan Jogja ngangenin, yes?! Hihihi ternyata Raminten tetep mempertahankan ciri khasnya dengan pelayan berkemben tadi, ya. Bener… mereka cekatan dan ngga ada lelahnya walau harus bungkuk-bungkuk atau naik tangga. Salut!
Sekali ke Jogja, biasanya akan ada kali kedua (kayak lagunya Raisa), ketiga, dst. Hehehe…. Btw, Raminten itu di Kotabaru, bukan Kotagede.
Kayak aku dong, kali kedua ke Yogya, walaupun harus nunggu…15 tahun! hahaha.
Raminten ini yang juga direkomendasiin kan ya? tahunya kumpul di sana.
Iya, aku juga yang rekom ke teman2 Jogja buat ketemu kalian di Raminten, soalnya lokasinya di tengah, jadi yg dari utara-selatan-timur-barat sama-sama gak kejauhan, dan deket juga dari hotel kalian. Udah nyoba ayam koteka? Hehehe….
Udah, icip punya Nana doang, nyenggol dikit hehe. Aku pilih ayam kremes aja waktu itu.
Lalu aku ndak sengaja nyenggol ayam kremesnya untung ayamnya ndak campak wkwkwk…
Gotcha, thank you buat koreksi lokasinya mbak. Udah tak perbaikin. Betul kayaknya harus ada yang kedua dan seterusnya buat keliling Jogja 😀