BerandaIdeaPerempuan tanpa "V" dan Laki tanpa "P"

Perempuan tanpa “V” dan Laki tanpa “P”

Author

Date

Category

Andai laki dan perempuan itu tidak ada?

Sering aku berpikir demikian tentang demikian. Bukan untuk menghilangkan jenis kalau laki-laki dan perempuan. Tapi aku ingin menghilangkan batasan-batasan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Batasan-batasan tentang kodrat laki dan perempuan.

Kodrat laki itu jantan dan perempuan itu kemayu. Kodrat pekerjaan laki itu kasar dan perempuan itu halus. Maka nggak akan ada pandangan kamu laki kenapa kerja pekerjaan perempuan? bahkan sebaliknya perempuan yang mengambil lahan pekerjaan laki.

Sekarang, jika laki kerja di salon dibilang mau jadi bencong ya? Tapi coba kalau perempuan yang kerja jadi satpam, pol pp, atau montir. Tentunya pekerjaan mereka disanjung-sanjung oleh karena kehebatan mereka dan besoknya stasiun televisi bakalan meliput kisah hidup mereka. Padahal laki yang bekerja di lahannya perempuan juga nggak kalah hebatnya toh.

Sighs.

Kadang aku justru yang sering merasa laki itu lebih terdiskriminasi sama pola pikir yang pada akhirnya membentuk paradigma-paradigma yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Contoh sepele lainnya, perempuan kalau pipis berdua atau gandengan tangan sudah dianggap biasa. Nah coba kalau laki?

Tapi karena aku sudah terlahir dengan jenis kelamin laki, apa mau dikata selain menerima kondisi yang telah ada. 😀

p.s : To hell with you lah…

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

26 KOMENTAR

  1. tp jangan yg usil ya….aq cuma mau cari temen bukan cari musuh…klo cari musuh gak usah jauh2..dimedan jg banyak…

    Huang : Ohh gitu ya..

  2. tidak ada manusia yg mau terlahir dalam keadaan kekurangan..tp semua itu sudah digariskan..manusia hanya tinggal menjalani dan berusaha menjadi orang yg lebih baik lagi…jalani saja semuanya dengan ikhlas..

    Huang : Begitu ya mas?

  3. dan kamu tak sendiri Huang, feminist sedang memperjuangkannya. karena pada dasarnya, musuh feminist adalah budaya patriarkhi itu sendiri. feminist tidak membela perempuan, apalagi memusuhi lelaki. musuh feminist hanya satu, yaitu budaya patriarkhi. perempuan dan lelaki sama-sama menjadi korban dari budaya tersebut. tak heran jika realitas yang kau tulis itu memang ada. karena memang ada, real, nyata, entah apalagi. mari berjuang bersama.

    Huang : Feminist itu apa ya mbak? Aku baru denger dengan penambahan +ist ini.

  4. wah merasa tertindas sama stigma masyarakat ya…
    kayanya kondisinya gitu juga ke perempuan, mungkin dalam hal yang berbeda. beginilah dunia yang dibentuk oleh pandangan segelintir orang….terima nasiiib 😀

    Huang : Ho oh…

    • ketidak mampuan kita memahami sesuatu aturan kadang kala membuat kita ingin mengubah aturan tersebut, padahal belum tentu sesuatu yang kita benci itu “buruk” buat kita, dan sebaliknya, sesuatu yang kita sukai pun belum tentu itu “baik” buat kita.

      manusia ditakdirkan memiliki akal dan pikiran untuk digunakan bagi kebaikan nya. Diluar dari nalar pikiran kita akan sesuatu hal yang tidak mampu kita memahaminya, kita serahkan kepada “TUHAN” yang kita anggap lebih berkuasa akan diri kita

      Huang : Makanya ini karena pola pikir manusia yang suka meng-kotak-kotak-kan sesuatu.

  5. kopi oh kopi,
    benar katamu bung,
    suka sebel kalo orang mengdiskredit sesama cuma based of those shallow things….
    petanda ni kalo masi banyak yang terlalu simple minded di era nya panji manusia milenium…
    pathetic yah… 🙁

    Huang : Bangettttttttt

  6. pola pikir bisa berbeda-beda, sayangnya, kalo perempuan jadi montir, dia tetep berpenampilan menarik layaknya perempuan, jika laki2 disalon, kadang sudang berubah, malah make up, coba kalo laki2 di tukang cukur, pasti tetep laki2 juga.

    Huang : Tukang cukur iya, tapi kalo salon emang mungkin agak berubah :p

  7. mmg kenyataan yg nggak bisa dipungkiri tuhan menciptakan manusia cuma dua jenis itu, mstinya satu dan lainnya nggak perlulah merasa lbh unggul

    Huang : Iya itu kan teorinya kang.. Tapi kalo kenyataannyaa…

  8. wah… menarik. biasanya tulisan seperti ini dibuat dari sudut pandang perempuan yang mengatakan mengapa lelaki boleh begini begitu sementara dia tidak boleh hanya karena dia perempuan… yang ini dilihat dari sudut pandang lelaki… tulisan yang unik …

    salam, d.~

    Huang : Waahh kedatengan novelis rumahkayu 🙂 Senangnyaa… makasih mbak udah berkunjung kemari. *Ngopi yukk*

  9. Memang batasan-batasan itu harus dihilangkan.
    Mengapa manusia membatasi diri dengan ciptaan Tuhan yang sudah sempurna.

    Huang : Hampir sempurna, karena manusia tidaklah sempurna 🙂

    • Manusia adalah mahluk sempurna dibandingkan dengan semua Mahluk yang diciptakan “TUHAN” di alam jagad raya ini. Ketidak sempurnaan akan diri kita yang ada di pikiran kita, adalah karena kesempurnaan manusia melalui akal yang diberikan “TUHAN” untuk memahami diri kita.

      Huang : Kalo aku bilang, hampir sempurna mas. Karena kesempurnaan masih punya Tuhan 🙂

  10. Betul sekali. Apabila perempuan tomboy, tak masalah, Tapi kalo laki-laki kebencongan? wah langsung dicap negatif oleh masyarakat 😀

    Saya sendiri merasa tidak terdiskriminasi kok. Memang di mata Tuhan, laki-laki dan perempuan sama. Tapi bagaimanapun juga, tetap harus ada perbedaan. Tidak bisa mutlak disamakan selama kita masih ada di dunia. Kalo memang tidak perlu ada perbedaan, ya Tuhan akan menciptakan Adam dan Adam, bukan Adam dan Hawa.

    Justru perbedaan ini indah bukan? 😀

    Huang : Yaaa terkadang itu bisa terjadi. Hey ada yang salah dengan Adam dan Adam?

    • Huang : Yaaa terkadang itu bisa terjadi. Hey ada yang salah dengan Adam dan Adam?

      Ini yang saya maksud dengan diluar nalar kita. Pertanyaa ini seharusnya dijawab oleh “TUHAN” Pencipta Semesta Alam 🙂

      Huang : Iyaa…

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru