BerandaIdeaAdakah Di Dunia ini Happily Ever After?

Adakah Di Dunia ini Happily Ever After?

Author

Date

Category

Kisah dalam buku dongeng selalu memberikan gambaran happily ever after. Seorang putri yang bertemu dengan sang pangeran. Tidakkah tiap dari kita mendambakan hal yang demikian? Namun, sayangnya itu hanya ada dalam barisan kalimat dan dongeng. Tidak banyak orang yang bisa mendapatkannya, barangkali hanya bisa mengkhayalnya saja.

Bisa kita rasakan sendiri, dunia ini ini penuh dengan kepedihan, kelicikan, kesulitan, dan kesedihan. Tidak ada tampak seperti dongeng kalau adanya happily ever after tersebut.

Bahagia adalah impian tiap insan individu. Definisi bahagia pun menjadi beragam.

Apa yang membuat kamu bahagia? Jika….

Saya bahagia jika dapat pasangan yang mengerti diri saya..

Saya bahagia jika ada pasangan yang mencintai diri saya…

Saya bahagia jika karir saya sukses…

Saya bahagia jika bisa keliling dunia tiap tahunnya…

Saya bahagia jika… dan jika..

Jika mereka sudah tahu ada konsekuensi yang harus dibayar saat meraih kebahagian, lantas kenapa masih tetap ngotot mengejar target bahagia itu?

Tidak sedikit orang gagal dalam pernikahan karena perselingkuhan, cek cok yang berujung perceraian. Anak-anak muda yang jatuh dalam narkoba yang mereka pikir akan membuat masalah mereka hilang sesaat.

Garis merahnya, kenapa kita tidak bisa selalu bahagia/bersukacita? Jawabannya karena kita masih punya “target” dalam diri kita. Target yang kita pakai untuk menjadi acuan hidup yang akan membuat bahagia. Kondisi seperti tuntutan untuk menikah dan punya anak. Tuntutan seperti bekerja dengan posisi direktur. Namun, apabila target itu tidak tercapai maka rasa bahagia itu tidak ada.

Bukannya tidak baik memiliki target, tapi efek samping dari target itu yang akan membuat rasa bahagia tidak muncul.

Saat saya baca injil di Alkitab saya merasa tersentak oleh isi firmannya :

Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur; aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan; aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ pohon-pohon muda. Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku. Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar daripada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku. Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku. Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari. (Pengkhotbah 2:4-11).

Jelas kan, kalau semuanya sia-sia saja mengejar “target” itu kalau kita tidak tahu tujuan dari “target” tersebut.

Ada penggali tanah yang karena terlalu sibuknya menggali dan menggali tanah, hingga dia sendiri tidak bisa melihat lagi cahaya di atas sana dan sudah berapa dalam dia menggali. Sampai dia sendiri terkubur dengan sia-sia di dalam tanah yang dia gali.

Saya diberitahu kalau untuk bahagia adalah dengan melepas apa yang menjadi “target” dalam diri kita. Beranikah saya untuk melepas “target” dalam diri saya?

Tulisan ini menjadi bahan kontemplasi untuk pribadi saya. Supaya lain waktu saat saya sedang membaca kembali arsip lama, saya dapat kembali diingatkan kembali.

 

Diinspirasi oleh tulisan di takhtayesus.com

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

5 KOMENTAR

  1. Nice! Pd dasarnya manusia memang egois sehingga terkadang mereka tidak ingin melepaskan “target” tersebut meskipun itu tidak membuat mereka bahagia. ckck

    thanks for the reminder 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru