Obrolan saya dengan Chris by YM! barusan menginspirasi saya untuk buat postingan baru. Berkaitan dengan robot dan manusia. Ah saya seakan sotoy banget tentang kehidupan 😀
Bahas tentang kuliahnya di IT, ternyata ambil IT Database. Saya tanya napa dia nggak ambil yang bagian robot saja, dijawab kalau jurusan itu “memabokkan”. Kenapa? Pelajarin bagian-bagian robot ada dikonsentrasi Artificial Intel (AI), saya sih tahu-tahu aja kerennya robot buatan Jepang :D, sementara temen saya di ITB juga ikut semacem klub robot gitu.
Teman saya mulai jelasin proseduran pemograman perintah di robot. Robot itu harus diprogram, mulai dari gerakkan kaki, tangan, sensor, dan lain-lain yang menuntut ‘serupa’ dengan manusia. Makanya, kalau si pembuat program (manusia) salah dalam kasih perintah maka si robot juga akan salah menterjemahkannya. Intinya di sini, manusia harus buat ‘roh’ dalam si robot.
Baca statusnya Mas Koko di YM buat saya coba kontemplasi sejenak.
Apa jadinya jika mulut dilarang bicara? Apa jadinya jika mata dilarang melihat? Apa jadinya jika telinga dilarang mendengar? Jadilah robot tanpa nyawa yang hanya mengabdi pada perintah.
Saya coba bayangin kalau mulut yang biasanya dipakai buat bicara, tiba-tiba harus dilarang?
Saya coba bayangin kalau mata yang biasanya dipakai buat lihat, tiba-tiba harus berteman dengan kegelapan?
Saya coba bayangin kalau telinga yang biasanya dipakai untuk dengarin suara dari cempreng sampai merdu, tiba-tiba harus ditutup?
Tapi kalau manusia disuruh jadi robot? Wah saya nggak setuju! Namun, ada beberapa pendapat yang bicara kalau robot itu juga punya ‘perasaan’ sama seperti manusia. Maksudnya, misal suatu mesin dipakai secara terus menerus maka suatu saat akan rusak. Adakah benang merahnya?
@TheGands
Who knows? anything is possible in this world :p
emang manusia mau jadi robot?
@Trendy
Ntar dijajah sama robot? atau teknologi?
robot kalu membantu manusia saya setuju!
tapi kalu menggantikan manusia ogah!
wkeekkeke!