Apa reaksi kamu saat melihat patung berwujud seram dengan gigi taring atau tubuh raksasa? Pemandangan ini tentu tidak asing bagi penduduk lokal yang mayoritas memeluk agama Hindu di Bali. Khususnya menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu yang berada di Bali punya semacam ritual dianggap hari penyucian dewa-dewa yang dipercayai.
Tujuan utama Nyepi adalah memohon kepada Sang Pencipta agar menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Sehingga bagi penduduk Tanah Dewata ini adalah momen yang sakral dan perlu dipersiapkan secara matang. Satu hari sebelum Nyepi, para umat Hindu akan mengadakan ritual Buta Yadnya yang mana didalamnya ada pawai ogoh-ogoh.
Tahu kah kamu tentang ogoh-ogoh?
Menolak Bala dan Mengusir Kejahatan dari Bali
Menurut Wikipedia, Ogoh-Ogoh merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Seperti apa kepribadian si Bhuta Kala ini pun dideskripsikan sebagai manifestasi unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia. Iri, dengki, sombong angkuh, culas, dan hal lainnya termasuk dalam kepribadian si Bhuta Kala. Sehingga, masyarakat Bali pun membuat pawai ogoh-ogoh dengan tujuan mengusik si Bhuta Kala agar terjadi keseimbangan antara alam manusia dan semesta.
Dalam rangkaian pawai ogoh-ogoh ini terdiri dari dua tahapan, yaitu ritual mecaru (pecaruan) dan ngrupuk (pengerupukan). Dua tahapan ini tak boleh terlewatkan, seperti Mecaru yang merupakan upacara persembahan aneka sesajian ke Bhuta Kala. Sedangkan Ngrupuk adalah ritual berkeliling ke pemukiman penduduk sambil membuat bunyi-bunyian keras disertai penyebaran nasi tawur dan asap dupa secara beramai-ramai. Ritual ngrupuk ini dilakukan agar si Bhuta Kala beserta segala unsur negatif lainnya menjauh dan tidak mengganggu kehidupan umat manusia.
Berdasarkan bacaan yang saya temukan, ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan dengan upacara Hari Raya Nyepi. Namun sejak tahun 80-an, umat Hindu Bali mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa. Hanya pelaksanaannya dilakukan setelah upacara pokok selesai barulah dilakukan pawai ogoh-ogoh yang terkenal karena keunikan tradisi turun temurun di Tanah Dewata. Maka dijadikanlah festival tahunan yang semarak dan menjadi daya tarik pariwisata sebagai pelengkap kemeriahan upacara.
Proses Lama Namun Hasil Maksimal
Dalam bentuknya, ogoh-ogoh memang diceritakan dalam wujud Rakshasa, menyeramkan dan buat saya yang pertama kali melihatnya saat Festival Gerhana Matahari Total lalu sempat membuat bulu kudu merinding. Ternyata ada bentuk lain dari ogoh-ogoh yang digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup seperti ogoh-ogoh Naga, Garuda, Bidadari atau Dewa.
Tentunya dibutuhkan bahan yang baik untuk pembuatan patung ogoh-ogoh. Bahan yang kuat nantinya bisa diangkat oleh beberapa orang dan diarak keliling. Selain itu tetap menjaga lingkungan dengan bahan yang ramah lingkungan seperti bubur kertas, gulungan bambu yang sudah diiris, kerangka besi dan jaring kawat. Dulunya patung terbuat dari kerangka kayu dan bambu sederhana yang dilapisi kertas kemudian diwarnai sesuai karakter Bhuta Kala. Pengerjaan merangkai bambu ini bisa dilakukan berminggu-minggu sebelum menyambut Hari Raya Nyepi. Rangkaian bambu diasah dan dibentuk hingga terbentuk tiga dimensi yang bagus. Oleh perkembangan waktu, proses pembuatan ogoh-ogoh pun kena imbas dengan inovasi. Dibuat dengan rangka dari besi yang dirangkaikan dengan bambu yang dianyam. Sedangkan pembungkus badan ogoh-ogoh diganti dengan gabus dan teknik pengecatan.
Semangat Kebersamaan Antar Masyarakat
Saya lalu bertanya ke teman yang tinggal di Bali, jika pengerjaannya yang lama lantas siapa yang mengerjakannya? Biasanya ogoh-ogoh akan dikerjakan oleh para Banjar yang terdiri dari pemuda-pemuda yang tenaganya kuat. Banjar merupakan lingkungan dari tiap-tiap desa yang tergabung dari para pemuda-pemudi Bali. Di tiap banjar terdapat kepala lingkungan yang menjadi nahkoda. Saya sendiri baru tahu kalau di Bali tidak ada RT RW sehingga, peran banjar di sini boleh dikatakan sejajar dengan RT RW dalam suatu daerah. Luar biasa!
https://www.instagram.com/p/BCVH6gGKj3J/
Oleh waktu pengerjaan yang lama dan rumit, istimewanya semua dikerjakan para Banjar secara gotong royong pengerjaannya dalam suatu wadah karang taruna. Salah sedikit saja tentunya akan merusak tatanan desain yang diinginkan sehingga dituntun kesabaran penuh dari orang-orang yang mengerjakannya. Apalagi dengan panjang ogoh-ogoh bervariasi, bahkan pernah ada yang mencapai 12 meter dan 2 ton pernah dibuat oleh pemuda Banjar. Bayangkan saja andai salah sedikit saja salah satu pemuda yang mengangkatnya tentu akan merusak acara pawai. Bisa runyam kan?
Selain itu, tema ogoh-ogoh juga bervariasi mulai dari tema pewayangan, keagamaan, sampai politik. Malahan ada yang berbentuk tokoh-tokoh tertentu untuk mengangkat fenomena sosial yang terjadi saat ini. Padahal makna yang diharapkan adalah sesuai nilai agama Hindu yaitu tidak terlepas dari Tuhan, Manusia, dan Bhuta Kala sebagai penyeimbang hubungan ketiganya. Ogoh-ogoh ini nantinya akan dibakar karena saat diarak dipercayai elemen-elemen negatif yang ada di sekitar akan ikut bersama ogoh-ogoh.
Jejak Maha Karya Bernilai Mahal
Kepikiran kenapa patung besar sampai berpuluh kilo ini diangkat dan dibakar begitu saja? Peristiwa ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat. Beban dari berat yang mereka gendong dianggap sebagai sifat negatif seperti cerminan sifat-sifat raksasa. Momen kebersamaan dalam pembuatan ogoh-ogoh ini pastinya sangat dinantikan karena membutuhkan banyak orang dengan semangat kebersamaan untuk membuat dari awal sampai akhir.
Tentunya adanya Ogoh-Ogoh ini membawa dampak buat umat Hindu, apalagi masyarakat yang tinggal di Tanah Dewata. Dari sanalah tampak nilai gotong royong, kegigihan, keteguhan, dan kesabaran masyarakat Bali. Jika saja salah satu orang yang mengerjakannya tidak sabar tentu patung tidak akan jadi. Saya melihat adanya peleburan emosi dan saling memahami dalam peristiwa tahunan ini. Bisa dibayangkan kelompok warga yang tumpah ruah ke jalan-jalan menyaksikan arakan dari desa ke desa hampir di seluruh Bali. Dalam pembuatan ogoh-ogoh juga mengandung unsur seni yang bisa membangkitkan kreatifitas yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi. Tentunya menunjang program pemerintah dalam meningkatkan omset pariwisata di kota yang mendapat julukan Everyday is Holiday!
Bolak balik ke bali tapi gw ngak pernah liat pawai ogoh2 begini #AkuGagal
Aku aja belum pernah ke Bali kak cum. Gimana bisa lihat ginian?
aku kalo ke bali suka banget liat acara adat ini, berasa magis liat berbagai karakter dari si ogoh ogoh…tapi kadang kalo keinget terus jadi takut hihii
keren2x mirip animasi dari luar.. tetap kreatif ya, kerajinan tangannya di turunkan jangan sampai hilang…
Bener. Pas detil banget pengerjaannya bisa kayak asli wujudnya.
Aku biasanya cuma bisa lihat ogoh ogoh di TV, sering ditugasin ke Bali tapi gak pernah dapet ogoh ogohnya
Next di rencanain aja pas mau nyepi di bali mas cipu
Ogoh2nya keren2. Indonesia memang tak pernah kekurangan orang2 kreatif.
Masih ingat nian ada Goblin, waktu ogoh-ogoh di BKB kak. Sempet bingung kenapa ada karakter COC di situ, apa karena dijahat yah koh?
Iya pas di Festival Gerhana Matahari Total itu aku juga lihat, ada sosok Goblin. Nah, kalo dari bacaan tentang makna ogoh-ogoh hal kayak gitu jadi pro kontra karena ndak sesuai sama makna awal diadain ogoh-ogoh yaitu mengusir hal-hal negatif yang diwujudkan lewat karakter sesuai agama Hindu. Cuma karena sekarang kreatifitas makin luas, orang-orang pun suka membawa tokoh karakter seperti politikus yang jahat atau tokoh orang yang dianggap jahat. Goblin kan kalo di COC suka maling duit
Oh, jadi gitu yoh kak. Seharusnya pilitikus ‘tikus’ alias koruptor cocok juga tuh dijadiin ogoh-ogoh. Gak usah replikanya, langsung orang-orangnya yang dibakar *biargreget*
I wish yah. Tapi mereka tetap santai wae.
keren yah upacara adatnya. Semoga bisa ke Bali yah, apalagi kalau gratis.. hehe
Hai mas Hasyim, yah semoga saja ya doa kita di dengar, bisa ke Bali apalagi bareng blogger-blogger senior. Pengalaman banget untuk blog.
Keren ya!! suka banget event seperti ini!
Tunggu tahun depan ya baru bisa tengoknya
beberapa kali ke Bali, belum juga berhasil menyesuaikan jadwal dengan festival Ogoh-Ogoh, padahal pengen banget.
Mbak Donna suka apa nih dari Bali?
Berkali-kali ke Bali tapi saya belum pernah liat Ogoh-Ogoh, moga next time ada rejeki buat ke sana lagi ama keluarga. Sukses buat lombanya Mas Dedy.
Masih mending mas Ihwan berkali2. Aku belum pernah ke Bali hehehe…
Pengen banget ke Bali pas momen Ogoh-Ogoh ini, dan satu hal lain pas lagi upacara ngaben itu loh aiiih pasti keren foto2nya
Oh ya ngaben yah. Brarti kamu udah harus rencanain ya
semoga nanti bisa ikut acara ni langsung di Bali…
Pas ajak tur kan heee
Ogoh-ogohnya bagus-bagus di sini. Pernah lihat Ogoh-ogoh di Jogja tapi nggak seramai ini.
Sama kayak makan pempek lebih enak langsung di palembang haha
Woow. Belum pernah lihat upacara keagamaannya orang Bali nih.
Terima kasih sharingnya 🙂
Apalagi aku yang belum pernah ke Bali. Pengen juga lihat langsung ya upacara keagamaannya. Tapi tinggal di Bali oke juga.. Everyday is holiday hehehe