Sekitar 30 sampai 40 persen brand saat ini menggunakan jasa selebgram atau influencer.
Kita menyadari sekarang sudah masuk ke era digital marketing. Ketika pemasaran sudah dilakukan serba digital artinya ada trend kebiasaan perilaku orang yang akan berubah.
Trik Promosi Influencer Marketing
Dari banyaknya bagian dari Digital Marketing, salah satunya yang sering digunakan saat ini adalah Social Media Marketing.
Melalui media sosial yang dimiliki, para brand dan vendor melirik orang-orang untuk membuat efek yang viral, lebih membumi dan humanis. Apalagi saat ini follower sudah bisa membedakan konten.
Diharapkan konten yang dihasilkan bisa menimbulkan rasa penasaran untuk tiap orang yang lihat.
Kalau saat ini kamu melihat ada influencer yang sukses, kadang jangan dilihat bagaimana mereka saat ini. Saya yakin mereka pasti juga punya masa gagal dan jenuh. Dedikasi mereka tinggi untuk membuat konten-konten promosi berdasarkan hobi dan sekarang menjadi sumber penghasilan utama.
Apa Itu Influencer?
Apakah influencer adalah profesi saat ini? Sampai sekarang masih agak sulit diterima oleh sebagian orang-orang, bahkan orang tua yang masih anggap kalau bekerja yang pasti-pasti saja.
Dari maknanya, influencer sendiri berarti orang yang mempengaruhi. Hal yang dipengaruhi adalah bagaimana gaya hidup, pemikiran, atau ketika dia menggunakan produk bisa membuat teman-temannya tertarik atau jadi sadar.
Namun ada yang menganggap kalau follower banyak, sudah pasti influencer. Belum tentu, Markonah. Ada orang yang kurang suka dengan sebutan influencer, selebgram atau apalah. Mereka lebih nyaman disebut sebagai si pembuat konten.
Pernah nggak kamu pada saat melihat salah satu postingan temanmu, lalu tanpa sadar kamu pun juga ikut beli setelah melihat konten promosi. Kamu membeli bisa jadi karena dasar suka, kebutuhan atau memang karena kamu ingin mencoba.
Selanjutnya, kamu dengan tanpa paksaan memposting produk tersebut dan memberi tahu kalau kamu beli karena tahu dari postingan teman.
Kalau pernah, artinya temanmu berhasil menginfluence kamu.
Saya senang sekali kalau ada teman-teman saya yang memberikan tag ke Instagram ketika mereka membeli produk yang mana tahu infonya dari saya.
Influencer sendiri punya istilah lain di dunia digital marketing. Ada juga yang menyebut sebagai Key Opinion Leader (KOL). Apa yang dilihat orang adalah opini atau pemikiran dia terhadap suatu produk yang digunakan bisa mempengaruhi follower-nya.
Kasta Influencer
Siapa saja bisa jadi influencer? Semua orang sebenarnya diberikan talenta untuk mempengaruhi orang. Kalian yang memiliki akun media sosial dibawah 1000 follower saja bisa.
Tapi, ada tapinya. Di dunia influencer/KOL ini ada semacam kasta atau tingkatan. Dan, ini cukup keras di industri digital. Tingkatan semacam kasta kalau kamu berteman dengan si kaya dan si miskin. Kalau ini si tenar dan kurang terkenal.
1. Nano Influencer (500 – 10K Follower)
Bagi kita yang pemula, dan baru bermain di media sosial pasti akan langsung masuk ke level nano.
Nano influencer ini memang nggak punya lingkaran jangkauan yang luas. Rata-rata follower mereka berasal dari lingkaran pertemanan yang memang saling kenal. Biasanya akan bertambah saat konten yang mereka bikin menjadi viral dan orang-orang pada kepo untuk follow.
Walau angka follower nano influencer ini tidak begitu banyak, seperti 500 – 1000 follower tapi mereka punya kelebihan. Di antaranya engagement rate tinggi sehingga interaksi juga cukup baik.
Selain itu mereka tidak segan untuk follow back akun kamu.
2. Micro Influencer (10K – 50K Follower)
Salah satu benefit bagi micro influencer adalah fokus sama jenis kontennya mulai terarah. Sehingga mereka mulai mendapat perhatian dari sejumlah follower. Setiap tindak tanduk mereka biasanya akan disorot.
Namun dalam hitungan kalkulator engagement rate juga akan menurun. Ini wajar karena menjadi tantangan bagaimana mereka bisa tetap pertahankan interaksi dengan follower mereka.
Bagi kelompok micro influencer yang di atas 10 ribu follower, biasanya akan terpacu ego “Gue influencer karena follower gue udah banyak.” Fase ini pasti akan dilewati oleh kalian.
Karena micro influencer biasanya bisa menjangkau audiens lebih banyak dan sudah tahu cara main media sosial. Kapan waktu dan momen yang tepat ketika akan upload konten.
Untuk rate follow back akun masih ada peluang, misalnya pernah ketemu langsung atau terlibat dalam kerjasama campaign. Selain itu masih bisa membalas DM kalau ada yang masuk. ((kalau ada ya)).
3. Mid Tier Influencer (50K – 500K Follower)
Berada di posisi tengah, kelompok mid tier influencer ini juga banyak dilirik oleh brand karena “angka”.
Di tingkatan ini biasanya sudah mulai dilirik untuk dijadikan brand ambassador atau memiliki kontrak kerjasama jangka panjang. Tapi tentunya influencer yang dipilih yang memiliki value menarik bagi brand.
Karena luasnya jangkauan, kadang memang akan sulit untuk menemukan audiens yang potensial. Biasanya follower hanya ingin tahu saja atau sekedar penasaran untuk mengikuti. Biasalah, akan ada banyak netizen kepo yang ingin tahu cerita hidup orang lain.
Nah, biasanya mereka di mid tier ini sudah mulai selektif buat follow back akun lain.
4. Macro Influencer (500K – 1M Follower)
Tingkatan ini biasanya sudah masuk ke kalangan public figure, aktor, dan orang-orang crazy rich yang menawarkan kehidupan mereka untuk dinikmati oleh banyak orang.
5. Mega Influencer (Di atas 1M Follower)
Kalau yang ini nggak perlu dijelaskan lagi kayaknya ya. Kalian pasti sudah tahu siapa-siapa saja influencenya. Barangkali dari sini bisa terbentuk fans garis keras.
Mega influencer memang lebih terkenal tapi kurang berpengaruh karena memiliki audiens yang beragam.
Akhirnya hubungan mereka dengan followernya cenderung jauh karena sangat jarangnya interaksi di media sosial. Boro-boro mereka akan follow kamu balik. Balesin DM yang masuk saja syukur!
Kenapa Seseorang Disebut Influencer?
Sekarang ini setiap orang yang pegang kamera dan bisa foto seolah-olah disebut fotografer. Hal ini sama saja dengan orang yang memiliki follower banyak, maka sudah langsung disebut selebgram/influencer.
Serba-serbi industri influencer sendiri penuh lika-liku. Sejauh ini ada dua hal cara menjadi influencer. Mau coba?
Pertama, kamu konsisten dalam membuat konten. Yang artinya, seseorang yang mendedikasikan waktu dan kreatifitasnya untuk membuat suatu konten bukan hanya sekedar selfie saja, tapi bagaimana dia bisa mahir mengambil foto, menyusun caption atau lainnya.
Kedua, kamu pepet para influencer yang terkenal dan belajar dari mereka.
Influencer memiliki tanggung jawab moral yang tidak tertulis. Ketika apa yang dia promosikan ternyata bisa merugikan banyak orang tentu bisa membuat orang-orang tidak percaya lagi.
Efektif Menggunakan Influencer
Menggunakan strategi digital marketing harus tahu tujuan awal sebagai apa.
Tak lain adalah untuk mendapatkan brand awareness akan produk/jasa yang kita tawarkan. Bagaimana orang bisa mengetahui produk/jasa kita jika tidak kita lakukan promosi agar dikenal oleh orang?
Maka yang dilakukan adalah memanfaatkan social media marketing. Optimisasi merangkul para influencer ini agar bisa mendapatkan perhatian audiens mereka.
Setelah produk kita dikenal oleh orang, tentunya audiens bisa mengambil keputusan untuk membeli atau tidak. Maka peran influencer yang bisa membantu mengenalkan produk kita dengan baik itu perlu.
Anggap saja bonus, apabila ketika kamu sudah menggunakan jasa influencer kemudian bisa meningkatkan penjualan produk kamu.
Saat ini juga sudah banyak cara untuk mencari seperti apa influencer yang tepat. Mulai dari mengecek keseharian mereka, interaksi mereka dengan follower mereka, serta mencocokkan apakah produk kita cocok dengan mereka.
Efektif setiap campaign yang diadakan tentunya bisa diaudit kembali di akhir. Misalnya berapa banyak jangkauan dari postingannya.
Tujuan promosi pun ditentukan diawal. Misalnya ingin mencari daya tarik yang lebih luas daripada sesuatu yang spesifik, bisa menggunakan influencer di atas 100K follower karena cakupan audiens memang tidak spesifik.
Sebaliknya, kalau brand ingin mempromosikan produk dengan target audiens yang lebih spesifik, maka bisa bermitra dengan kelompok micro influencer. Misalnya, saya yang kategorinya adalah traveling, maka hal-hal yang berkaitan dengan traveling tentu akan lebih mudah saya promosikan.
Penutup
Bagi yang baru merintis bisnis, tentu akan bertanya apakah perlu memanfaatkan influencer atau tetap promosi sendiri?
Perlu dipahami kalau setiap bisnis itu akan berbeda kebutuhan. Namun, memanfaatkan influencer juga tidak salah karena ibaratnya kalian bisa mendapat jangkauan baru serta produk pun bisa lebih dikenal.
Ada studi yang menuliskan kalau influencer/selebgram bisa menciptakan pemasaran Word of Mouth. Efek marketing WOM ini lumayan powerful untuk mengenalkan produk. Bagi brand yang bisa jeli menggunakan jasa influencer tentu sudah merasakan raup cuan yang didapat.
Selamat menemukan influencer yang cocok untuk bisnis kalian. Semoga artikel ini bermanfaat ya.
[…] dan memerlukan usaha yang konsisten dan tekun. Apalagi di lapangan para influencer ini memiliki kasta […]
[…] dan memerlukan usaha yang konsisten dan tekun. Apalagi di lapangan para influencer ini memiliki kasta […]
aku masih diantara Nano dan Micro Influencer, ngepas 10K xD kalo ada job influencer bagi2 ya koh :)) hihihi
[…] membaca tulisan saya tentang kasta influencer beberapa waktu lalu kan? Kalau belum, bisa baca kembali […]
Aku masih konsisten di Nano. Pokoknya posting entah apa aja kalau lagi sempat. Sekalinya gak sempat, ya seminggu sekali buahahhahaha
Walau Nano kita juga bisa tetap berkontribusi buat bantu promosikan usaha miliki orang lain ya 😀
Gimana draft blog mu mas?
hehehe, naikin engangement dulu ah biar bener jadi influencer 🙂
Kan sudah.. nano influencer.
ga masuk kasta manapun hahaha….ngakunya nano tapi mungkin lebih ke nano nano
baru tau ada kasta-kasta dalam dunia influencer.. yang gede-gede biasanya akunnya dipegang oleh admin, karena memang sudah dikelola dengan profesional..
secara pribadi, aku malah ngga percaya dengan konten yang dibuat dengan megainfluencer atau selebgram dan lebih percaya dengan yang kecil-kecil followernya tapi memang ahli di bidangnya.. ?
iya balik lagi ke siapa kita mau mengkonsumsi dan menilai kontennya ya.
Kasta-kasta ini ada mas, blogger pun ada haha.. ini buat membandingkan ketika mendapat job gitu.
[…] sendiri memiliki lima tingkatan influencer berdasarkan angka follower dan engagement […]
Sebenarnya influencer ama endorser itu sama atau beda Koh?
hampir sama bang. di dunia digital aja jadinya dikelompokkan buat pembagian job kan 😀