Beberapa hari setelah mengikuti rangkaian acara Hari Jadi Tidore ke-909 membuat kami secara tidak langsung ikut mengenal Tidore dari sisi budaya dan tradisi yang telah ada turun temurun. Tidore seolah menyimpan harta karun yang tersembunyi untuk kita nikmati seperti salah satu keindahan wisata baharinya yaitu Pulau Failonga.
Sebagai kota yang dikenal sarat akan keislaman, sejarah dan budaya. Nyatanya pulau Tidore memang diciptakan Tuhan pada saat sedang tersenyum. Ruang hati saya seolah terisi penuh dengan decak kagum saat pertama kali melihat pulau mungil di timur laut Tidore ini. Pulau tak berpenghuni yang berada di antara Tidore dan Halmahera ini sudah menarik mata saya saat pertama kali menginjakkan kaki di Tidore.
Saya baru kali ini mengikuti suatu acara festival, kami sepakat tubuh ini masih lelah karena beberapa malam tidur larut. Hanya begitu mendengar kata air dan laut? Seolah kami semua mendapat suntikan energi untuk berkata : Let’s go!
Rombongan kami berjumlah sekitar 15 orang sudah bersiap sejak pukul 8 pagi waktu setempat. Kami diajak menuju Dermaga Pelabuhan Goto. Dermaga pelabuhan ini berada tidak jauh dari Pantai Tugulufa dengan panorama laut yang dan suasana yang asri. Apabila di sore hari di pinggiran pantai terdapat beberapa warung makan. Perahu cepat kami sudah tersedia di bibir dermaga dan siap mengangkut kami dengan perasaan senang bercampur penasaran menuju Failonga.
Waktu tempuh perjalanan menuju Pulau Failonga kurang lebih 30 menit karena rute perahu akan menuju ke tengah laut. Cara lain, apabila kalian berada di Pelabuhan Bastiong.
Ternate juga bisa langsung menyewa perahu dari sana dengan jarak tempuh kurang lebih hampir sama. Memang di Tidore tidak ada transportasi khusus yang melayani rute ke Pulau Failonga. Jangan khawatir mengenai harga sebab harga sewa perahu masih terbilang terjangkau. Pulang-pergi satu perahu kapasitas 10 orang sekitar Rp 600.000.
Rombongan kami datang sudah terlalu siang, matahari mulai perlahan naik. Padahal waktu yang tepat untuk ke Failonga adalah pagi hari, karena ombaknya belum terlalu tinggi. Bagi kalian yang punya masalah dengan mabuk laut, sudah pasti harus menyiapkan obat anti mabuk terlebih dahulu. Selama perjalanan kita dapat melihat megahnya puncak Gunung Marijang atau yang lebih dikenal sebagai Kie Matubu.
Baca juga:
- Agromarine, Solusi Infrastruktur Prioritas Jokowi Bagi Tidore
- Tidore Tempo Dulu, Sekarang dan Masa Depan
Melihat Failonga Lebih Dekat
“Pak, perahunya nanti pelan saja ya kita mau foto pulaunya dari jauh.” Pulau Failonga seperti secumpuk tebing batu yang berada di tengah laut dengan perpohonan yang kian hijau. Kami mengitari pulau tersebut untuk menemukan lokasi yang tepat menepikan perahu dan rantai jangkar agar tidak merusak terumbu karang di bawahnya.
Di luar perkiraan saya ternyata butuh perjuangan lewat berenang dengan jarak sekitar 50 meter dari perahu menuju bibir pantai. Kondisi saat itu arus air cukup deras dan persis di bawah sudah ada terumbu karang tajam. Perahu tidak memungkinkan untuk lebih mendekat karena faktor untuk melepaskan jangkar.
Ada gunanya membawa drybag saat destinasi liburan kita dekat dengan air. Sebab kita bisa memasukkan barang-barang penting seperti kamera, ponsel dan pakaian agar terhindar dari basah atau hal yang tidak kita inginkan.
Setelah menggenakan life jacket, saya segera menjatuhkan diri ke dalam air. Beberapa kali tubuh saya terseret arus deras sehingga membuat saya agak kesusahan. Saya pun berusaha menggandeng tangan Yuk Annie agar ada pemberat dan kami bisa bertahan menuju pinggir pantai pasir putih. Ternyata dua orang yang tidak mahir berenang ini masih ikut diseret oleh arus air. Beruntung tidak beberapa lama Kak Gathmir menolong kami segera. Dalam benak saya hampir saja nyawa ini jadi taruhan.
Bagai Pulau Tak Berpenghuni
Hamparan pasir putih nan halus dan gradasi warna air yang memanjakan mata. Dua hal ini yang membuat terbius dalam beberapa saat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di pulau Failonga. Sama sekali hening. Pulau ini hanya dikelilingi oleh batu tebing yang tergolong curam. Sebagian batu-batu kecil berada di antara pasir putih. Justru inilah yang menjadi keunikan dari Pulau Failonga.
Seolah mata sudah lapar melihat air, kami segera melepaskan kebahagiaan menceburkan diri ke dalam air. Kami banyak melakukan kegiatan selama di Pulau Failonga mulai dari berenang, snorkeling melihat ikan-ikan kecil, berjemur atau memanjat batu tebing untuk melihat panorama Pulau Failonga juga bisa dilakukan.
Oleh karena rasa ingin tahu, saya mulai memanjat tebing batu yang mudah dijangkau. Namun, harap berhati-hati saat akan menaiki tebing batu karena beberapa pijakan batu ada yang kurang kuat. Dari atas tempat kaki saya berdiri, saya menyaksikan langsung keindahan dua buah pulau dalam satu pemandangan yaitu Pulau Tidore dan Halmahera dari atas tebing batu Failonga.
Di lihat dari atas, Pulau Failonga ini dikelilingi oleh pasir putih dengan batas jarak kedalaman air mencapai 2 meter kemudian kita sudah memasuki area terumbu karang. Kami sempat mengabadikan foto bersama untuk menunjukkan batas karang dan pasir putih.
Baca juga : ASUS ZenFone 3 Max (ZC553KL) Menemani Perjalanan Seru di Tidore
Kenikmatan Hakiki Makan Bersama
Tidak terasa sudah dua jam berada di Pulau Failonga. Matahari semakin naik ke atas dan terik, beberapa dari kami beristirahat di antara celah-celah batu yang ditutupi oleh perpohonan. Teman-teman Ngofa Tidore lainnya seperti Bams, Aka, Oji, dan Ko Udin datang menggunakan kapal yang tadi mengangkut kami. Mereka semua telah mempersiapkan menu makan siang bagi kita bersama.
Ini merupakan pengalaman baru bagi saya saat traveling. Keluarga baru saya di Tidore telah menyiapkan ikan dan sambal dabu-dabu andalan untuk kami santap makan bersama. Semua orang duduk menjatuhkan pantat beralaskan batu. Nikmat seperti apa lagi yang ingin didustakan? Di tengah pulau tak berpenghuni kami melakukan liwetan. Alas pelepah daun pisang menjadi alas makan kami siang hari itu. Bams, Aka dan Ko Udin kali ini bertugas untuk memanggang ikan dan mereka menjadi orang yang paling kami nantikan.
Perut kami sudah tidak sabar menantikan ikan-ikan segar itu untuk disantap lengkap dengan sambal dabu-dabu, ketupat bungkus dan Goboro. Goboro merupakan nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan diikat. Bisa juga terbuat dari jagung yang sudah dihaluskan. Cara masaknya dengan dikukus. Cita rasa yang luar biasa gurih sehingga dapat menjadi pengganti seperti nasi. Sungguh ini kenikmatan hakiki yang sulit untuk terulang kembali.
Mari Kita Orang Jaga Failonga!
Perairan sudah mulai tenang, kami mengeluarkan lazy bag agar dapat bersantai di atas menikmati aliran air yang sudah tenang. Ikan-ikan kecil mulai bermunculan. Udara bertiup sepoi-sepoi. Saya kembali asyik dengan kamera untuk mengambil beberapa spot foto sebagai dokumentasi keindahan Pulau Failonga.
Sebenarnya dari awal kedatangan ke Failonga, pulau ini indah dan alami namun sayangnya dirusak oleh tangan-tangan usil yang mengotori dinding-dinding batu tebing dengan meninggalkan tulisan-tulisan yang tidak ada manfaat menggunakan cat. Saya tidak habis pikir apa yang ada dalam pikiran mereka. Kebanggaan seperti apa yang ingin didapat kalau melakukan vandalism di tiap objek wisata?
Selain itu, di sekitar tempat kami beristirahat ternyata banyak juga sampah-sampah non organik di sekitar pulau. Hal ini membuat Rifky tergerak hati untuk mengambil sampah-sampah tersebut ke dalam karung sampah yang dibawa. Saya jadi ingat saat traveling ke Air Terjun Bedegung, Sumatera Selatan dan di atasnya terdapat warung yang menjual mie instan tinggal seduh. Dari bawah para penjual itu memikul barang dagangan mereka ke atas, lalu sampah-sampah bekas jualan mereka buang ke dalam aliran air terjun. Akhirnya membuat sebagian aliran tersumbat oleh tumpukan sampah. Miris!
Baca juga : Pesona Air Terjun Bedegung, Aset Wisata Sumatera Selatan
Sekujur tubuh tampaknya sudah mulai memerah karena hampir lima jam kami bermain di Pulau Failonga. Lotion sunblock yang saya gunakan tidak mampu menahan teriknya matahari. Selesai membereskan perlengkapan sekaligus satu karung goni dan tiga kresek berisikan sampah-sampah pengunjung. Satu per satu kami mulai naik ke atas perahu. Kali ini badan perahu sudah bisa lebih menepi ke pinggir pantai karena air laut sudah mulai tenang dan tidak pasang.
Di dalam perahu kami saling menatap ke “harta karun” yang kami bawa pulang dengan tatapan penuh makna. Mesin baling-baling perahu bergerak dengan kencang meninggalkan pulau kecil sejuta pesona ini. Amat disayangkan jika salah satu potensi alam di Tidore ini rusak sebelum dikenal luas. Barangkali pemerintahan setempat dapat membuat semacam dermaga atau jembatan agar dapat digunakan sebagai tempat bersandarnya perahu saat pengunjung datang sehingga terumbu karang yang ada di sekitar Failonga tidak patah terkena jangkar perahu.
Sama seperti saya juga siap jadi sandaran bagi kamu eh Ayoklah kapan ajak Kokoh jalan-jalan lagi?
Tips berkunjung ke Pulau Failonga
Berikut sejumlah tips yang bisa kalian ikutin sewaktu akan berkunjung ke Pulau Failonga.
- Persiapkan obat anti mabuk, bagi kalian yang memiliki masalah dengan mabuk laut.
- Gunakan pakaian renang/snorkeling/diving
- Gunakan sunblock SPF untuk melindungi kulit dari terik matahari secara langsung.
- Bawa bekal makanan/minuman
- Gunakan dry bag untuk melindungi barang penting dari basah.
- Gunakan alas kaki yang nyaman seperti sandal gunung atau sepatu khusus snorkeling/diving
- Bawa kamera underwater serta gunakan dry case untuk melindungi perangkat elektronik.
- Tidak meninggalkan sampah di pulau.
- Tidak melakukan perbuatan tindak asusila/berkata kotor di sekitar pulau.
***
Tulisan mengenai Pulau Failonga, di Tidore ini juga dimuat di Sriwijaya Air Inflight Magazine August 2017.
Terima kasih untuk Ngofa Tidore Tour Travel yang telah mengajak saya jalan-jalan bersama teman Travel Blogger lainnya.
[…] satu wisata bahari yang ada di Tidore adalah Pulau Failonga yang berada di antara Ternate dan Tidore. Pulau Failonga termasuk pulau tak berpenghuni dengan air […]
[…] untuk menyimpan sampah atau saat berbelanja di perjalanan. Pengalaman saya melihat Rifky waktu di Pulau Failonga, Tidore, dia inisiatif mengambil sampah plastik ke dalam karung kemudian dibawa pulang untuk […]
[…] satu wisata bahari yang ada di Tidore adalah Pulau Failonga yang berada di antara Ternate dan Tidore. Pulau Failonga termasuk pulau tak berpenghuni dengan air […]
[…] terpesona dengan keindahan alam baharinya mulai dari Pulau Failonga hingga kearifan lokal setempat di Desa Gurabunga yang mendapat julukan “Negeri Di Atas […]
Lupakan kulit yang menjadi exotis walaupun sudah pakai spf 100 tetap aja gosong hahahaha
hahaha Disitu saya merasa jahatttt……. yuk foto foto lagi :)))))
Jahatt banget…. :))
duhhhh .. pantainya bener2 bikin ngecessss
mudah2-an tetap terjaga kebersihan dan keindahannya
Iya mas… semoga saja tiap orang yang datang, sadar sama kebersihan ya..
Waaa itu airnya jernih banget, panas-panasan pun aku relaaa. Kalau aku jadi kamu, aku juga bakal pake kaos sleeveless dengan celana pendek dan sepatu sendal, hehe. Terus aku nggak bisa berenang, apa kabar kalau aku harus nyebur ke dalam air buat merapat ke pantai? 🙁
“Saya baru kali ini mengikuti suatu acara festival, kami sepakat tubuh ini masih lelah karena beberapa malam tidur larut. Hanya begitu mendengar kata air dan laut? Seolah kami semua mendapat suntikan energi untuk berkata : Let’s go!” — Anyway, koh, paragraf ini kurang enak dibaca, kayak nggak jelas hubungan antar kalimatnya. Mungkin perlu tambahan kalimat lagi atau kata penghubung 🙂
Nama-nama tempat di Maluku Utara ini terdengar begitu eksotis ya, Koh. “Failonga” “Maitara”
Foto-fotonya bikin makin mupeng pun. Duh, semoga segera bisa ke sana.
Dokumentasinya Mas Deddy selalu komplit deh, buah ketelatenan hehehe.
Indonesia , pariwisata yamg gak ada habisny . . .kunbal y
lengkap bangettt…seru, selalu ada yang biru biru kalau main kr blog ini
kalau aku main ke hutan, bakal banyak ijo2 :p
makan bareng model piknik keluarga gtiu kayaknya enak banget.. aaakkk
lebih enak makan bareng daripada makan sendiri 🙁
Tadi pagi selama dalam penerbangan dari Malang – Jakarta, tulisan dan foto-foto koh Deddy saya baca di inflight magazine Sriwijaya Air. Yeeaaay.
wih… matur nuwun mas Diptra..
Aku ragu mau baca tulisan ini… Pasti banyak racun yang bikin mupeng. Dan ternyata beneeeer ???
Aku sebarin racun buat jalan-jalan 😀
wahhh cantik sekali, tapi harus naik-naik kapal gitu ya gan.. kayaknya urung dulu deh, mabok naik kapal hehehe
http://www.okymaulana.com/2017/08/merasakan-cinta-satu-malam-di-melaka.html?showComment=1502277841738#c1589155048993260831
minum obat mabok dulu mbak 😀
Ih ngiler aku ke Failonga, mau renang setiap hari klo aku nanti ke sana 😀
Birunyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ah ngencesssssss
Kamu suka pantai ya, aku kira lebih suka tracking Alid.
Aku mau makan sambal dabu-dabu sama ikan di pinggir pantai. Mau berenang di Indonesia Timur. Tapi maunya dibayarin (langsung dilempar pake helm). Ngobrol-ngobrol lazy bagnya nyewa atau bawa dari mana? Seru warnanya.
Wekeke.. semuanya pasti pengen Lutfi kalau jalan-jalan disponsorin 😀
What a beautiful island of Failonga it is!
Seru ya, bnyak kegiatan barengnya: mandi, foto2, makan2 dst…diulas scra pnjng lbar bikin capek juga bacanya (ciri travel bloger umumnya)*huuuu….
Tp untunglah ada gambar/foto2 keren yg dipjang.
Mntap skali sajian alam Tidore ini. Oya, mas Deddy Huang, ini travelling trkni? Maaf, kepo…
Ya begitulah mas kalau nulis tentang wisata memang begini 🙂 tujuannya informatif..
ini bukan traveling terkini mas, udah lama gak jalan-jalan nih hehe
Ya Allah…pengen banget bisa ke Tidore, ke Failonga….:D
Semoga segera terwujud ya mbak.
Laut dan langitnya pas, biru banget?
Klop 😀
Pulaunya kalau untuk nembak ikan itu pas banget. Banyak ikan baronangnya kalau di tempat seperti itu.
Wah aku kurang tahu mas kalau di sekitar sini punya ikan baronang. Mungkin agak ke tengah baru ada ya.
Masih misteri foto-foto kamera aksi aku lenyap huhuhuhu.
Kalo inget mabuknyo, nyerah. Tapi kalo inget pas jadi umang-umangnyo kangen hehehe
lho jadi beneran dak ketemu? Cubo di restore pake apps bae memory cardnyo, yan.
Apaaa??? Saya dijadikan PEMBERAT #ngasah_parang #kejar_Deddy
Foto Bams dan Ayu menatap Fia itu keren maksimal. Dan itu coba, foto di lazzy bag kok pake sandal jepit koneng #buahahahahaha
Wakakaka.. iyo yuk aku kan kurus jadi gampang terapung ??
Biar matching samo warno lazy bagnyo itu..
Baca postingan ini serasa ikutan ke Failonga. Indah luar biasa pemandangan di sana ternyata, ya. Dan seperti biasa, lagi-lagi vandalisme bikin geregetan! Baidewei… liat bening airnya aku pingin nyemplung jugaaa?.
Semoga nanti kita ada trip bareng ya mbak Molly.
Aamiin. Semoga ya, koh?
Makan liwetannya tak terlupakan. Rasanya nikmat tiada tara! 😀
Foto-foto kece yang ditampilkan sudah bisa mewakili betapa indahnya Failonga. Lenyap segala lelah, penat, apalagi galau, kalau datang ke sini. Yang ada hanya rasa bahagia dan rasa syukur.
Yuk Rien tempo lalu dak ikut makan liwetan kan?