BerandaIdea8 Tips Foto Traveling Lebih Menarik

8 Tips Foto Traveling Lebih Menarik

Author

Date

Category

Satu tahun belakangan ini saya mulai fokus sama dua niche yaitu traveling dan kuliner. Dua topik ini tampaknya sulit dipisahkan. Betul kan? Di waktu saya sedang tidak melakukan traveling, kadang saya memotret makanan di beberapa restoran yang mengundang.

Sebagai travel blogger pastinya saya juga harus melatih diri supaya punya kualitas foto baik. Setidaknya bagi saya sendiri bisa memuaskan mata saya dulu. Barulah saya sajikan buat kalian sewaktu membaca di blog atau scroll timeline lewat Instagram @deddyhuang dan @kokocarimakan.

Satu hal yang saya dapat sewaktu melakukan travel photography yaitu jangan berhenti belajar.

1. Investasi Kamera

Saya menyadari betapa pentingnya memiliki kamera profesional seperti dSLR maupun mirrorless. Satu saja cukup, dua lebih baik untuk menemani traveling kita dan memotret momen. Dulu saya punya kamera jenis prosumer yang lensanya fixed dan punya keunggulan bisa di-zoom sampai 18 kali yaitu FujiFilm S2980.

Baca juga : 4 Alasan Kenapa Memilih FujiFilm Finepix S2980

Saat itu saya merasa jarang pakai kamera jadi kamera hanya disimpan di dalam tas. Daripada timbul jamur dan rusak, akhirnya kamera itu saya jual dan bertemu pembeli yang cocok. Setelah dijual saya benar-benar mengandalkan kamera ponsel resolusi 8MP yang saya pikir sudah cukup menemani kalau saya perlu foto-foto dokumentasi.

olympus omd em10 mark ii
Teman perjalanan sekaligus teman pembuka rejeki.

Awalnya saya kira kamera ponsel ini bisa diajak buat kerja misalnya foto-foto makanan. Dokumentasi acara juga tidak terlalu buruk. Ternyata tetap saja ada keterbatasan kalau menggunakan kamera ponsel yaitu ketajaman detil yang kurang maksimal. Alasan itulah yang membuat saya kurang puas dari tiap hasil foto yang saya dapat.

Sampai saya putuskan untuk membeli kamera mirrorless Olympus EM10 Mark II dengan lensa kit. Kamera mirco four thirds ini sudah hampir satu tahun menemani perjalanan saya memotret berbagai destinasi. Selain ukurannya yang compact hasilnya juga tidak mengecewakan. Ini bukan berarti kamera ponsel tidak kalah canggih.

Mohon jangan berprasangka buruk dulu, bagi saya kamera ponsel tetap dapat digunakan sebagai senjata cadangan apabila terjadi sesuatu dengan kamera utama kita. Apalagi hasil foto kamera ponsel saat ini juga tidaklah buruk. Masih bisalah untuk upload di media sosial seperti Facebook, Instagram dan Twitter.

Tapi saya sarankan kalau kalian mau naik kelas bermain di travel photography, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah upgrade senjata kalian sesuai kebutuhan. Faktor lainnya, saya ingin lebih profesional saja terhadap klien yang menggunakan jasa saya. Di internet banyak orang-orang yang berbagi pengalaman di blog mereka cara memilih kamera yang baik. Pesan saya carilah kamera sesuai kebutuhan. Kalian tidak mungkin kan membeli kamera harga 30 jutaan hanya untuk di-upload ke Instagram?

2. Manfaatkan Golden Hour

Kita tidak bisa mengatur cuaca. Kapan cuaca akan bagus atau tidak. Berawan atau justru awannya hilang. Tapi sejauh yang saya dan praktekkan ternyata untuk mendapatkan hasil foto yang bagus saat matahari terbit dan sebelum matahari tenggelam. Kedua waktu ini dikenal sebagai Golden Hour.

Saya coba praktekkan waktu mengambil foto di kedua waktu tersebut ternyata hasilnya memang sangat memuaskan. Boleh dibilang waktu terbaik untuk foto. Pencahayaan alami yang dihasilkan memang lebih lembut dibanding kalau kita mengambil foto di atas jam 12 malam. Biasanya terik dan menjadi backlight.

morning sunrise
Menikmati sunrise pagi di Tidore

Cuma kita tidak mungkin memotret hanya di dua waktu itu saja bukan sepanjang hari? Menurut saya, saat ini zaman sudah canggih, kamera sudah digital. Tentunya kita bisa memotret kapan pun kita mau. Hanya saja kita tetap perlu memperhatikan arah datangnya cahaya.

Baca juga : ASUS ZenFone 3 Max (ZC553KL) Menemani Perjalanan Seru di Tidore

Waktu saya di Tidore, beruntung sekali bisa memotret sunrise di pagi hari dari belakang penginapan dan dari atas Benteng Torre. Selain itu, biasanya saya saat foto produk di rumah masih mengandalkan natural lighting dari depan pintu rumah. Waktu terbaik saya memotret biasanya sekitar pukul 8 pagi sampai 2 siang. Selebihnya saya tidak lagi mendapatkan cahaya yang terang yang masuk ke dalam rumah.

Khusus untuk memotret makanan, saya sangat menghindari memotret di waktu malam. Biasanya cahaya malam dari lampu restoran berwarna kuning. Efeknya membuat pantulan antara piring dan meja.

3. Rule of Thirds

Ini adalah ilmu fotografi paling dasar. Di tiap artikel mengenai fotografi saya selalu menemukan pelajaran tentang garis bantu vertikal-horizontal. Fungsinya agar saat pengambilan foto menjadi seimbang dan lebih menarik.

pulau pisang krui
Yuk Annie berpose dengan kain di Pulau Pisang.
mansuar island, raja ampat
Duduk bersantai di Mansuar Island, Raja Ampat

Kalian pasti sering menemukan, saat foto teman hasilnya bagus. Tapi sebaliknya waktu teman fotoin kita, hasilnya kurang memuaskan?

Biasanya saya mengaktifkan menu Grid di kamera saya supaya memudahkan saya saat memotret. Cara penggunaannya juga mudah. Cukup meletakkan objek berada di antara garis vertikal-horizontal. Jepret!

4. “Meniru” orang lain untuk inspirasi

Sekarang sudah banyak akun-akun di Instagram yang banyak menampilkan foto-foto spektakuler mereka saat traveling. Mulai dari properti yang mereka pakai misalnya kain-kain daerah sampai pose yang bagus untuk kita tiru.

Ini contoh kalau mau berfoto kita sebagai objek. Pertama-tama saya biasanya menandai foto yang menurut saya bagus kemudian saya tinggal mengikuti pose yang sekarang sedang kekinian adalah pose dengan tampang muka fierce ala-ala model. Percayalah kalian pasti akan ketagihan setelah melakukannya.

Tapi, kalau foto berupa panorama atau landscape. Biasanya saya mencari inspirasi sudut pandang mereka dalam mengambil foto. Paling enak saat kita nyetrit bareng kemudian saling menunjukkan hasil akhirnya. Kadang saya merasa gemas waktu melihat hasil foto teman perjalanan kok hasilnya bisa lebih bagus, kenapa dia bisa kepikiran dapat framing yang menarik. Di situ saya biasanya belajar walaupun kita berada dalam tempat yang sama, tapi cara mata kita memandang itu akan berbeda-beda.

Sehingga cara terbaik adalah gunakan mata kita sendiri dan jadilah unik. Tiap orang memiliki mata yang unik. Hanya perlu berlatih untuk melihat sekeliling. Membuka mata. Lebih perhatian terhadap hal yang kecil. Tangkap semua momen.

5. Momen Candid Mendukung Cerita

Hal yang saya suka dari menggunakan kamera mirrorless salah satunya saya bisa mengatur mode continuously shot tanpa ada jeda. Dalam satu jepretan kita bisa mendapatkan beberapa momen. Biasanya saya pakai kalau memang ingin menangkap momen-momen candid.

best candid moment
Momen candid saat Yayan mau memotret saya, lalu ada Ogik datang.

Hasil foto candid juga tidak buruk, malahan dapat menjadi pendukung dalam tulisan saya di blog. Beberapa kamera juga sudah dilengkapi dengan fitur wifi jadi saya bisa langsung pindahin ke ponsel untuk selanjutnya dilakukan pengeditan.

6. Luangkan Waktu untuk Edit

Bicara tentang edit foto seperti pro dan kontra. Saya berjumpa dengan beberapa orang yang menolak untuk edit foto jadi langsung publish. Mereka memegang prinsip, apa adanya saja.

Betul. Saya juga tidak menyalahkan. Tapi kalau hasil foto dari kamera gambarnya cenderung gelap? Nah, di sinilah peran aplikasi-aplikasi canggih yang gampang kita temuin di smartphone kita.

hot wo edit photo using snapseeds and vsco
I use third application for photo editing such as Snapseeds and VSCO. Most powerful application.

Saya menggunakan Snapseeds, aplikasi terpopuler yang paling sering digunakan sama orang banyak. Aplikasi ini bisa kita unduh gratis di Playstore atau iOS. Cara penggunaannya juga gampang sekali. Selain Snapseeds, saya juga menggunakan VSCO untuk color grading foto.

Proses pengeditan gambar bagiku lumayan menyita waktu. Sure, but it’s worth it. Apalagi kalau saat familiarization trip yang mengharuskan kita untuk terus meng-update media sosial kita. Soalnya pengeditan gambar biasanya disesuaikan dengan selera kita masing-masing terhadap estetika foto.

Kedua aplikasi ini menurut saya gampang sekali diterapkan.

7. Research Lokasi dan Foto

Carilah berbagai referensi foto dari berbagai fotografer yang pernah mengunjungi daerah tujuan kalian. Tujuannya untuk mendapatkan inspirasi atau ide-ide baru, bukan berarti kita memotret sama persis seperti yang mereka lakukan.

Sebagian orang ada yang tidak suka difoto, sebaliknya ada orang yang senang untuk difoto. Semuanya adalah pilihan. Awalnya saya termasuk pribadi yang jarang untuk difoto disebabkan masih ada naluri malu-malu 😆 Lalu saya disadarkan kenapa tidak abadikan diri dalam foto? Kapan lagi saya bisa datang ke tempat ini? Kalau hanya foto-foto pemandangan saja nanti dikiranya sama comot dari google hehe…

Biasanya foto traveling saya buat seolah sedang bercerita. Entah itu saya sedang melakukan sesuatu seperti levitasi atau menambah personal element seperti bersama orang lain. Foto levitasi sendiri seperti menjadi tema dalam tiap foto saya. Saya memilih tema levitasi oleh karena menandai kalau saya sudah pernah ke tempat yang saya kunjungi.

Semuanya balik lagi ke kalian, kalau kalian kurang merasa nyaman bisa juga in frame teman kalian sendiri.

Di luar daripada itu, sebelum saya melakukan traveling, saya terlebih dahulu mencari dulu spot-spot foto menarik hasil jepretan orang lain. Tujuannya untuk belajar spot foto di lokasi tersebut bagusnya dari mana. Lalu, modifikasi cara motret kalian sesuai dengan “kacamata” sendiri.

Selain itu juga guna mempersiapkan peralatan apa saja yang perlu dibawa. Misalnya, jalan-jalan ke pantai dan laut. Sayang sekali kalau tidak membawa action cam?

8. Do More Practice

Saya sendiri masih belajar untuk bisa menghasilkan foto-foto yang bagus. Salah satunya saya suka beberapa Travel Photography seperti Barry Kusuma dan Wira Nurmansyah. Kedua orang ini termasuk expert dalam pegang suatu kamera pasti bisa dapat kualitas foto yang apik. Kalian bisa lihat sendiri di feeds mereka masing-masing.

Butuh waktu latihan dan sering jalan-jalan tentunya supaya kita bisa dapat bahan untuk difoto. Termasuk juga dalam edit foto. Saya selalu melihat hasil foto lama saya, ternyata memang ada peningkatan, ya sesekali memuji diri sendiri 😀 Tapi saya percaya kalian yang juga sama-sama berproses pasti akan merasakan sendiri dampaknya.

Saya bingung mau bilang apa, tapi passion saya terhadap traveling dan kuliner seperti oase di padang gurun. Saya rela berjam-jam di depan laptop hanya untuk mengetik, edit foto langsung dari ponsel atau membaca referensi artikel hanya untuk mengerjakan dua hal tersebut.

Terakhir, lakukan semua dari hati karena yang dari hati akan menyentuh hati yang lain.

Kira-kira apa ada yang terlewat dari 8 tips foto traveling di atas? Kalian bisa tambahin di kolom komentar di bawah ya 😀

Deddy Huang
Deddy Huanghttp://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

97 KOMENTAR

  1. nah, soal edit ini masih ngambang wkwkkwkw
    alias, ga bisa sama sekali
    dulu udah sering belajar di berbagai event komunitas
    tapi ya mentok, sampe sekarang malah ngeblank kalo soal edit pake hape android atau di sotosop

  2. tips2 bener juara … saya juga senang photo pakai camera bukan pakai handphone, pengennya sih mirrorless tapi punyanya pocket camera .. sudah cukuplah buat saya yang hanya untuk dokumentasi aja

  3. Hal paling membekas dari seorang Koh Deddy setelah kopdar di Jakarta adalah bagaimana kamu begitu gigih dan ga mengenal capek saat pose jumping 😀
    Tapi kamu juga ga segan motretin orang dan hasilnya bagusss, makasih ya Koh fotonya pas di jembatan itu aku sukaaa. Makasih juga tips foto travellingnya.

  4. wahh…jadi inget mata kuliah fotografi neh,, bikin tugas motretna harus pake camera hp. gak boleh pake DLSR hahaa.
    jadi inget kata2 bapak dosen yg ampe sekarang gak pernah lupa : “kalo orang udah punya passion fotografi yg tinggi, pake kamera apapun pasti hasilnya enak dilihat. yang penting kuasai teknik dan framing dulu.”
    Jiiaahh…si bapak bikin kami semua diem. LOL.

  5. bener banget… yang penting itu investasi kamera buat yg suka motret koh. aku sih masih pake kamera hape… masih bisa kalo pencahayaan cukup.. kalo dah gelap, maaf deh…

    dan aku juga suka candid…. maksudnya kalo motret orang candid. lbh bercerita timbang orang minta dipotoin. suka gagal gt hasilnya koh… huhu

  6. kadang kalau mau jalan-jalan itu udah kepikiran mau poto gini gitu eh nyampe tempatnya ilang semua, rencananya buyar’ Mungkin kena goyang goyang kendaraan ya qiqiqiq…

    makasi koh tipsnya udah tak baca bbrp kali biar nyantol…

  7. Aku lg nyobain pake VSCO trus ditandem ama Snapseed abis itu koh.

    Btw, aku ya suka foto di golden hour, apalagi dengan suasana langit yg mendukung :3333

  8. Tipsnya bermanfaat om koh ?
    Cuman tips yang pertama itu, aku harus nabhng duluh om koh.. maklum masih mahasiswa.. sakuku belum cukup. Need more efforts to get it ?

  9. Halo koko. Aku sih paling menyukai foto2 makananmu itu. Kelihatan pro banget deh ko. Soal kamera, emang bener, paling enggak ya punya satu sebagai investasi. Kalau ngejar ‘golden hours’, ya tergantung niat sih ya. Kalau lagi males banget bangun pagi ya wassalam hehehe 🙂

  10. Makasi informasinya, kak. Harus dipraktekin nih. Soal rule of third saya suka praktekin, eh tapi mama saya bilang, “kok ga pas tengah sih ambil gambarnya?” alamaaak ?

  11. aku juga slalu ngikutin bbrp traveler idola yg fotonya bgs2 mas. Supaya bisa trs belajar dr foto2 mereka. Gmn memotret yg bgs, ambil angle yg pas, Menunggu moment dll. Memang hrs bnyk latihan sih.. Ga bisa hanya baca teori doang :D.

  12. aku awam banget motret, paling pakai xiaomi aja
    tapi memang koh golden hour itu penting, apalagi pas mau magrib
    ini aku save dulu artikelnya, nanti bisa buat praktik, makasih infonya koh

  13. Nggak punya kamera DLSR n mirrorless, cuma ngandelin ponsel sm kamera saku. Oh iya nambahin sih pelajari/kenali fitur2 di kamera dengan diotak atik nggak usah takut bakal rusak klo masih ditanggung garansi

  14. Eeehh ada akyu hihihihi.

    Ada 1 lagi yg mungkin bisa ditambah Ded. Rajinlah bertanya, dan bertukar pendapat dengan teman2 yg mempunyai minat dan keahlian di bidang photography. Terkadang/seringnya dari merekalah kemampuan kita bisa bertambah

  15. Mas Deddy, aku juga pake Snapseed untuk foto2 IG hasilnya Bagus bgt apalagi fitur HDR nyaaa kena banget buat foto-foto pemandangan… Udah pernah coba Picsart???

  16. Wah, bnyak bnget tu tipsnya wlau trtulis 8 tp ulasannya pnjng lebar.

    Sy urusan foto agak kurang pham, dan sy pun lbih suka difotoin aja, itupun jrang.

    Mksih buat tips nya mas Deddy Huang

  17. Ah foto-foto Koh Deddy bikin mupeng kalau saat Traveling dan Kulineran.. Jadi kapan Koh Deddy fotoin aku OOTD saat Traveling..

  18. kemampuan saya masih nol tapi juga tak berputus asa untuk terus mencoba hehehe, apalagi cuma ngandalin kamera hp wkwkwk.
    aku untuk saat ini termsuk tipe orang yang belum suka kalau difoto, entahlah suatu saat nanti

    • Ya gak apa-apa mas.. saya udah pernah di posisi foto-foto traveling saya semuanya pakai kamera hape. Hasilnya juga gak jelek karena memang fungsinya dokumentasi mas. Maksud saya misal kalau fotonya mau digunakan untuk ukuran cetak di majalah atau media lain.

  19. Sippp laaah.
    Btw gaya levitasinya keren2…aku ga bisa-bisa eung. Selalu ngeblur bagian wajahnya. Apa aparture y harus dikecilin yak ke 5.6 ke atas?

    • Main di speed aja mbak, speednya dipercepat. Tapi juga harus lihat cahaya, itu membantu untuk aparturenya. Cara lain yang sederhana, pakai mode burst walau kadang gak detil di bagian kaki, tapi lumayan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru