BerandaReviewEventTantangan Perkembangan Sosial Emosional Anak di Masa Transisi Pandemi

Tantangan Perkembangan Sosial Emosional Anak di Masa Transisi Pandemi

Author

Date

Category

Kesulitan dalam mendisiplinkan anak tak jarang membuat orangtua memarahi anak mereka hingga membuat emosional anak tertekan dan berakhir menjadi tantrum sebagai wujud rasa tertekan anak dalam diri sendiri.

Lebih dari dua tahun kita mengalami pembatasan fisik dan sosial akibat pandemi Covid-19. Berbagai masalah kesehatan muncul mempengaruhi emosi dan mental. Bukan saja pada orang dewasa, tapi hal ini juga berdampak terhadap perkembangan pada anak.

Hal ini tentunya bukan sesuatu yang baik untuk anak. Menjadi kewajiban orangtua baik sosok ayah dan ibu untuk memperhatikan perkembangan sosial emosional anak.

Pola Asuh Orangtua ke Anak

Kesusahan mendisiplinkan anak tak jarang membuat orangtua memarahi anaknya. Dampak tak dirasakan membuat si anak ketakutan dan menjauh dari orangtua.

Interaksi anak merupakan tonggak penting bagi perkembangan sosial emosional mereka. Memasuki masa transisi ini, setiap orang kini lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial, sehingga ini menuntut adanya upaya lebih untuk bisa beradaptasi.

Belakangan ini saya senang menonton konten di TikTok. Banyak sekali pengetahuan yang bisa saya dapat. Salah satunya menonton konten dari Ci Juni dengan Austin, anaknya berusia 3 tahun yang sopan sekali tutur kata si anak. Ci Juni sebagai ibunya mengajarkan anaknya bagaimana mengatakan “magic word” dengan baik.

tiktok selebgram austin

Austin tumbuh menjadi anak yang bisa memahami makna salam, tolong, maaf, dan terima kasih. Dia memiliki kepekaan terhadap orang-orang di sekitar. Salah satunya, saat Austin merespon penjual kerupuk di lampu merah. Dia bisa memahami kesulitan orang dewasa saat ini.

Kita pasti penasaran bagaimana cara orangtuanya dalam mengajarkan anaknya menjadi lebih peka dan sopan sekali?

Transisi Pandemi Pengaruhi Perkembangan Sosial Emosional

Anak-anak yang telah memasuki dunia berbahasa dan imajinasi memungkinkan mereka untuk menjelajahi dunia lewat kata-kata, permainan dan fantasi. Di usia ini, anak-anak akan mengembangkan pandangan tentang iri, persahabatan, hubungan keluarga hingga belajar bagaimana menyesuaikan perilaku.

Sehingga penting bagi orang tua untuk membantu anaknya belajar mengenai apa yang benar dan salah. Faktanya, penting sekali sebelum memiliki anak bagi orangtua belajar mengenai parenting agar nantinya bisa diaplikasikan ke anak untuk dididik menjadi anak yang punya emosional yang baik.

Ilmu parenting tidak pernah habis untuk dipelajari. Apalagi bagi kita yang belum menikah tentunya akan menjadi bekal.

Saya senang sekali tiap mengikuti sesi parenting talk, di sana menjadi tempat untuk menemukan sudut pandang baru mengenai pola asuh anak.

Momen yang tepat saat Hari Keluarga Nasional 2022 yang jatuh 29 Juni lalu, Danone Indonesia mengadakan kegiatan webinar. Mengangkat tema “Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi.

Danone Indonesia membawa pembicara ahli berkompeten di bidangnya, yaitu dr. Irma Ardiana, MAPS Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH, dan Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri.

Saya akan bagikan ilmu yang saya dapat dari webinar ini.

Peran Kolaborasi Orangtua

Dalam sambutan webinar, Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia mengatakan, “Momen transisi menjadi kesempatan baik untuk mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, utamanya dalam perkembangan sosial emosionalnya.”

sambutan danone indonesia
Sambutan Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia

Bahkan kepedulian perusahaan ini pun tampak dari komitmen seperti yang ditambahkan Arif, “Kami juga memberikan dukungan kepada para orangtua agar si Kecil dapat tumbuh optimal melalui pemberian cuti melahirkan bagi karyawan kami yakni cuti 6 bulan bagi ibu dan 10 hari bagi ayah. Bahkan secara aktif memberikan edukasi seputar kesehatan dan nutrisi untuk publik seperti halnya dalam Bicara Gizi hari ini. Harapannya ada kolaborasi orangtua untuk dapat memberikan stimulus yang tepat agar mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aspek sosial emosional anak.”

Meski sudah masuk masa transisi, pemerintah Indonesia pun tetap menghimbau agar kita tetap waspada dan menjaga diri. Saat kegiatan sosial sudah mulai diadakan di tempat umum, tetap saja sebagai orangtua perlu memikirkan emosional, mental dan tumbuh kembang anaknya.

dokter anak indonesia
Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak, Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH

Seperti dikatakan, Spesialis Tumbuh Kembang Anak, Dr dr Bernie Endyarni Medise, SpA (K), MPH aspek sosial emosional sangat penting bagi anak. Hal ini bisa jadi pegangan anak-anak untuk mencapai semua aspek kehidupan dan bersaing di fase selanjutnya, mulai dari remaja hingga lanjut usia.

Jika sulit dan bingung beradaptasi, bisa memicu masalah sosial emosional lainnya.

Bikinnya Berdua, Rawatnya Berdua Juga Donk!

Dalam sebuah video TikTok yang diunggah oleh Ci Juni, Austin diingatkan untuk melakukan sikat gigi. Hanya saja dia tidak memedulikan ucapan sang Mama. Tak berapa lama, Austin kena tegur dan langsung meminta maaf karena menyadari kesalahannya.

Austin dengan sendirinya mengakui kesalahannya dan mamanya pun tidak bersuara tinggi. Selalu ada pembelajaran dan tutur kata yang sopan.

Sejalan dengan survei BKKBN tentang pola asuh mengungkapkan bahwa selama pandemi COVID-19, 71,5% pasangan suami istri telah melakukan pola asuh kolaboratif, 21,7% mengatakan istri dominan, dan 5,8% hanya istri saja. Artinya dari sisi pria masih kurang peduli dalam merawat tumbuh kembang anak.

Sementara data UNICEF, menyebutkan bahwa selama pandemi orang tua mengalami tingkat stress dan depresi yang lebih tinggi, serta menilai pengasuhan anak di rumah saja memiliki risiko tersendiri.

Dalam hal perkembangan sosial emosional terdiri dari bagaimana cara mengenali emosi, mengekspresikan emosi, mengelola dan berinteraksi dengan orang lain.

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana, MAPS menjelaskan pemahaman gaya pengasuhan yang bisa mempengaruhi kognitif, emosional, dan sosial anak.

Pola pengasuhan bersama lebih menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif untuk pengambilan keputusan dan pembagian peran keluarga.

dokter balita
Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, dr. Irma Ardiana, MAPS

Tambah lagi, menurut dr. Irma Ardiana, MAPS, pengasuhan kolaboratif ayah dan ibu ketahanan keluarga. Ini merupakan potret keluarga ideal.

“Pengasuhan bersama menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak mereka. Peran orang tua yang tepat dalam memberikan dorongan, dukungan, nutrisi, dan akses ke aktivitas untuk membantu anak memenuhi milestone aspek perkembangan merupakan hal yang penting.”

Disinggung juga oleh dr. Irma Ardiana, MAPS bahwa pola pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan psiko sosial sejak janin sampai dengan anak usia 23 bulan.

“Pola asuh yang benar dari orangtua bisa membentuk anak yang hebat dan berkualitas di masa depan.” Contohnya seperti yang sudah kita lihat seperti Austin dan anak-anak lainnya.

Pola Pengasuhan yang Tepat

Pastinya berat bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan anak.

Dalam pengasuhan kolaboratif, peran ayah dan ibu harus saling berkompromi.

Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH menjelaskan bahwa aspek sosial dan emosional sangat penting bagi anak untuk mencapai semua aspek kehidupannya dan bersaing di fase kehidupan selanjutnya dimulai dari remaja hingga lanjut usia.

Sebagai orang tua perlu memiliki pemahaman baik mengenai perkembangan sosial emosional anak, khususnya di masa transisi pasca pandemi saat ini.

Ada 4 tipe pola pengasuhan :

  • Democratic/Authoritative
  • Uninvolved/Neglect
  • Authoritarian/Otoriter
  • Indulgent/Permissive

Setiap tipe pola pengasuhan ini memiliki tantangan masing-masing. Intinya di dalam pengasuhan kolaborasi bertujuan agar anak merasa tentram, bahagia dan orangtua bisa mengoptimasi tumbuh kembang anak-anak mereka.

Masa Transisi Bagi Anak

Menciptakan kondisi komunikasi dan interaksi yang nyaman dan aman dengan anak juga dapat mengembangkan kemampuan adaptasi anak untuk nantinya menjadi bekal dalam interaksi bersama teman-temannya di luar rumah.

ibu inspiratif
Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101, Cici Desri.

Hadir juga Cici Desri, Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 berbagi pengalamannya saat menghadapi transisi untuk kegiatan lingkungan sosial.

Cici mengakui kalau proses adaptasi itu tidak mudah dijalani.

“Kami memahami bahwa fase membangun hubungan baru merupakan sebuah keterampilan. Si Kecil dapat menguasainya dengan dukungan yang tepat, terutama dari keluarga. Melalui interaksi sosial secara tatap muka langsung, si Kecil mampu menumbuhkan rasa kepercayaan baru dan merasakan kenyamanan berada di lingkungan barunya. Dengan begitu, saya yakin si Kecil bisa tumbuh menjadi anak hebat yang pintar, berani, dan memiliki empati tinggi,” tutup Cici.

Solusi yang dilakukan oleh Cici dan suami dengan terlibat dalam pengasuhan. Mendorong anak untuk dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal sehingga dapat mengetahui apa yang dirasakan si anak secara emosional.

Danone Specialised Nutrition Indonesia

Perusahaan Danone SN Indonesia sering mengadakan acara forum edukasi untuk menyebarkan kesadaran ke masyarakat mengenai pentingnya tumbuh kembang anak. Seperti contohnya Bicara Gizi yang merupakan forum edukasi Danone SN dan bisa diakses lewat Youtube.

Begitu kemarin mendapatkan informasi mengenai acara #BicaraGizi ini saya sendiri sudah sangat antusias. Lewat kegiatan ini tentunya menambah pengetahuan mengenai ilmu parenting.

Anak-anak perlu terlibat dalam keputusan keluarga, dorong empati terhadap teman sebayanya, perluas wawasan anak dan pelihara kepekaan mereka. Selain memantau perkembangan sosial emosional, penting juga orangtua untuk memberikan stimulasi nutrisi yang tepat untuk anak.

Stimulasi harus dilakukan sesuai usia secara berulang kali dengan tujuan untuk merangsang semua fungsi dan kemampuan anak agar berkembang optimal. Sedangkan pemberian nutrisi yang tepat tentunya melalui makanan-makanan dengan gizi seimbang.

Semua pembicara yang hadir dan ikut berbicara memberikan sudut pandang yang baru dan menarik.

Deddy Huang
Deddy Huanghttps://deddyhuang.com
Storyteller and Digital Marketing Specialist. A copy of my mind about traveling, culinary and review. I own this blog www.deddyhuang.com

16 KOMENTAR

  1. Ilmu parenting emang penting banget di pelajari oleh mereka yang udah menikah terlebih yang belum menikah. Hal ini saya rasakan. Ketika belum punya anak. Setelah anak pertama lahir saya kebingungan sendiri, jadi pembelajaran banget nih untuk calon ayah dan ibu. Membersamai dan mendidik anak emang seharusnya kerjasama dan kolaborasi ayah dan ibu, bukan pihak ibu saja.

  2. Bukan hanya tugas Ibu aja ya dalam merawat dan memerhatikan tumbuh kembang anak, tetapi juga kewajiban ayahnya. Jadi saling mendukung dan kolaborasi

  3. Bagus sekali Danone mengadakan acara seperti ini ya. Selama pandemi memang banyak tantangan yang dihadapi teman-teman saya yang sudah berkeluarga. Parenting di masa pandemi semacam ini bisa jadi bekal bahkan solusi buat para ortu.

  4. Sebagai ornag tua harus banyak belajar ya, Koh. Belajar dari anak sekalipun juga perlu. Apalagi berhubngan dengan pola asuh, kudu belajar banyak dan banayk belajar, karena begitu banyak jenis pola pengasuhan. Sehingga bisa memilih yang tepat

  5. Aku mau menanggapi soal Austin kena tegur dan langsung meminta maaf karena menyadari kesalahannya. Ini bisa terjadi pada anak mana saja selama cara orang tuanya benar dalam menegur. Aku sudah membuktikannya ke anak-anakku Ded. Negur ga pake marah dan suara tinggi. Tapi langsung ke poin dengan cara bicara baik-baik, lembut tapi tegas. Anak tahu apa yang kita maksud. Selama kita bisa mengatur emosi kita, anak juga bisa mengatur emosinya.

  6. Pengasuhan anak memang ngga bisa dibebankan ke salah satu orang tua aja ya kak, tapi harus bertanggung jawab keduanya. Anak yg baik dan sopan seperti Austin tentu dapat teladan yg baik dari orang tuanya

  7. Penting sekali kolaborasi pengasuhan orang tua, antara ayah dan ibu. Secara pribadi, saya sendiri kurang sanggup jika fokus mengasuh sepanjang hari.

    Sesekali perlu punya waktu sendiri untuk karir atau silaturahmi dgn teman. Suami bisa menggantikan pengasuhan sesekali. Sebagaimana pisau juga perlu diasah, seorang ibu juga perlu punya dunia sendiri.

  8. Betul banget, untuk membesarkan anak harus ada peran kedua orangtua. Kalau berat sebelah, sangat mungkin ada dampak lainnya. Makasih Danone sudah memberikan sosialisasi ini ya

  9. yess, ngasuh anak yaa urusan berdua dong yaa, suami-istri, ayah-ibu nya si anak, pun orang tua jaman sekarang juga emang harus rajin-rajin cari ilmu soal parenting dan perkembangan anak jaman sekarang ya

  10. Ah saya juga suka nih melihat konten Austin..pintar dan santun ya.. Kalau di IG ada juga yg saya suka akunnya Clay Hartono..pola asuh untuk Si Koko dan adeknya menarik utk disimak. Oya, terima kasih sharing ttg webinarnya ya..serasa ikut mengikuti juga..

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Deddy Huang

Lifestyle Blogger - Content Creator - Digital Marketing Enthusiast

With expertise in content creation and social media strategies, he shares his insights and experiences, inspiring others to explore the digital realm.

Collaboration at [email protected]

Artikel Populer

Komentar Terbaru