Ruangan kamar ini sangat nyaman dan hangat, enggan untuk beranjak cepat dari kasur empuk. Mata saya tertuju pada sudut meja di samping meraih ponsel yang terus berbunyi. Saya segera bergegas menyiapkan diri, melepaskan kenyamanan tidur pagi ini.
Suara pintu terbuka dari kamar depan saya dan tak lama ada yang mengetuk pintu kamar saya.
“Iya…” seru saya dari dalam.
Mas Zul dan Mbak Dewi sudah siap memulai petualangan bersama saya. Sedangkan Mas Christo masih nyaman meringkuk bersama selimut. Akhirnya kami bertiga keluar hotel menuju Senado Square, meninggalkan mas Christo yang nanti akan menyusul kami.
Kami berjalan menuju Senado Square, entah sudah berapa kali kami melintas di kawasan ini. Namun, tak apa sebab kawasan ini selalu menarik dikunjungi di waktu pagi, siang, dan malam. Di antara lorong-lorong saya merasakan senyap pagi membisu. Orang-orang di sini ulet, beberapa toko roti sudah buka lebih pagi. Saya berhenti sejenak untuk membeli dua cakwe seharga 12MOP untuk disantap selama jalan.
Cuaca pagi ini lebih bersahabat, tak sedingin hari pertama kedatangan kami. Langit biru tertutup awan mendung. Tidak banyak kata-kata yang kami lontarkan selama berjalan menuju reruntuhan gereja St. Paul. Mungkin kami sama-sama saling menikmati perjalanan ini dengan cara kami masing-masing.
Baca juga : Macao, Potret Lingkungan Ramah Pejalan Kaki
“Yah….” Suara mas Zul terdengar kecewa sesaat.
Saya melirik ke arahnya, “Hah?! Serius jam segini sudah rame?” saya melihat jam tangan baru pukul 6.30 pagi. Berbeda sekali dengan pengalaman saya lima tahun lalu. Di waktu yang sama saya masih bisa mendapatkan suasana reruntuhan gereja St. Paul masih sepi. Sekarang, rombongan tur datang lebih pagi dan mengambil tempat hingga ke memenuhi tangga gereja.
Besok aku harus datang lebih pagi lagi berarti sebelum pulang, ucapku dalam hati.
Kerinduan dengan pemandangan para lansia berolahraga pagi menyirat suatu tatanan kehidupan yang tenang. Berada tak jauh dari reruntuhan gereja St. Paul ada sebuah benteng bekas Portugis yaitu Benteng Fonte. Dari atas, suara mas Zul berteriak memanggil kami untuk menyusul naik melihat pemandangan Macao dari sudut berbeda.
Dari atas ketinggian benteng terdapat sebuah Museum Macao dengan halaman luas. Sayang saat kami datang museum ini belum dibuka sebab museum dibuka pukul 10 pagi. Hanya ada para lansia sedang menikmati waktu untuk tai chi. Iringan musik menemani ritme gerak mereka.
Perjalanan kali ini ke Macao mengajarkan kalau tak selamanya kehidupan gemerlap membawa kebahagiaan. Bisa saja semuanya adalah kesenangan semu. Padahal di sudut lain ada kehidupan sederhana yang lebih menarik dan hidup. Kekontrasan inilah yang saya jumpai di Macao.
Saya mengambil duduk di pinggir benteng, menikmati sapaan sinar matahari pagi. Bukankah ini perjalanan yang mewah? Kalian dapat melihat pemandangan Macao dari sudut pandang berbeda dari atas benteng Fonte. Saya yakin ini adalah pemandangan terbaik untuk lanskap perkotaan Macao.
Baca juga : Kembali ke Macao, Mengumpulkan Kenangan 5 Tahun Lalu
Trip perjalanan ini sponsor dari Macao Indonesia dan Kompasiana. Terima kasih atas kesempatan berharga ini bagi saya.
Foto pertama kece bgt koh, puitik bgt kayak latar cerita sastra ?
lengketnya kasur di pagi hari memang luar biasa, tapi godaan mengeksplorasi suasana pagi lebih bisa memikat. Lebih mantep memang kalau foto-foto di pagi hari.. Keren foto-fotonya Koh..
Wah…padahal lebih keren kalo pas sepi yaa di reruntuhan St. Paul mas.. Btw, fotonya bagus-baguss euy.. 🙂
Aku pengen balik lagi ke Makau, gila aja di Hong Kong dan Makau tiga hari nggak dapat apa-apa. Hujan mulu dari pagi hingga malam 🙁
Sekilas runtuhan gereja St. Paul terlihat kayak gereja di Paris ya…
Foto-fotonya….
Aku sempat menyesal karena ke Hongkong tapi nggak ke Macau. Huft.
Ruins of St Paul’s-nya rame banget koh. Foto2nya ciamik. Sayang waktu ke sana ndak sempet ngambil banyak foto. Keren2 koh, kudu balik lagi ini mah 😀
Ruins of St Paul’s-nya rame banget koh. Foto2nya ciamik. Sayang waktu ke sana ndak sempet ngambil banyak foto. Keren2 koh, kudu balik lagi ini mah 😀
ceritaliana.com
Fotonya koh deddy ga pernah mengecewakan~
sponsornya ngeri akhh.. hehehhs
Awalnya saya pikir bangunannya artificial. Ternyata saya salah, bangunannya sisa bangunan Portugis ya rupanya ?
Cheers?
Yaampun jam 6.30 udah ada rombongan tour ke gereja st. Paul.. Duh, foto2nya keceee banget kak uuww
Masih belum bisa move on dari Macau,,, pengalaman pertama ke luar negeri yang gak bisa gw lupain, apalagi bisa jalan bareng kokoh hits 😀
Kapan ya bisa ke Macao?
Fotonya keren-keren, Koh. Cuma dari hp saya terlihat kecil. Lebih besar foto iklannya. Jadi kurang wow gitu. Ini pasti cantik banget kalo liatnya pake lappy atau komputer.
Saya komen lagi, Koh.
Ternyata bisa diperbesar kok. Saya aja yang gaptek. Duh, malu sendiri jadinya.
bangunan gereja-nya berasa lagi nonton the davinci code, klo travelling terutama jarak jauh gitu enaknya sih memang bangun pagi biar bisa ngerasain gimana rutinitas pagi di negeri orang ya koh
kebayangkan, apalagi beneran ke portugal 😀
Foto-fotonya bagus-bagus ko.
Saking ikoniknya itu reruntuhan gereja St. Paul, sampai-sampai sepagi itupun sudah rame sama pengunjung aja yaaa 🙂
Iya, kalau ke sana memang harus diatur lagi waktunya.
Foto cityscape atas asiik banget mas… kereen
Itu gereja yang kebakaran itu ya bang? Walau berupa reruntuhan, tapi megahnya masih terasa walaupun liat di foto, apalagi jika ngeliat langsung ya….Foto2nya bikin adem bang, as always….
Koh dedy menyuguhkan cerita dan gambar yang seolah nyata tentang macao, membuat yang baca ikut terhanyut. Semoga aku bisa menginjakan kaki di macao juga.
Bangunan megah, gedung bertingkat, bersanding dengan rumah-rumah sederhana yang kecil. Keramaian orang berlalu-lalang bersamaan dengan para lansia menikmati masa tua yang tenang. :”)
Cakep.. kamu bisa simpulin artinya.
Berkesan jg kyaknya ya jln2 k Macao kli ini.
Oya, maaf, maksudnya ini gmn, “Kekontrasan inilah yang saya jumpai di Macao.”?
Ada sudut lain di kota itu yg kontras bgtu dari yg Anda lihat waktu itu? Maaf, sy bca cpat soalnya, atau mungkin jg krn kurang fokus mmbacanya
Iya mas.. coba perhatiin lagi gambar terakhirnya.. antara gedung-gedung tinggi bersamaan dengan gedung tua. Macao yang gemerlap karena kasino ada juga sisi lain yang lebih humanis.
Makau kota yang sangat ramah lansia ya. Sudahlah ramah pejalan kaki, juga ramah lansia. Ini pertanda peradaban manusia-manusianya sangat maju. Dan aku selalu dibuat salut sama tempat-tempat wisata yang bisa menjadikan reruntuhan masa lalu, contohnya reruntuhan Gereja St. Paul ini, sebagai ikon. Keren banget. Semoga suatu saat bisa ke Makau.
Buset itu udah berangkat pagi tapi rame banget yah. Aku nyampai sana siang panas terik jadi agak sepian mungkin orang udah malas karna saking panasnya. Aku paling suka di atas Museum itu, damaai 🙂
wah menarik nih, siang yaa sepi.. berarti kalo aku ke sana harus siangan juga haha.. iya di atas museum itu enak udara dan pemandangannya.
Huhuhuhuhu semakin pengen ke Macao. Smoga thn ini bisa ke Macao, Amiin.
berburu tiket promo dulu mbak 😀
Aku sebetulnya penasaran ada apa di dalam museum Macao. Sayangnya belum waktu kunjungan, ya. Melihat-lihat museum dari setiap kota yang disinggahi langsung bisa ngasih gambaran bagaimana tempat ini bermula. Dan itu menarik buat aku, Koh?. Btw foto-fotonya cakep bener!?
Iya, sayang kadang jadwal kita mulai jalan gak cocokan, jadi apa yang dilihat itu yang didapet aja. Kali ini aku cuma nampilin foto-foto aja mbak.
Kadang-kadang kendalanya gitu ya, jadwal kurang match. Tapi udah beruntung banget bisa dapet kesempatan jalan-jalan free ke sana, Koh?. Aku juga mau hehehe?
Bagus bagus fotonyo ded